08

4.4K 593 21
                                    

"Kak, ayo antar aku lagi!"

Jungkook merengek sembari menarik lengan Taehyung agar mengikutinya, tetapi Taehyung masih keukeuh duduk di sofa dan tidak mau berpindah seincipun.

"Tidak. Pergi saja sendiri!"

"Kak, hanya sebentar...."

"Kalau begitu kenapa tidak sendiri saja?"

Jungkook menghentikan rengekannya. Menghempaskan tangan Taehyung dengan bibir yang mengerucut kesal.

"Aku ingin kau mengenal temanku juga."

"Untuk apa?" Taehyung bertanya tak kalah kesal.

"Ku pikir supaya kau punya teman saja. Lagipula yang ini lebih tua, jadi mungkin akan cocok untukmu. Jimin, kau ingat, 'kan?"

Taehyung memandang Jungkook sekilas sebelum beranjak.

"Tidak ingat dan aku tidak mau mengantarmu, Kim Jungkook. Tidak usah memaksaku," finalnya sebelum menaiki anak tangga menuju kamar.

Hari ini akan dihabiskan Taehyung dengan berhibernasi. Kuliah dan Jungkook sama-sama membuatnya pusing.

Jungkook mendecak. Mengepal tangannya dengan gemas seperti akan melayangkan banyak jitakan untuk Taehyung, jika saja si batu itu adalah adiknya.

Menghelas napas, Jungkook pergi dari sana. Hari ini sedang libur, jadi mungkin dia akan pergi ke tempat Jimin untuk mengajaknya mengobrol lebih banyak.

Entah kenapa, Jungkook jadi ingin menjadi lebih dekat dengan Jimin. Menurutnya, Jimin lebih cocok disebut kakak daripada Taehyung. Taehyung itu manja, menyebalkan, dan terkadang kekanakan. Jungkook sering memikirkan kenapa bukan dia saja yang jadi kakak agar bisa mengerjai Taehyung dan membuatnya menangis. Rasanya pasti menyenangkan.

Sayangnya, takdir tidak bisa berubah.

***

"Bagaimana bisa kau melakukan kesalahan, eoh? Kau mau belajar menipu?!"

Jungkook mendengar suara keributan saat kakinya menapak halaman depan minimarket. Tanpa pikir panjang Jungkook mempercepat langkahnya dan langsung disuguhi pemandangan Jimin yang tengah diceramahi seorang kakek-kakek... Ah! tidak, tidak. Dia masih muda. Tapi Jungkook tidak peduli. Intinya dia memarahi Jimin seperti seorang babu, dan Jungkook tidak bisa membiarkan ini.

"Hei, Paman. Kenapa marah-marah di sini?"

Jungkook memasang gaya seperti bos. Bersandar pada meja kasir dengan siku bertumpu pada permukaan meja.

Jimin membelalak kaget mendapati Jungkook yang tiba-tiba muncul, sementara pria itu wajahnya semakin merah padam. Bahkan jadi mengingatkan Jungkook pada kepiting rebus. Dia lapar.

"Bocah, ini tidak ada urusannya denganmu!" Telunjuk pria itu mengarah tepat di depan wajah Jungkook.

"Jungkook-ah, apa yang kau lakukan?" Jimin berbisik setengah kesal sambil tersenyum kikuk pada pelanggannya itu.

"Dia memarahimu, Kak" Jungkook juga membalas dengan bisikan. Kepalanya dimiringkan, tetapi pandangannya masih pada pria di hadapannya.

Jimin berdecak kesal. Rasanya jadi ingin memasukkan Jungkook dalam lemari pendingin saja jika seperti ini.

"Pelanggan tidak mungkin marah tanpa sebab, Jungkook-ah."

✔ MOONCHILD | Park JiminWhere stories live. Discover now