Empat

5K 460 39
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Austin dan Kenneth sudah tiba di kampus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Austin dan Kenneth sudah tiba di kampus. Mereka ke kampus naik motor. Tentunya Austin yang membonceng Kenneth. Karena selain motor itu milik Austin, Kenneth memang tidak bisa menyetir motor. Ia trauma. Saat itu ia belajar naik motor dengan ibunya. Tapi kerena kehilangan keseimbangan, ia menabrak pagar rumah Austin dan mengalami patah tulang. Untunglah ia masih muda, sehingga tulang-tulangnya yang patah cepat pulih. Austin tahu itu. Makanya sejak SMA dulu ia selalu menghampiri Kenneth untuk berangkat sekolah bersama. Katanya, ia kasihan kalau melihat Kenneth berdesakan naik bus umum. Hingga sampai sekarang setelah Austin mengetahui kalau Kenneth kuliah di tempat yang sama dengannya, sepertinya kebiasaan ini akan terus berlanjut selama empat tahun kedepan. Tentunya bagi Kenneth ia sangat diuntungkan. Tapi Kenneth bukanlah tipe orang yang seperti itu.

Sekarang mereka berjalan menuju gedung fakultas dari tempat parkir. Jaraknya cukup jauh, sekitar dua ratus meter. Ini adalah kampus paling bergengsi di Indonesia, dan tentunya luas. Sangat. Mereka berjalan sambil bercanda. Lebih tepatnya Austin yang mengajak Kenneth bercanda, karena ia melihat Kenneth murung sejak tadi pagi. Mungkin Kenneth masih kepikiran dengan apa yang terjadi semalam.

"Ken, kamu kenapa sih?" Austin mulai penasaran dengan ekspresi Kenneth yang tidak seperti biasanya. Sebagai sahabat Kenneth, Austin itu peka. Sangat. Ingat ketika Kenneth kelaparan karena kehabisan uang saku? Ya, Austin dengan peka membelikan roti dan menjejalkannya ke mulut Kenneth yang tetap saja bilang tidak lapar padahal perutnya sudah menabuh genderang.

"Aku nggak papa kok, Tin." Kenneth hanya menggeleng pelan. Ia pasti sudah tahu kalau sebenarnya Austin peka dengan dirinya yang berbohong. Nanti pasti Austin akan mengejarnya terus dengan berbagai macam pertanyaan sampai dia mengakuinya.

Austin hanya menyipitkan matanya curiga. Setelah sampai di kelas, mereka pun segera masuk dan duduk untuk menyiapkan mata kuliah hari ini karena dosen sebentar lagi akan datang.

Setelah selesai mata kuliah Pengantar Psikologi, Austin dan Kenneth keluar kelas untuk istirahat dan makan di kantin. Setelah memesan makanan, mereka membawa makanannya dan duduk di salah satu meja.

Austin masih penasaran dengan apa yang terjadi dengan Kenneth.
"My Little Prince..." ucap Austin memanggil Kenneth.

"Heumm?" Kenneth mendongak untuk melihat Austin. Tadinya ia menunduk hendak menyantap makanan yang sudah dipesannya tadi. Ia sadar akan satu hal. "Eh? Sudah kubilang jangan memanggilku itu, kan, Tuan Austin." Kenneth mengerucutkan bibirnya.

Meteor Ga(y)den [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang