20. Another fact

7.9K 1.4K 189
                                    

Alpha - Huang renjun

"Renjun ! Renjun !" 

Terus saja aku berusaha menyadarkan Renjun, namun tetap tidak ada respon apa-apa darinya. Ini sudah beberapa jam berlalu. Aku dan Jeno sudah sangat panik tapi tetap saja.. 

"Dimana aku bisa dapat darah ?" 

Pertanyaan Jeno barusan membuatku terkejut karena dia tiba-tiba menanyakan soal darah. Tapi aku tau pasti darah itu untuk Renjun. Lalu untuk siapa lagi kalau bukan Renjun. Aku menyuruh Jeno untuk mengambil darah hewan saja namun dia  menolak. Karena yang dia butuhkan adalah darah manusia. Bukan darah hewan.

"Tunggu.. pernah ada rumor kalau saudara Mrs. Kang itu dokter kan ? dia pasti bisa bantu. Dia ada di rumah sakit mana kalau kamu tau ?" tanya Jeno.

"A-aku gak tau juga Jen"

"Sial. Itu artinya aku harus datang ke Mrs. Kang untuk minta bantuan dia"

"Tunggu Jen ! kamu mau kesana ? trus aku gimana ? kamu nyuruh aku berdua aja sama Renjun disini ? Jen.. aku takut"

"Renjun gak bakal ngelukain kamu. believe me"

Beberapa detik kemudian aku sudah tidak melihat Jeno lagi. Dia hilang dari pandanganku. Hmm... terpaksa aku harus memberanikan diri—bersama dengan seorang alpha yang sedang membutuhkan darah. 

Aku tidak bisa membayangkan bagaimana jika dia tiba-tib bangun dan Jeno belum datang ? lalu dia akan memangsaku ?

Ah tidak-tidak.. Renjun tidak akan melakukan hal semacam itu, I believe him.

Aku memperbaiki posisinya, membuat kepalanya tertidur dipangkuanku. 

Kulihat wajahnya.. ternyata dia manis juga—aku baru menyadarinya. Hm... wajah manis yang menyimpan banyak cerita. Senang dan sedih. 

Setelah kupikir, menjadi vampir tidak begitu menyenangkan. Iya aku tau semua kenangan baik akan selalu teringat. Namun memori ingatan baik selalu meghantui selamanya. Dan Renjun.. dia harus tersiksa karena harus mengingat semua kenangan buruk yang sudah terjadi di masa lalu.

"V-victoria.. where's Jeno ?" Suara itu tiba-tiba mengejutkanku karena aku tidak tidak menyadari sejak kapan Renjun sadar. 

"O-oh.. dia lagi pergi.. bentar lagi dia juga bakal balik" jawabku.

Renjun berusaha dengan sekuat tenaganya untuk bangkit—awalnya aku tidak mengizinkannya karena dia terlihat masih sangat lemah. Namun dia tetap bersikeras untuk bangun. Jadi dengan terpaksa aku membantunya. 

Dia menatapku—tapi aku mengalihkan pandangan. Karna aku tidak ingin melihat matanya yang berubah menjadi warna merah itu. Terlihat begitu menakutkan. Sama seperti Jaemin waktu itu. Jadi aku hanya takut kalau Renjun tiba-tiba memangsaku. Ah no no no.. aku tidak ingin mati sekarang.

"Gak perlu takut. Aku gak bakal ngapa-ngapain" ujarnya pelan.

Setelah dia mengatkakan itu, barulah aku berani menatapnya. Ekspresinya begitu datar—wajahnya sangat pucat, meskipun sejak dulu dia memang seperti itu—lebih tepatnya semua vampir memang pucat.

Tapi—hari ini Renjun berbeda. Tidak seperti biasanya—maksudku.. hari ini dia terlihat seperti vampir seutuhnya. Kedua taringnya terlihat jelas dan matanya yang berwarna merah. Iya—itu terkesan lebih menyeramkan.

"Aku lebih kelihatan seperti monster kan dan kamu takut sama aku" sahutnya.

"Emm..i-iya" jawabku gugup.

"Kalau kamu takut, setelah Jeno datang nanti.. aku bakal nyuruh dia ngantar kamu pulang. Aku gakpapa.. jangan dipikirin"

"Eh eh eh enggak. Aku mau tetap disini sama kamu. Walaupun sedikit takut. Tapi aku gak mau pulang. Mau disini aja"

Alpha | Renjun ✓ [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang