ɴᴇʙᴇɴɢɪɴ ꜱɪᴀᴘᴀ?

343 22 37
                                    

"Berhubung siang ini semua guru akan mengadakan rapat terkait ujian kalian nanti, proses belajar mengajar hanya akan berlangsung sampai jam keenam saja."

"Kita akan pulang cepat hari ini, Bu?" sahut Hoshi, menginterupsi wali kelasnya yang sedang menyampaikan pengumuman penting.

Bu Ailee, wali kelas dari kelas 12 IPA 2 itu mengangguk mengiyakan pertanyaan salah satu anak didiknya. "Iya, seluruh murid akan dipulangkan lebih awal hari ini." jawabnya santai.

Suara riuh rendah sorakan sontak memenuhi seluruh isi kelas, banyak anak yang menyambut senang pengumuman ini. Kapan lagi mereka bisa pulang cepat seperti ini, iya 'kan?

"Tapi, tunggu dulu. Kalian jangan senang dulu, anak-anak." Bu Ailee mencoba menenangkan histeria anak didiknya, yang mana hal itu membuat seluruh murid kembali fokus kepadanya.

"Kalian boleh pulang kalau tugas kalian sudah selesai. Ingat ya, tugasnya dikumpul di meja Ibu."

Yaahh ibuuuu ㅡkoor protes anak-anak kemudian memenuhi ruang kelas. Tidak seru jika pulang cepat tapi tetap ditentukan dari selesai tidak selesainya mereka mengerjakan tugas.

Bu Ailee menggeleng tegas lalu menunjuk salah satu anak didiknya yang tempat duduknya berada di barisan kedua dari depan meja guru. "Ibu mau tugas kalian disetor ke ketua kelas. Awas ya, jangan sampai ada yang nggak ngerjain. Nanti Ibu minta Seulgi untuk catat nama siapa-siapa aja yang nggak ngerjain tugas dari ibu ini. Paham?" kata Bu Ailee lagi, yang mau tidak mau harus tetap dilaksanakan juga.

"Iya, iyaaa. Paham, Buuu.." di tempat duduknya Hoshi bersunggut-sunggut, wajahnya kelihatan bete namun kepalanya tetap mengangguk. Lucu.

Setelah dirasa seluruh anak didiknya sudah menerima pengumuman darinya dengan jelas, Bu Ailee pun undur diri untuk kembali ke ruang guru. Dan coba tebak apa yang terjadi berikutnya?

Anak-anak mulai heboh dan berteriak ke sana kemari. Kenapa? Tentu saja mereka meminta contekan secara berjama'ah, apalagi. Rasanya hanya itu satu-satunya cara supaya mereka semua bisa pulang cepat dengan kompak.

"Wendy, gua bagi nomor 5 dong. Boleh, ya?" seorang siswa berdarah Jepang yang bernama Takada Kenta, segera menghampiri tempat duduk Wendy. Dia mencolek bahu Wendy sambil memasang wajah melas kepada gadis di sisi kirinya itu.

Wendy mengerutkan keningnya, "Lah, lo baru ngerjain sampai nomor 5, Ken?" tanya Wendy heboh. Kaget saat tahu bahwa teman Jepangnya yang telah dikenalnya sejak SMP itu ternyata dari tadi sudah ketinggalan jauh.

Merespon pertanyaan Wendy, Kenta hanya menunjukkan cengirannya seraya mengangguk-ngangguk lucu seperti boneka di dashboard mobil. Sementara Wendy menempuk jidatnya cukup keras begitu melihat ekspresi lugu di wajah Kenta. Lantas, dia langsung mengoper bukunya pada Kenta, "Yaudah nih, lo kerjain dulu sampai nomor 15. Ntar gua lanjut lagi abis lo." ujar Wendy dengan santai.

Dan setelahnya tanpa malu-malu Kenta mengangguk mantap, senyumnya juga menjadi semakin luar biasa sumringah. Dengan semangat Kenta segera duduk di depan Wendy, tapi sebelum dia menyalin tugas milik Wendy, Kenta berteriak lantang ke kursi deretan keempat dekat pintu.

"Woiiii! Joshua, Jaehwan! Gua dapet contekan dari Wendy, nih! Buruan ke sini!"

Wendy melotot kaget ketika mendengar Kenta memanggil teman-temannya. "Eh, apa-apaan ini, Ken? Lo kasih hasil kerja gua ke mereka juga?" tanya Wendy, bingung.

Kenta terkekeh, "Yaaa.. gimana ya, Wen. Mereka juga sama kayak gua. Nggak apa-apa ya mereka ikut nyalin, Wen? Kasihan tau."

Wendy menatap Joshua dan Jaehwan yang sudah berdiri di depannya. Bukan masalah kasihannya edan! Lo nggak bilang kalo yang mau nyontekin gua ternyata nggak cuma lo doang.

[Tahap Revisi] 📕 𝐌𝐎𝐍𝐃𝐀𝐈𝐋𝐘 | 𝓜𝓸𝓷𝓼𝓽𝓪 𝓧Where stories live. Discover now