2

2K 87 7
                                    

"ANNETH."

Teriakan itu adalah hal pertama yang Anneth dengar di hari ini. Suara itu tak berhenti memanggil dirinya, membuat Anneth berdecak sebal dan mengubah posisi tidurnya.

Tak lama dari itu, pintu kamar Anneth dibuka dengan kencang.

"Anneth bangun!"

"Ahhh, apasih mami, masih subuh udah teriak-teriak." Gumam Anneth dengan mata yang masih terpejam.

"Subuh?! Subuh darimana Anneth?! Ini udah jam setengah 7, mau sekolah ga kamu?"

Anneth terbangun dari tidurnya, ia kemudian duduk di atas kasurnya itu dan mengusak-usak matanya.

"Mami santai aja, kalau telat kan tinggal bilang Jakarta macet."

"Ih kamu tuh kalau dikasih tau, ada aja jawabnya. Udah cepet sana mandi, jangan males-males!"

"Iya, Mami."

Wanita paruh baya itu kemudian menutup pintu kamar Anneth. Dengan rasa malas, Anneth pun beranjak dari kasurnya, ia mengambil handuk yang tergantung di belakang pintu kamarnya dan keluar menuju kamar mandi di lantai dua.

**

Setelah Anneth mandi, ia kemudian turun dari lantai dua menuju ruang makan yang berada di lantai satu.

"Anneth cepet makan."

"Iyaa."

Anneth menghampiri meja makan dan duduk di kursi yang tersedia. Ibunya memberikan ia sepiring nasi goreng yang sudah ia siapkan sedari tadi. Tanpa menunggu lama lagi, gadis itu menyantap makanan yang ada di hadapannya.

Selang beberapa menit, tiba-tiba suara klakson motor berbunyi, suara itu berasal dari luar rumah Anneth.

"ANNETH BURUAN!" Teriak lelaki di luar rumah Anneth

"ANNETH, ANNETH, ANNETH."

Anneth memutar bola matanya ketika mendengar suara klakson dan suara teriakan yang tidak ada hentinya. Ia menyimpan sendok yang ia pegang dan pergi berpamitan dengan ibunya.

"Mi, Anneth pergi dulu. Ada manusia ga sabar di luar sana."

Ibu Anneth hanya tertawa kecil. Anneth kemudian keluar dari rumah itu dengan rasa sebal.

"Ahhhh berisik banget sih Deven! Bisa diem ga?"

"Engga! Kalau ga digituin lo ga akan keluar, kalau lo ga keluar kita berdua bisa lebih telat lagi nyampe ke sekolahnya!" Ucap Deven

"Udah ah cepetan naik, gue ga mau terus-terusan dihukum gara-gara lo."

Anneth berdecak sebal, ia pun menaiki motor lelaki itu dan tanpa menunggu lama lagi Deven pun mengendarai motor tersebut menuju sekolah.

Di perjalanan menuju sekolah, Anneth terus menerus menatap punggung yang berada di depannya itu. Ia selalu senang ketika dirinya sedang berduaan dengan Deven, terkadang dirinya selalu salah tingkah bila berduaan dengan Deven.

Motor mereka terhenti di lampu merah, Deven kemudian menyadari sesuatu ketika ia melihat Anneth dari kaca spionnya.

"Woi!"

Anneth tersadar dari senyumnya, gadis itu kemudian memasang wajah galaknya pada Deven.

"Apa?!"

"Gue perhatiin dari kaca spion lo senyum senyum sendiri, ngapa? Lo belum minum obat dari RSJ?"

"Sinting! Maksud lo gue gila gitu?" Balas Anneth sembari memukul helm yang digunakan Deven.

"Ya habis nya senyam senyum sendiri gitu, hati-hati ntar lo kesabet lo lagi terus  kesurupan, terus teriak teriak, kalau lo kesurupan yang ribet kan gue."

Cinta Dan Rahasia (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang