ʙᴀᴅ ɴᴇᴡꜱ

272 18 21
                                    

Kihyun tidak bisa menahan senyumnya, dia pun sesekali terkekeh pelan saat dengar cerita Wonho di telepon. Apa yang putra sulungnya sampaikan padanya saat ini rasanya benar-benar seperti buah yang baru dipetik dari pohonnya, terasa baru dan masih teramat segar.

"Mamih nggak nyangka ya, Bang. Masa sih dia begitu? Kamu beneran nggak salah liat kan, Bang?"

Di seberang sambungan telepon, Wonho berdecak pelan.

"Ngapain Wonho bohong sih, Mih. Seriusan itu, Wonho betulan liat Joo emang boncengin cewek tadi. Sayangnya aja Wonho lupa buat ngambil foto mereka sebagai bukti."

"Assalamu'alaikum! Joo pulang, Mih!"

Kihyun refleks menoleh ke belakang ketika indera pendengerannya menangkap suara Jooheon yang berasal dari ruang tengah. "Eh? Panjang umur, Bang. Jooheonnya udah pulang tuh." ujar Kihyun, memberitahu Wonho soal kedatangan Jooheon.

Wonho kemudian buru-buru menyudahi teleponnya, dia tidak mau Jooheon tahu jika dialah yang memberitahu Mamih soal pertemuan mereka di depan toko kue. Kihyun pun tidak bisa apa-apa karena sebelum dia sempat menyela ucapan Wonho, putra sulungnya itu benar-benar memutus sambungan telepon secara sepihak.

"Wa'alaikumsalam, Joo! Mamih lagi di dapur, Nak!" Kihyun berseru tidak kalah kencang dari Jooheon supaya putra bungsu pertamanya itu bisa mendengarnya.

Dan benar saja, tidak sampai dua menit Jooheon muncul di tengah batas ruangan yang memisahkan dapur dengan ruang makan. Kihyun pun tersenyum menyambut Jooheon yang menghampirinya.

"Tumben udah pulang jam segini, Joo. Lagi pulang cepet, ya?"

Usai mencium tangan Kihyun, Jooheon mengangguk mengiyakan pertanyaan Mamihnya. "Iya, Mih. Gurunya pada rapat buat ngurus ujian nasional nanti." jawab Jooheon.

Kihyun hanya ber'oh' pelan menanggapi jawaban Jooheon. Lalu setelahnya karena merasa ingin cepat-cepat berbaring di atas tempat tidur, Jooheon pun memutuskan untuk langsung ke kamarnya saja.

"Mih, Joo mau istirahat bentar di kamar ya. Nanti kalo Joo ketiduran tolong bangunin, Mih."

"Yaudah iya. Gih, sana istirahat."

Selang beberapa menit Jooheon sudah ada di kamarnya. Setibanya di kamar Jooheon langsung melepas sepatu, menggantung tasnya di dinding, menyalakan AC, melepas seragam, dan terakhir dia langsung merebahkan tubuhnya di atas tempat tidurnya.

"Gila, siang ini panas banget. Puyeng gua." keluh Jooheon atas cuaca siang ini yang memang sedang terik-teriknya. Padahal beberapa hari lalu hujan terus mengguyur kota. Sedang musim panceklik ya begini, tidak tentu memang cuacanya.

Jooheon kemudian mengeluarkan ponselnya dari saku celana sebelah kanannya. Dia baru ingat jika tadi selama dalam perjalanan pulang, Jooheon merasa ponselnya bergetar.

Satu pesan baru dari Kang Seulgi.

"Oh, dari Seulgi."

Jooheon kemudian membuka pesan yang Seulgi kirimkan padanya. Dengan posisi masih berbaring, tubuhnya dia miringkan ke kanan. Lalu Jooheon mulai membaca isi pesan Seulgi.

Kangseulgi
Hai, Joo.
Thanks a lot untuk yang tadi, ya.

Dan tidak ada satu menit berlalu setelah membaca pesan Seulgi, tangan Jooheon sudah bergerak lincah di layar ponselnya.


Jooheonlee
Yup, no problem.
Senang bisa bantu lo, Gi.


Send.

.
.
.

Pukul 16.15 P.M, begitulah keterangan waktu yang sempat Jooheon lihat di layar ponselnya ketika dia bangun tidur.

[Tahap Revisi] 📕 𝐌𝐎𝐍𝐃𝐀𝐈𝐋𝐘 | 𝓜𝓸𝓷𝓼𝓽𝓪 𝓧Where stories live. Discover now