28. With Dracula

7.4K 1.3K 102
                                    

Sudah empat hari berlalu setelah terakhir kali aku mengobrol dengan kak Doyoung membahas tentang gadis vampir itu, dan selama itu juga aku tidak pernah mengobrol dengan siapapun keculi mama dan papa. Itupun hanya mengeluarkan suara ketika mereka yang mengajakku berbicara duluan —menjawab seadanya sesuai dengan yang mereka tanyakan.

Entah kenapa otakku rasanya tidak mampu untuk berpikir lagi. Sudah dipenuhi dengan masalah ini masalah itu. Aku tidak bisa menemukan solusi dari semua masalah itu makanya aku lebih memilih diam.. menghindari semuanya.. menghindari orang-orang.. berusaha menenangkan diri sendirian.

Jadi selama beberapa hari ini aku juga tidak pernah berbicara dengan Jeno Jaemin Renjun. —oh ya, Renjun sudah mulai masuk sekolah kembali sejak kemarin lusa. Dia selalu mengajakku mengobrol tapi aku berusaha mengabaikannya. Yang sebenarnya aku tidak mau melakukan itu tapi mau bagaimana lagi ? jika aku bertemu dengan mereka.. masalah-masalah itu akan datang kembali dan berputar di otakku. Aku bisa setres karena itu.

Yang membuatku seperti ini adalah "bagaimana caranya agar aku bisa terus bersama Renjun tanpa membahayakan dirinya dan juga tidak membahayakan diriku sendiri"

Ah, sampai sekarang aku sama sekali tidak bisa menemukan bagaimana caranya. Aku tidak ingin dia mati hanya karena melewati batas yang sebenarnya dia tidak boleh terlalu dekat dengan manusia. Tapi juga aku tidak bisa menjadi vampir untuk bisa terus bersamanya. Jika aku menjadi vampir.. itu hanya akan semakin membuat jarakku dan Renjun semakin jauh. Ingat yang pernah dikatakan Renjun sebelumnya.. dia tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri jika aku berubah menjadi vampir, sekalipun itu bukan ulahnya.

Arrrggghhh... aku sangat bingung dibuatnya.

Sekarang aku menyesal sudah percaya adanya vampir —berteman dengan vampir dan yang terakhir... yang membuatku lebih menyesal lagi adalah... jatuh cinta kepada seorang vampir. Seharusnya aku sudah mengikuti ucapan kak Doyoung sejak awal bahwa vampir itu memang tidak ada dan mereka hanya cerita mitologi.

"Dek ? Shua ?"

Terdengar suara seseorang dari luar kamarku —itu suara kak Doyoung. Entah mau apa lagi dia datang ke kamarku. Jika dia ingin menambah pikiranku dengan kembali membahas hal yang sama seperti kemarin, akan kusarankan dia pergi segera.

—aku beranjak dari tempat tidur dan kakiku melangkah perlahan menuju pintu kamarku. "Apa kak ?" ucapku sembari membuka pintu. Terpampang jelas wajah kak Doyoung yang sedang berdiri disana.

"Didepan ada teman kamu" katanya.

"Ha ? siapa ?" aku sedikit terkejut.

"Yang waktu itu ngajak kamu jalan tapi kamu gak mau. Cuma kakak paksa karna dia udah minta izin baik-baik. Sopan. Tapi kamu malah nolak. Jadi kakak paksa kamu buat nerima ajakan dia. Kakak gak tau namanya siapa. Yang jelas dia bukan anak sekolah kita"

Tunggu dulu.. aku berpikir sejenak.. orang yang pernah mengajakku jalan namun aku menolak kemudian karena kak Doyoung, jadi aku menerimanya. Apa mungkin Mark ? yah.. seingatku hanya dia yang ajakannya pernah kutolak. Tapi untuk apa dia datang kesini.

"Bilang aja Shua gak mau ketemu siapa-siapa" ucapku.

"Shua gak boleh gitu"

"Tapi kak. Shua gak mau"

"Muka dia kayak serius gitu. Mungkin ada yang penting ?"

Ah sial. Kenapa rasa keingintahuanku menggebu-gebu disaat seperti ini ? aku tidak bisa melawannya. Bagaimana jika memang ada yang penting yang ingin disampaikan Mark ? aku harus mengetahuinya.

Dengan sigap aku segera melangkah keluar melewati pintu kamarku —berniat untuk bertemu dengan Mark. Namun langkahku tiba-tiba berhenti kemudian berbalik. Menatap kak Doyoung yang sedari tadi tidak berpindah dari tempatnya. "Kakak.. tau siapa dia ? maksud Shua bukan nama dia.. tapi kakak tau kalau Mark itu—"

Alpha | Renjun ✓ [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang