Bagaimana Menghadapi Penderitaan

20 0 0
                                    

Biasanya orang yang mengalami penderitaan sering mengeluh. Padahal mengeluh bukanlah jalan yang baik untuk melepaskan diri dari penderitaan. Sebaliknya, dengan mengeluh beban penderiitaan yang dialami seseorang malah sering bertambah. Oleh karena itu, langkah yang bijaksana adalah dengan mengetahui bagaimana kita dapat bertahan menghadapi penderitaan. Prinsipnya ialah pertama, terimalah penderitaan sebagai konsekuensi hidup yang harus kita jalani. Alkitab berkata dengan gamblang bahwa setiap orang pasti mengalami penderitaan, tidak terkecuali pengikut Kristus (). Dalam ayat tersebut disebutkan bahwa semua makhluk sama-sama mengeluh. Kata mengeluh tersebut berarti merintih dengan amat sangat karena penderitaan hidup. Ditambahkan oleh Paulus dalam ayat tersebut bahwa sama seperti seseorang yang hendak melahirkan tidak mungkin lolos dari sakit bersalin, demikian juga setiap orang dari penderitaan. Banyak orang, termasuk orang Kristen, telah mencoba untuk menghindar dan mengabaikan penderitaan untuk mengenyahkan penderitaannya. Tetapi usaha-usaha tersebut justru akan melahirkan penderitaan yang baru sehingga beban penderitaan yang harus ia tanggung semakin banyak. Namun, suka atau tidak, setiap orang pasti berjumpa dengan penderitaan. Bagaimanapun jenis dan ukuran penderitaan seseorang, setiap orang pasti mempunyai bagiannya masing-masing. Dengan menerima penderitaan yang menjadi konsekuensi hidup yang harus dijalani, seseorang akan lebih dapat melihat cara-cara kreatif untuk mengatasi penderitaan yang sedang dialaminya. Ketabahan, ketekunan, serta semangat untuk berjuang mengatasi penderitaan selalu ada pada orang-orang tersebut.

Kedua, Tuhan pasti melihat dan menolong pengikut-Nya dalam penderitaan yang mereka alami. Yesus berjanji untuk menyertai kehidupan setiap orang percaya. Oleh karena itu, dalam penderitaan yang tidak gampang, Paulus dapat berkata, "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku" (). Ada sebuah lagu yang sangat terkenal dan selalu menimbulkan ketenangan hati. Lagu itu berjudul "Yesus Sahabat Sejati" (oleh oknum plagiat Indonesia, lagu ini kemudian dijadikan lagu yang menggugah semangat kebangsaan, lagu itu berjudul "Kulihat Ibu Pertiwi sedang bersusah hati"). Mari kita lihat sejenak lagu tersebut dalam bahasa aslinya (Inggris).

What A Friend We Have In Jesus
(by Joseph Scriven, 1819-1886)

What a Friend we have in Jesus, All our sins and griefs to bear!
What a privelege to carry, Everything to God in prayer!
O what peace we often forfeit, O what needless pain we bear,
All because we do not carry, Everything to God in prayer!
Have we trials and temptation? Is trouble any where?
We should never be discouraged, Take it to the Lord in prayer!
Can we find a friend so faithful, Who will all our sorrows share?
Jesus knows our every weakness, Take it to the Lord in prayer!
Are we weak and heavy laden, Cumbered with a load of care?
Precious saviour still our refuge, Take it to the Lord in prayer!
Do thy friends despise forsake thee?, Take it to the Lord in prayer!
In His arms He'll take and shield thee, Thou wilt find a solace there.

Joseph Scriven, pengarang lagu ini, berasal dari Irlandia. Ia seorang yang mengalami persahabatan dengan Yesus, yang selama hidupnya dipenuhi dengan banyak masalah dan penderitaan. Tahun 1840, ketika umurnya belum genap dua puluh tahun, calon istrinya meninggal akibat kecelakaan pada malam sebelum pemberkatan nikah mereka. Sesudah itu, kariernya di dunia militer harus kandas akibat kondisi tubuhnya yang terus memburuk.

