Bab 18 (Berbagi #2)

599 44 2
                                    

Updated 15 Maret 2020
Hai! Assalamu'alaikum.
Selamat sore.
Jangan lupa baca sholawat ya.
Aku do'akan semua readers Akkadis sehat wal afiat. Aamiin.

Selamat membaca Akkadis.
Semoga kalian menyukainya. 💐

Bab 18 (Berbagi #2)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Bab 18 (Berbagi #2)

Kadang kala manusia tidak bisa mendefinisikan perasaannya sendiri karena sebuah kebimbangan yang tidak pernah ia sadari

~Akkadis
By: Chusnul L P

☘☘☘

Nuril baru saja tiba di pondok pesantren. Ia langkahkan kakinya dengan cepat agar segera tiba di asrama. Ia lelah sekali, padahal hanya mengantarkan beberapa buku saja.

Setibanya di asrama ia rebahkan tubuhnya ke tempat tidur dengan kasar. Padahal tempat tidurnya itu tak kalah kerasnya dengan kayu, tetapi tetap saja membuatnya nyaman. Karena selama di pondok ia belajar mensyukuri apapun yang ada.

"Ya ampun, Ril. Kenapa sih?" tanya Elza, teman Nuril. Elza menyembulkan wajahnya dari tempat tidur bertingkat bagian atas. Sedangkan tempat tidur Nuril berada di bagian bawah.

"Tadi abis nganter beberapa buku ke tempat tahfidz di deket kampus," jawab Nuril dengan napas terengah-engah.

Mulut Elza membentuk huruf 'o' setelah mendengar jawaban Nuril. Kemudian Elza mengamati jilbab yang dipakai oleh Nuril. Laĺu menyadari bahwa ada sesuatu yang tidak ada dari jilbab Nuril.

"Eh, Ril. Kok nggak pakek bros sih? Kan kalok keluar dari area pondok suruh pakek," kata Elza.

"Pakek kok. Nih ...." ucapan Nuril terhenti kala melihat bros yang tadi ia kenakan tak ada di jilbabnya.

"Ta ..., tadi aku pakek loh, Za. Beneran deh. Aduh, kemana ya," ucap Nuril penuh kepanikan. Dirinya kalang kabut mencari bros yang menjadi ciri santri putri dari pondok pesantren tempatnya menimba ilmu. Ia beranjak dari tempat tidurnya mengabaikan Elza yang terus saja mencerocos tanpa henti.

Nuril membuka lemari paling atas tempatnya biasa menyimpan aksesoris. Ia mengobrak-abrik isinya berharap dapat menemukan bros itu.
Namun nihil, tak ada bros itu disana.

Ia beralih ke bagian lemari yang lain dengan harapan yang sama -bisa menemukan brosnya- hingga seluruh lemari ia geledah bros itu tetap tidak ia temukan.

Elza menatap aneh pada apa yang Nuril lakukan. Elza berpikir bahwa bros Nuril mungkin hilang di jalan, sebab tadi Nuril mengatakan bahwa sudah memakainya.

Behind The Post [Republish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang