Dua Belas

3.6K 327 7
                                    

Kenneth berpikir keras mengenai hukuman itu. Bagaimana bisa Sebastian memberikan pilihan yang sama sekali tidak menguntungkannya. Tapi mana ada hukuman yang menguntungkan. Semua hukuman pasti akan memberikan efek jera bagi pelanggarnya.

Kenneth tidak bisa memutuskan untuk memilih pura-pura menjadi pacar Sebastian atau harus merelakan studinya. Pilihan kedua tidaklah baik. Ia sudah susah payah mengikuti tes masuk PTN dan berhasil lolos di perguruan tinggi bergengsi ini, tidak mungkin ia harus merelakan dirinya di DO begitu saja hanya karena si brengsek Sebastian itu.

Ia pun mendiskusikannya dengan Austin.

"Apa kamu bilang? Dia ingin kamu jadi pacar pura-puranya?" Austin tampak terkejut

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Apa kamu bilang? Dia ingin kamu jadi pacar pura-puranya?" Austin tampak terkejut.

"Iya. Jika aku tak mau, dia akan mempengaruhi rektor untuk men-DO-ku. Apa yang harus aku lakukan, Tin?" Kenneth menundukkan kepalanya. Ia tampak frustrasi dan ingin menangis sekencang-kencangnya.

"Brengsek emang! Kenapa dia harus melakukan itu?"

"Katanya untuk menghindari perjodohan."

"Itu kan urusannya."

"Nah, maka dari itu, Tin. Dia sangat menyebalkan. Bagaimana bisa ia menyeretku ke dalam kehidupannya seperti itu?" Kenneth benar-benar tampak frustrasi.

"Dia harus dikasih pelajaran, Ken."

"Dengan apa?"

Austin tampak berpikir keras.

"Dengan kekerasan? Kau tidak lihat ketiga sahabatnya anggota F4 seperti apa?"

Austin tampak mengangguk.

"Dengan menekannya secara mental? Kau lupa kalau orang tuanya sangat berpengaruh di dunia. Bukannya mereka yang tertekan, tapi malah nyawa kita yang akan jadi korban."

Austin ikut murung.

"Tak ada yang bisa kita lakukan lagi selain menuruti permintaanya." Pasrah Kenneth.

"Itu diskriminasi." Austin masih tidak bisa terima.

"Bukannya diskriminasi memang sudah menjadi kenyataan yang tidak bisa dihindari? Mereka punya uang dan kekuasaan. Tak ada yang bisa melawan mereka."

Tak ada jawaban dari Austin. Ia sudah tidak bisa memberikan saran lagi.

"Lalu bagaimana dengan hukumanmu?" Tanya Kenneth.

"Emm, ia belum mengatakannya. Aku juga khawatir mengenai hukuman itu."

"Apa Verina juga mendapatkannya?"

"Aku rasa tidak. Ia tidak terlibat terlalu jauh dengan F4. Dan juga, F4 tidak pernah mengancam cewek dengan secret card-nya."

Kenneth hanya menghela napas panjang. Menyadari betapa sialnya tahun pertamanya kuliah.

Meteor Ga(y)den [END]Where stories live. Discover now