Beberapa waktu kemudian ia pindah ke Kanada. Ia menjadi pelayan dari orang-orang yang tidak beruntung (orang-orang cacat dan kaum miskin). Setelah itu, dia mendapatkan calon istri lagi, tetapi tampaknya penderitaan adalah takdir dalam hidupnya. Kembali, sebelum pernikahan calon istrinya meninggal secara mendadak dengan sakit yang tiba-tiba (hanya sekitar beberapa menit). Persiapan pernikahan telah dilakukan, tetapi Tuhan menentukan hal yang berbeda. Ia adalah seorang yang sangat terpukul.

Selanjutnya, dalam masa-masa hidupnya, ia adalah orang yang kesepian, yang hampir selalu menerima ketidakadilan, serta terus-menerus dirundung sakit/problem kesehatan. Umur 67 tahun ia meninggal. Sebuah monumen kemudian didirikan untuk menghormati dia di Port Hope, Ontario -- USA.

Mengapa ia bisa tegar menjalani hidup yang tidak mudah, bahkan lebih daripada itu, menjadi kesaksian bagi banyak orang, menolong banyak sekali orang yang kesusahan, dan membawa banyak jiwa kepada Kristus? Ternyata (menurut banyak kesaksian), ia adalah orang yang begitu bersahabat dengan Tuhan Yesus, yang direfleksikan dalam kehidupannya sehari-hari dalam ibadah dan pergaulan dengan orang-orang pada umumnya. Selain itu, yang pasti, Yesus mengambil inisiatif dalam persahabatan tersebut. Lagu ini mulai mendunia sejak ditangani oleh komposer yang cukup handal pada zamannya, Charles Converse.

Daripada terus mengeluh karena penderitaan hidup kita, lebih baik kita datang dan berharap kepada Tuhan Yesus, dan kita akan merasa bahwa Ia sungguh sahabat yang sejati. Keyakinan bahwa Tuhan pasti menolong seorang yang menderita sehingga tidak putus asa, stres, maupun depresi bukanlah keyakinan yang keliru. Karena Tuhan Yesus, Sahabat sejati itu, akan menolong tepat pada waktu-Nya.

Prinsip yang ketiga, percayalah bahwa Tuhan mempunyai maksud dalam segala penderitaan yang kita alami. Paulus berkata, "Kita tahu sekarang bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah" (). Allah yang mengizinkan penderitaan mampir dalam hidup kita, Ia pula yang merancang segala sesuatu untuk kebaikan kita. Apa pun penderitaan yang dialami oleh orang percaya tidak terlepas dari kontrol Allah. Bahkan Tuhan mampu mengubah keadaan yang terburuk sekalipun untuk mendatangkan manfaat yang sebesar-besarnya.

Yusuf adalah contoh nyata dalam Perjanjian Lama. Ia dibuang oleh saudara-saudaranya dan kemudian masuk dalam penderitaan demi penderitaan di tanah Mesir. Namun, melalui hal itu Tuhan mendatangkan suatu kenyataan sebaliknya, bahwa Yusuf akhirnya diangkat menjadi seorang penguasa di tanah Mesir. Akhirnya, ia pun dapat menolong saudara-saudaranya yang dulu telah membuangnya dengan penuh kebencian, namun kini datang dengan meminta bantuan pangan. Yusuf memiliki perspektif yang baik, bahwa Tuhan punya maksud di balik setiap penderitaan hidupnya. Seharusnya, ia dapat saja membalas saudara-saudaranya yang datang kepadanya. Sebaliknya, ia berkata, "Tetapi sekarang, janganlah bersusah hati dan jangan menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu" (). Yusuf yakin kendati orang berbuat jahat sekalipun terhadap dirinya, Allah dapat memanfaatkannya untuk mendatangkan kebaikan. Hal ini tampak dalam ucapannya, "Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar" ().

Manusia Abadi [SELESAI]Where stories live. Discover now