Empat Belas

3.5K 331 9
                                    

Setelah F4 datang, Sebastian berjalan mendekati Kenneth.

"Gue jemput lo, Sayang." Sebastian sengaja menekankan kata sayang.

Kenneth dan ketiga temannya terkejut. Kenneth hanya melongo dan tak menjawab apa-apa setelah mendengar yang barusan Sebastian katakan. Sementara Verina dengan cepat mengeluarkan kamera andalannya. Ia tak ingin melewatkan momen yang mengesankan itu.

Austin hanya menatap geram. Lalu Reynard masih tetap dengan muka polosnya mencerna apa yang sebenarnya terjadi.

"Kok malah diem?" Sebastian melontarkan pertanyaan hingga membuat Kenneth tersadar.

"Hah? Iya? Apa?" Tipikal orang yang terpesona akan sesuatu. Selain Kenneth terkejut dengan ucapan Sebastian barusan, ia juga mulai setuju dengan pendapat orang lain yang menyatakan bahwa Sebastian itu tampan. Ada apa dengan otaknya?

Tapi pikiran itu langsung dibuang jauh-jauh oleh Kenneth. Jika Kenneth ingat-ingat kejadian hari itu, ia masih belum bisa menerima berandalan di depannya ini yang bisa saja membuatnya terluka lebih dalam lagi.

Sebastian menarik lengan Kenneth, lalu menggenggamnya.

"Emm, kak Sebastian..." Kenneth menggigit bibir bawahnya setelah menyadari bahwa mereka kini menjadi pusat perhatian seluruh penjuru cafe.

"Panggil aja kak Tan." Sebastian tersenyum pada Kenneth. Demi apa pun tak akan ada yang bisa menyanggah kalau Sebastian itu tampan. Karena memang ia benar-benar tampan. Termasuk Kenneth, ia tak bisa memungkiri bahwa pria yang ada di depannya ini tidak tampan ketika tersenyum padanya seperti itu.

"Arghhh..." Verina berteriak sambil tetap merekam dengan kamera andalannya, lalu Reynard membungkamnya. "Rey, lihatlah, mereka manis sekali. Astaga. Aku berani jamin, Austin pasti akan cemburu." Lalu Verina menunjuk Austin dengan dagunya untuk memperlihatkan bagaimana ekspresi pria itu pada Reynard.

Reynard mengangguk setuju. Ekspresi Austin seperti sedang melihat kekasihnya dipelakori orang lain. Namun, ia tak bisa berbuat apa-apa.

"B-baik, kak Tan." Kenneth menghela napas panjang untuk menyembunyikan kegugupannya itu. Ini masalah. "Tapi aku tidak bisa pergi sekarang. Shift kerjaku baru berakhir dalam dua jam." Kenneth lagi-lagi menggigit bibir bawahnya.

"Tidak masalah. Gue dan temen-temen bisa nunggu lo di sini." Sebastian melepaskan genggaman tangannya pada Kenneth.

"Lalu, aku harus kembali ke tempat penyeduh kopi." Kenneth berbalik.

"Gue tunggu di sana." Sebastian menunjuk tempat duduk yang ada di cafe itu.

Kenneth berlalu sambil menarik tangan Reynard untuk menemaninya kembali ke tempat penyeduh kopi. Entah bagaimana bisa seperti ini, Kenneth tak tahu harus berbuat apa.

Sementara Sebastian, ia mengajak anggota F4 yang lain dan juga Austin serta Verina untuk duduk di tempat yang ditunjuk Sebastian tadi.

Katanya ada hal penting yang ingin dibicarakan mengenai hukuman mereka.

"Apa sebenarnya mau lo?" Austin menggunakan bahasa nonformal karena ia sangat terusik dengan keberadaan Sebastian.

"Kayaknya Kenneth udah bilang ke sahabat tersayangnya ini kalau mulai sekarang gue adalah pacarnya." Sebastian menekankan kata sahabat pada perkataannya.

Austin mendengus kesal. "Apa yang sebenarnya lo mainin? Perasaan Kenneth?" Austin to the point pada ucapannya. Ia bukanlah orang yang percaya gitu aja kalau motif Sebatian adalah menggagalkan perjodohan yang dilakukan orang tuanya.

Sebastian tersenyum miring. "Apa artinya lo cemburu?"

"Emrghhh..." Verina membungkam mulutnya yang keceplosan itu. Dia bisa berteriak histeris melihat dua seme tampan di depannya itu memperebutkan Kenneth.

Meteor Ga(y)den [END]Where stories live. Discover now