BAB 4 (Direct Message)

1K 84 11
                                    

Selamat pagi. 🖐
Kalian udah sarapan? Udah minum susu? Udah mandi? Kalau udah semua. Kuy, baca Akkadis.

Selamat membaca Akkadis.
Semoga suka. 🐙

Bab 4 (Direct Message)

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.


Bab 4 (Direct Message)

Setiap manusia berhak egois termasuk dalam hal menyimpan perasaan

~Akkadis
By: Chusnul L P

🍃🍃🍃


Fatih duduk digazebo untuk mengerjakan skripsinya. Fatih sekarang sudah berada disemester akhir yang dipusingkan dengan skripsi. Fatih menghubungi Fahri untuk menemaninya disini, sekedar teman mengobrol dan meminta saran.

Ah, bukan meminta saran sebenarnya hanya meminta pendapat saja. Karena kalau meminta saran dari Fahri mungkin hanya kekonyolan saja yang didapatkan oleh Fatih. Fahri kan orang yang sering bercanda.

Tuutttt... Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif. Cobalah beberapa saat lagi. The number that you're calling is not actif, please try again later.

"Lah. Nggak aktif nomernya," batin Fatih. Mungkin Fahri sedang bimbingan di ruang dosen. Karena itulah Fahri tidak mengaktifkan ponselnya.

Fatih memilih berjalan ke arah parkiran untuk mengambil sepeda motornya. Ia akan pulang saja. Lagian sudah tidak ada mata kuliah lagi. Ketika sudah semester akhir, maka mahasiswa sudah jarang mengikuti mata kuliah. Karena mereka difokuskan pada pembuatan skripsi mereka. Kadang kala hanya satu mata kuliah saja setiap minggunya.

Saat Fatih berjalan menuju parkiran,  dia tidak sengaja menabrak seorang perempuan yang memakai gamis dan jilbab pashmina. Fatih tidak melihat gadis tersebu, karena Fatih terbiasa menundukkan kepala ketika berjalan diantara perempuan. Ia bersikap demikian untuk menjaga pandangannya dari hal-hal yang kurang baik.

"Maaf. Saya tidak sengaja," ucap Fatih meminta maaf pada perempuan tersebut. Kemudian dia berdiri. Perempuan tersebut juga berdiri, keduanya berpandangan. Fatih sedikit terkejut dengan kehadiran perempuan tersebut yang ternyata adalah Nuril.

"Eh, Nuril. Maaf," ucapnya meminta maaf untuk yang kedua kali. Fatih merasa canggung.

"Iya. Nggak papa, Fat," balas Nuril memandang Fatih sebentar kemudian tertunduk kembali. "Aku pergi dulu. Assalamu'alaikum," lanjut Nuril berpamitan kepada Fatih.

"Wa'alaikumsalam," jawab Fatih.
Fatih melanjutkan perjalanannya menuju parkiran. Ia tidak memperdulikan Nuril. Baginya Nuril hanya masa lalu. Biarkan saja. Toh, masa lalu itu sudah lama. Sejak dia SMP. Itu artinya dia jatuh cinta pada Nuril saat masih kecil. Dan ia rasa itu bukan cinta yang sesungguhnya, melainkan hanya cinta monyet.

"Fat!" panggil Nuril lagi.
Fatih menghentikan langkahnya. Dia menoleh pada Nuril. Dalam hati Fatih bertanya-tanya. Ada gerangan apakah Nuril memanggilnya.

Behind The Post [Republish]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora