18 🍃 Gak bisa nolak

5.4K 372 6
                                    

"ELO." Ucap Richo dan Leia secara bersamaan dan saling tunjuk satu sama lain.

"Mau ngapain Lo kesini? Oh gue tau Lo mau ngelamar jadi pembantu kan? Sorry lagi gak butuh!" Muka Leia langsung merah seketika gara-gara mendenger suara makhluk halus tak kasat mata itu.

"Enek aja Lo ngatain gue mau ngelamar jadi pembantu! Lo sendiri ngapain disini? Ohh Lo jadi pembokat? Atau supir? Atau tukang kebun?" Tanya Leia yang kini berbalik mengintrogasi Richo.

"Gue jadi malaikat," jawabnya santai.

"Cihh ada gitu malaikat kaya lo!"

"Ada, gue malaikat maut yang mau nyabut nyawa Lo!"

"Aduhh kalian ini ya kalau ketemu selalu saja ribut." Ucap Khadijah.

"Loh jadi kalian sudah saling kenal?" Tanya Fahreza ketika putra nya dan Leia saling memandang satu sama lain.

"Gak kenal bagaimana bi kalau di kelas dia jadi biar kerok, dan setiap hari namanya selalu memenuhi daftar pelanggatan siswa." Adu Richo membuat wajah Leia memerah seketika.

''sialan, bikin pencitraan gue di depan camer ilang aja ni bocah!" umpat Leia.

"Tuh Fa, ternyata bukan cuma Uti yang gedek sama kelakuan adik kamu, nak Richo pun ternyata sama saja." Bisik Khadijah kepada Anfa membuat laki-laki itu hanya bisa cekikikan sendiri.

"Sudah-sudah. Lupakan masalah di sekolah, lebih baik kita makan malam dulu yuk." Ucap Fatimah.

Hening, hanya suara dentingan sendok yang sedang berperang untuk mengoyak daging di atas nampan, eh maksudnya di atas piring mereka masing-masing.

Ekhem.

Batuk pak? Minum larutan cap kaki gajah.  Eh bengkak dong ntar mulutnya, cap kaki ayam aja deh biar ringan.

Suara deheman Fahreza pun menjadi awal dari perbincangan malam hari ini. "Disini saya mengundang uti Dijah beserta keluarga, dengan maksud untuk membicarakan tanggal pernikahan antara anak saya Richo dan juga Leia."

Uhukuhukkk.

Cie bisa samaan gitu batuknya si Leia sama Richo.

"Jadi yang mau di jodohin sama Richo tuh anak dugong ini Bi?" Tanya Richo dengan wajah membingungkan, antara mau mesem, mau marah, mau kentut jadi satu.

''tau gini dari baru lahir Richo juga mau bi di jodohin!" Batin nya.

"WHATTTT, semvak neptunus, Saturnus, uranus, gilak jadi si anak konda ini anaknya om Reza?" 

Buset gitu banget Leia reaksinya.  Saking kagetnya mereka semua hanya terdiam sambil menganggukan kepala seperti orang yang sedang terhipnotis.

"Anjir berarti selama ini gue udah ngatain om Reza bapak konda dong!" Umpat Leia.

"Leia, yang sopan kalo ngomong!" Ucap Khadijah memperingati.

"Maap Ti, kelepasan!"

Melihat tingkah Leia yang begitu polos membuat Fahreza tak bisa menahan tawanya. "Jadi bagaimana Richo, Leia? Apakah kalian setuju?"

"Richo sih yes!" Jawab Richo santai ya santai lah orang doi lagi seneng.

"Kalau kamu Leia?"

"Yaudah deh om, Leia pasrah!" Bilang aja lu gak mau nolak Lei sayang kan di kasih cogan malah di buang.

"Alhamdulillah." Ucap yang lainnya.

Tanpa di sadari di bawah meja tangan Leia sudah di tarik ulurkan, sambil dalam hatinya teriak yes yes nikah sama cogan. Sedangkan Richo dalam hatinya sedang bunga-bunga bangkai bermekaran, cie-cie yang mau nikahan.

"Bagaimana kalau seminggu lagi acara pernikahannya?" Usul Anfa.

"YES SEMINGGU LAGI LEIA NIKAH!" Teriak Leia membuat yang lain tak bisa menahan tawanya, tak terkecuali Richo yang udah hampir ngompol, sedangkan Leia masih aja mengerutuki bibir embernya.

"Anjir Lo seneng banget mau nikah sama gue?" Tanya Richo membuat Leia salah tingkah.

"Bagaimana Richo, Leia?"

"Richo ngikut aja bi." Jawab Richo tenang.

"Dengan senang hat- eh maksudnya iya om saya juga ngikut aja." Sahut Leia.

Alibi doang lu Lei, dalem hati padahal udah jingkrak-jingkrak.

***

My Beloved Enemy [Segera Terbit]Where stories live. Discover now