Nine

1.5K 93 1
                                    

  Bel pulang sudah berdering. Shara duduk di bangku depan kelas, menunggu Aril yang belum muncul. Ia memilih mengecek hp-nya sambil menunggu.

    "Ekhem, sendiri neng?" tanya Alfred sambil duduk di samping Shara.

  Shara tak menjawab,ia hanya menatap Alfred beberapa detik dan kembali menatap hp-nya.

    "Kalungnya bagus,cocok" ucap Alfred sambil memegang liontinnya.

    "Kan lo yang ngasih" Shara menimpali sambil tersenyum tipis,Alfred juga.

    "Bareng gue aja kuy?"

    "Nggak,gue mau ketemu temen" jawab Shara sambil memasukkan hp-nya kedalam tas.

  Alfred mengangguk dua kali "Yaudah,lain kali kita pulang bareng" Shara hanya bergumam tak jelas.

  Setelah Alfred pergi Icha keluar dari kelas,dia baru saja menyelesaikan piketnya.

    "Belum dateng Arilnya?" tanya Icha sambil minum air mineral.

    "Keliatannya?"

  Gak lama kemudian Aril udah nyenggol tangan Shara. "Lama nunggunya,can?"

    "Can apaan?" tanya Icha yang kepo.

    "Cantik ehehe"

  Icha pun terikik geli membuat Shara tersenyum tipis. "Yaudah gue mau ke sekre osis" pamit Icha sambil berdiri.

    "Lama gak?" tanya Shara dan dijawab Icha dengan mengangkat bahunya.

    "Gak bareng?" tanya Aril

    "Ogah. Ntar gue gak dianggap" Icha mengibaskan rambut panjangnya lalu pergi.

  Hp Shara berdenting kecil. Dan Shara pun mengecek hp-nya.

    "Jadi gimana gue harus bantu lo?" tanya Aril memulai pembicaraan.

  Shara menolehkan kepalanya dari hp ke Aril. "Gue harus ke kolam renang dulu,gimana?" tanyanya tak enak hati.

    "Gue ikut"

  Shara langsung berjalan ke tempat tujuan diikuti Aril disampingnya.

    "Oh ya,gue udah punya- eh bukan gue sih, Icha nebak kalo si 'pangeran' itu Alfred" kata Shara memberi tahu.

    "Berarti kecurigaan gue sama kayak tebakan Icha" sahut Aril sambil tersenyum bangga, Shara mengangguk dua kali. "Tinggal buktiin bener apa nggak-nya"

    "Tapi gimana caranya say?!" tanya Shara gemes. Itulah yang membuat Shara bingung. "Kalo ngebuktiin sesuatu itu lama,masalahnya nyawa dia hampir terancam. Gue harus ngasih tau dia,tapi kalo salah orang gimana?"

    "Ya lo bilang sama nyokap lo kalo lo cuman bisa nyampein ke anaknya doang." jawab Aril simple. "Terus lo bilang sama Alfred, tapi jangan terus terang. Intinya aja,Alfred harua hati-hati"

    "Ya lo enak tinggal ngomong!" Shara menoyor pelan kepala Aril lalu membuka pintu yang langsung menuju kolam renang.

    "Lah gue baru tau ada jalan pintas" kaget Aril yang tak tau ada pintu di sana.

    "Kudet sih lo hahah" puas rasanya Shara mengejek Aril. "Lo nunggu di tempat penonton aja sana,yang paling atas" kata Shara lalu pergi ganti baju.

  Aril pun menuruti perintah Shara. Gak lama setelah ia duduk ada adek kelas yang duduk di sebelahnya.

    "Hai kak,kakak anak baru ya?" tanya dia sambil senyum ramah.

    "Bukan" jawab Aril singkat karena dia males nanggepin anak yang SKSD.

   "Kok aku baru liat kakak sih?" Aril mengangkat bahunya sebagai jawaban.

    "Apa jangan-jangan kakak si pangeran itu ya?" tebaknya sambil menunjuk muka Aril.

    "Itu yang diatas mau mojok aja atau mau latihan!" bentak Shara yang pasti bukan untuk Aril, tapi untuk adek kelas itu. Dia langsung turun dan meminta maaf pelan. Dan Aril tersenyum melihat itu.

  Shara ternyata diminta untuk mengganti posisi pelatih. Sekarang Shara sedang memantau beberapa anak yang berenang gaya punggung.




  Sekitar 30 menit berlalu anak-anak ekskul sudah selesai latihan. Aril pun turun kebawah mendekati Shara yang masih berada di bawah air.

    "Sha!" panggil Aril dan wajah Shara pun muncul di permukaan.

    "Apaan?" tanya Shara tapi detik berikutnya ia sadar apa rencananya dengan Aril "Bentar,gue mau ke sana sekali lagi"

  Aril mengangguk dan detik berikutnya Shara sudah meluncur. Refleks Aril menghitung dalam hati.

  Ketika Shara sudah kembali dan duduk di pinggir kolam, Aril memberikan handuk yang ia ambil dari loker Shara.

    "Bakat lo bagus anjir,gak mau coba ikutan lomba? Lumayan lohh" Shara hanya mengangkat bahunya tak tahu.

    "Gue ganti baju dulu" pamit Shara lalu mengambil tas yang sudah ada di dekatnya berkat Aril.

👑👑👑

  Shara dan Aril sedang makan di sebuah cafe. Shara yang laper tapi Aril yang makan banyak,mana cepet lagi ngunyahnya.

    "Pelan-pelan, nanti keselek" Shara menegur Aril yang rakus,menurutnya. Aril nyengir terus nelen makanan yang masih ada di mulutnya.

    "Ril,menurut lo gimana cara ngebuktiin Alfred anaknya pak kepsek?" Aril mengangkat bahunya.

    "Gue ragu deh. Karna pas kemaren gue nemenin dia nyari hadiah. Dia pulangnya naik bus. Bukannya gue matre ya,tapi kalo dia beneran 'pangeran' harusnya dia milih hadiah yang mahal bukannya milih boneka kelinci kecil yang imuuuut banget."

  Aril membersihkan mulutnya dengan tisu lalu menimpali keraguan Shara "Inget gak? Kata pak kepsek kan anaknya cuman pengen hidup sederhana. Terus dia juga kan lagi nyembunyiin jati diri 'pangeran'nya, dia jadi hidup lebih sederhana biar orang-orang gak curiga kalo dia itu pangeran"

  Penjelasan Aril sangat masuk akal. Shara hanya mengangguk-angguk saja.

    "Terus lo udah yakin 100% Alfred itu pangeran?"

  Shara membenarkan posisi duduknya. "Gue sih belom,tapi kalo Icha udah yakin banget kayaknya".

    "Ohh.. Yaudah kalo gitu tugas gue udah selesai ya?" kata Aril sambil tersenyum lebar.

  Shara mengangguk-angguk "Iya-iya,BTW balik kuy." ajak Shara sambil berdiri  "Eh lo nganterin gue kan?"

  Aril hanya diam sambil tersenyum jail. "Gak tau ya." Aril mengangkat bahunya.

    "Ihhh,Ril! Yang bener aja,udah malem nih" Shara memukul pundak Aril sekali,membuat Aril yang menahan tawanya melihat wajah kesal Shara.

    "Emang kenapa kalo udah malem?"

    "Au ah. Gue balik,bye!" Shara menekankan setiap katanya sambil menghentakkan kakinya menjauh. Aril pun beranjak pergi dari tempat duduknya.

👑

Prince's HiddenWhere stories live. Discover now