19

4.8K 577 72
                                    

Jimin mengancing bajunya sambil memandang pintu yang baru saja di tutup klien-nya. Kemudian mengambil uang yang disimpan dalam amplop dan memasukannya asal ke dalam ransel.

Langkahnya terseret keluar dari sana, memutuskan untuk berjalan kaki sampai ke rumahnya. Berjalan di sepanjang trotoar dengan begitu banyak ingatan yang bersarang dikepala. Sesekali tertawa kecil saat menyadari bagaimana kehidupannya sekarang, lebih tepatnya sejak ayahnya memutuskan untuk pergi secara tiba-tiba.

Sampai langkahnya terhenti di sebuah titik yang selalu menyita perhatiannya beberapa hari terakhir. Jimin melempar pandangannya ke bawah, mengamati air yang mengalir dengan tenang namun bisa jadi berbahaya kapan saja, sama seperti dirinya.

Sejak hari itu, Jimin selalu memikirkan hal yang sama saat pikirannya sedang kosong. Hal gila berikutnya yang ingin ia lakukan jika  kewarasannya sudah mencapai batas akhir.

Lagipula, jika dipikir, toh tidak ada yang rugi jika dia melakukan itu. Tidak ada yang akan mempertanyakan kenapa dia bisa sama bodohnya dengan sang ayah. Tidak akan ada yang menahannya bahkan saat kakinya menapaki pembatas jembatan itu dan terjun bebas ke bawah sana.

Jimin ingin melakukannya jika dia sudah benar-benar lelah.

Untuk saat ini rasanya belum. Jimin masih ingin menikmati sedikit waktu lagi. Setelah itu, Jimin pasti akan lakukan itu untuk bisa bertemu ayah dan ibunya segera. Mereka akan bersama lagi seperti yang selalu ia inginkan.

Taehyung? Dia sudah memiliki kebahagiaannya sendiri bersama keluarganya. Apa lagi yang harus Jimin pikirkan?

Jimin menghela, sebelum mengayunkan kakinya lagi menyusuri jalan pulang. Kembali ke rumah tanpa kehidupan seperti saat ayahnya belum datang padanya.

"Kak Jimin!"

Mungkin baru beberapa langkah saat tiba-tiba Jimin mendengar suara yang sama sekali tidak asing menyapa pendengarannya. Awalnya ia mengira itu hanya halusinasi dalam kepalanya saja karena masih berharap bocah itu akan kembali, tapi panggilan kedua yang lebih keras berhasil membuatnya berbalik badan dan melihat sosok pemuda berdiri tak jauh darinya. Seseorang yang selama ini ia rindukan, yang membuatnya hampir tidak waras karena tidak bisa menemukannya, yang sangat ingin ia tarik kembali dalam kehidupannya.

Jimin masih diam. Takut jika bersuara, atau lebih gilanya mendekat dan memeluknya, siluet itu akan hilang dari pandangannya. Atau jika ini nyata, Jimin takut lukanya akan semakin dalam dan membuat harapannya semakin terkikis karena harapan yang masih sama tingginya kembali melemparnya ke dasar jurang.

"Kak...."

Jimin merasakan tenggorokannya tercekat mendengar suara itu lagi.

"Aku sudah mengingatnya sekarang"

Mata kecil itu sedikit melebar. Tak percaya pada apa yang baru saja di dengarnya.

"Aku benar-benar Park Taehyung. Aku ingat, Kak!" Taehyung berseru senang di sana. Senyum kotak yang ia perlihatkan kemudian menyadarkan Jimin. Tapi Jimin tetap bergeming membuat Taehyung sedikit kecewa pada reaksi Jimin yang di luar dugaannya. Terlebih pada ucapan Jimin setelah itu.

"Untuk apa kau datang?"

Senyum yang terpatri di wajah Taehyung seketika lenyap, terganti dengan gurat kecewa yang kentara.

✔ MOONCHILD | Park JiminOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz