13

3.9K 572 11
                                    

"Jimin!"

Park Jun Seok yang duduk di sofa ruang tamu bergegas menghampiri Jimin yang baru memasuki rumah dengan langkah tertatih.

"Apa yang terjadi, eoh?" Ia menuntun Jimin untuk duduk bersamanya. Memperhatikan Jimin sejenak sebelum beranjak menuju dapur mengambil sebaskom air bercampur es dan juga handuk kecil, bahkan sebelum Jimin menjawab pertanyaannya.

Dengan telaten ia mengompres lebam di wajah anaknya, menghentikannya sesekali saat Jimin meringis, kemudian menyimpannya di atas meja begitu selesai.

"Siapa yang melakukannya, Jim? Apa orang-orang itu?" tanya Jun Seok dengan lebih serius kali ini, sorot matanya penuh kekhawatiran.

Jimin menggeleng pelan. "Bukan, Yah"

"Lalu?"

Jimin memandang ayahnya. Tatapannya menyendu seolah ada sesuatu yang terasa lebih sakit daripada luka-luka yang ada di wajahnya.

"Katakan saja, Jim" titah sang ayah seraya mengusap belakang kepala Jimin lembut.

Jimin menghela, memejamkan matanya sejenak sebelum menjawab dengan berat. "Taehyung, Yah"

Jun Seok tersentak. "Apa? Taehyung? Kau sudah bertemu dengannya?" tanyanya tidak percaya mengingat selama ini dia tak sekalipun mendengar Jimin menceritakan masalah Taehyung, atau hanya sekedar menyebut namanya.

Sejujurnya, sudah lama ia ingin menanyakan perihal Taehyung, karena bagaimana pun, ia juga merindukan anak bungsunya itu. Tapi sekali lagi, rasa bersalahnya membuatnya tidak punya cukup keyakinan untuk mengajak Jimin berbicara lebih banyak, apalagi tentang Taehyung. Semua yang berhubungan dengan mereka, tidak akan terlepas dari kesalahannya dimasa lalu, seperti tembok besar yang tetap bertahan menghalangi hubungan ayah-anak diantara mereka yang sedang berusaha ia tembus.

"Sudah sejak lama," sahut Jimin kemudian.

"Kenapa tidak beritahu Ayah?" tanya Jun Seok lembut. "Dan bagaimana bisa dia memukulmu seperti ini?" Ia menatap Jimin lekat yang sejak tadi terus membuang napas berat.

"Dia bukan Taehyung yang dulu lagi, dia sudah berubah" Jimin meraup wajahnya sebentar hingga kembali menimbulkan rasa perih di wajahnya. "Entah apa yang sudah wanita itu lakukan pada adikku. Taehyung melupakan semua."

Jun Seok hanya mampu terdiam. Karena ia sadar semua ini karena dirinya. Andai saja dulu dia tidak pernah melakukan hal buruk pada kedua anaknya. Andai dulu dia menyayangi mereka seperti seharusnya. Mereka tidak akan melarikan diri, tidak akan berujung perpisahan dan melupakan seperti ini.

Semua salahnya.

"Eoh...." Jimin mendadak teringat sesuatu. Ia segera merogoh saku jaketnya dan mengeluarkan semua yang ada di dalamnya.

"Ini" Jimin menyerahkan semua pada sang ayah, juga sedikit memberi senyum simpul. Bermaksud melupakan percakapan mereka tadi.

"Kau dapat darimana uang sebanyak ini, Jim?" Jun Seok tidak langsung menerimanya. Matanya membulat melihat berapa banyak lembaran uang yang disodorkan Jimin.

"Upahku bekerja, Yah" Jimin kembali tersenyum. Benar, uang hasil kerjanya semalam. "Di kamar masih ada."

"Pekerjaan apa yang bisa memberimu gaji sebesar ini?"

Senyum Jimin luntur perlahan. Harusnya Jimin tau tidak akan semudah itu menyembunyikan sesuatu dari sang ayah. Tapi, bagaimana pun, Jimin juga tidak bisa mengatakan yang sebenarnya.

"Pekerjaan yang mudah"

Jun Seok menggeleng bingung. "Ayah tidak mengerti"

"Ayah tidak perlu mengerti." Jimin meraih tangan sang ayah lalu menyimpan semua uang itu dalam genggaman besarnya. "Yang penting hutang ayah bisa lunas dan Ayah tidak akan melakukan hal seperti itu lagi"

✔ MOONCHILD | Park JiminWhere stories live. Discover now