Bab 21 (Kebimbangan #2)

555 39 5
                                    

اللّهمّ صلّ على سيّدنا محمّد و على ال سيّدنا محمّد

Hey, selamat pagi.
Semoga kita semua terhindar dari musibah. Aamiin.

Updated 22 Maret 2020

Selamat membaca Akkadis.
Semoga suka. 🎐

Bab 21 (Kebimbangan #2)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bab 21 (Kebimbangan #2)

Tentukanlah pilihan berdasarkan petunjuk Tuhanmu, sebab Dialah yang akan memberikan yang terbaik untukmu.

~Akkadis
By: Chusnul L P

🍀🍀🍀

"Woy! Dah lama?" teriak Fahri dengan suara lantangnya. Semua pengunjung kafe menatap ke meja Fahri dan Fatih. Fahri pun langsung tersenyum meminta maaf kepada para pengunjung yang mungkin merasa terganggu.

"Kebiasaan deh, Ri. Nggak malu diliatin pengunjung lain," tukas Fatih. Ia merasa heran dengan Fahri. Dari dulu sampai sekarang setiap bertemu dengan Fatih, pasti selalu mengagetkan.

Fahri hanya nyengir sendiri lalu duduk di depan Fatih. Ia mengambil laptop dari dalam tas gendong yang ia bawa, lalu membuka laptop tersebut dan mengerjakan skripsinya.

Fatih yang tidak tahu apa yang dilakukan Fahri lebih memilih memesan mocca latte kepada pelayan.

Beruntung pelayan itu laki-laki dan tak meminta foto atau tanda tangan dari Fatih. Jika saja pelayan itu perempuan, mungkin Fatih sudah dimintai foto bersama dan tanda tangan.

"Ada lagi, Mas?" tanya pelayan tersebut pada Fatih.

"Kopi pekat hitam satu," sahut Fahri. Padahal pelayan tadi menanyakan kepada Fatih, tetapi malah Fahri yang menjawab. Fahri kemudian fokus pada layar laptop di depannya.

"Oke. Kopi pekat hitam satu sama mocca latte satu. Ada lagi, Mas?" tanya pelayan itu dengan senyum tersungging di bibir sebelum pergi.

"Udah. Itu aja," pungkas Fatih.

Pelayan tersebut mengangguk kemudian tersenyum kepada Fatih dan Fahri.

"Ri, kamu ngapain sih?" tanya Fatih. Ia mencoba mengintip apa yang sedang ditampilkan pada layar laptop Fahri.

"Syutt! Jangan liat dulu, gue lagi ngerjain skripsi nih. Tinggal bab akhir. Bantuin ya," pinta Fahri. Ia tersenyum menampilkan sederet gigi putihnya selayaknya iklan pasta gigi di televisi.

Behind The Post [Republish]Where stories live. Discover now