Satu

13.4K 712 63
                                    

Pernahkah kalian memikirkan apa yang akan terjadi di masa depan? Setidaknya Kenneth yang berusia 18 tahun itu tidak pernah membayangkan hal-hal seperti 'itu' akan terjadi di dalam hidupnya.

Namanya Kenneth. Seorang pemuda yang hidup sederhana bersama kedua orang tuanya.

Ayahnya mengalami trauma besar yang mengakibatkannya tidak bisa bersosialisasi dengan baik di lingkungan sekitar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ayahnya mengalami trauma besar yang mengakibatkannya tidak bisa bersosialisasi dengan baik di lingkungan sekitar. Oleh karena itu, Kenneth bertekad bisa kuliah di universitas paling bergengsi di negaranya mengambil jurusan psikologi. Ia ingin membantu orang-orang yang mengalami hal serupa seperti ayahnya. Katanya, jadi psikolog itu bukan sekadar menjadi dokternya orang gila. Tapi psikolog itu pekerjaan mulia. Sama halnya seperti dokter umum atau spesialis yang menyembuhkan orang sakit, psikolog itu juga menyembuhkan orang sakit. Karena menyembuhkan orang yang sakit adalah pekerjaan yang mulia, maka Kenneth yakin bahwa dengan menjadi seorang psikolog ia akan membantu banyak orang untuk keluar dari masalahnya.

Hari ini adalah hari pertama bagi Kenneth untuk masuk kuliah. Bisa merasakan atmosfer pendidikan yang berkualitas di universitas yang paling diimpikan oleh semua orang di Indonesia membuatnya bangga. Awanya ia mengira mungkin hanya dia sendiri dari sekolahnya yang masuk universitas ini. Tapi ternyata ada Austin juga. Kenneth berteman sangat dekat dengannya sejak SMA. Mereka bertemu di pintu masuk universitas.

"Austin?" Kenneth memastikan orang yang dilihatnya itu apakah benar-benar Austin.

"My Little Prince, Kenneth?" Austin sama terkejutnya melihat Kenneth di depannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"My Little Prince, Kenneth?" Austin sama terkejutnya melihat Kenneth di depannya. Mereka tidak pernah merencanakan akan kuliah bersama atau apa pun. Yang Austin tahu, Kenneth pernah mengatakan kalau ia mungkin tidak akan melanjutkan kuliah karena terkendala masalah biaya.

"Berhenti memanggilku itu, Tuan Austin!" panggilan itu selalu Austin gunakan karena Kenneth itu wajahnya sangat berkelas, mirip pangeran, meskipun ia berasal dari keluarga yang sederhana. Itu katanya Austin. Sangat tidak logis. Lalu Kenneth akan memanggil Austin dengan embel-embel 'tuan' yang katanya agar setimpal.

"Ahhh, iya, iya. Jadi kau kuliah di sini juga?"

"Seperti yang kau lihat." Kenneth membenarkan kerah bajunya yang sebenarnya tidak ada masalah untuk sedikit membanggakan diri. "Jangan bilang kau juga di jurusan psikologi?" tanyanya.

Meteor Ga(y)den [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang