32. Tell me that this is just a dream [END]

10.7K 1.3K 474
                                    

ALPHA-HUANG RENJUN

Ini rasanya sangat menyiksa..

Rasa bersalah itu terus datang menghantui..

Walaupun mereka semua mengatakan ini bukanlah kesalahanku, melainkan kemauan Mark sendiri untuk mengrobankan dirinya.. tapi tetap saja.

Bagiku ini semua salahku.

Dia melakukan semua hal itu karena aku kan ? Jadi semua akar masalahnya adalah aku. Jika saja dia masih keras kepala seperti dulu.. dan lebih menginginkan aku mati.. dia tidak akan punya pikiran untuk mengobrankan dirinya sendiri demi aku.

Arrrgggghhhhhh ! I hate this ! I really hate this feeling. Tidak bisakah aku melepas otakku sebentar ? aku ingin tenang.

"Shua.. dek.. Kim Shua.. Buka pintunya dulu.."

Itu suara yang sejak kemarin malam selalu kudengar -juga dengan kata-kata yang sama. Siapa lagi kalau bukan Kak Doyoung, asal suara itu.

Banyak yang ingin kuceritakan, begitu banyak keluh kesah yang ingin kukatakan padanya. Tapi sayang.. sekarang ini aku tidak ingin bertemu dengan siapapun. Aku sedang kacau.. sekacau-kacaunya. Entah bagaimana lagi cara mendeskripsikannya.

Pada intinya aku sedang tidak ingin bertemu dengan siapapun.

"Dek ! kali ini kakak gak bakal biarin kamu. Ini sudah kelewatan. Dari kemarin malam kamu gak pernah mau buka pintu. Dan kamu belum makan sejak kemarin. Oke kalau kamu lagi ada masalah dan gak mau cerita. Gak mau ketemu sama siapapun. Gak mau ngobrol. It's okay. Tapi setidaknya ingat sama kesehatan kamu sendiri. Jangan biarin diri kamu sakit. Kakak gak suka itu" ucapnya di luar sana.

"Sekali lagi kamu gak mau buka pintunya, kakak bakal buka secara paksa" lanjutnya.

Kenapa dia begitu keras kepala ?

Aku sedang tidak mood untuk hal apapun -Termasuk makan. Meskipun aku belum makan sejak kemarin. Tapi aku tidak merasa lapar sedikitpun. Aku terlalu fokus dengan hal lain yang lebih membuatku frustasi sekarang ini.

"Shua , buka !"

Satu menit setelah dia membentak -pintu kamarku terbuka. Dia mendobraknya. Tapi aku tidak peduli sekalipun pintu itu hancur sehancur-hancurnya. Aku tidak peduli.

Kak Doyoung datang menghampiriku yang sedang bertekuk lutut di samping tempat tidur sejak kemarin. Sama sekali tidak pernah berpindah posisi.

"Shua.. kakak gak bakal maksa kamu buat cerita. Tapi kakak gak bisa liat kamu sekacau ini. Hei. Mana Shua kakak yang cantik ? ayo kamu mau sampai kapan kayak gini terus. Kamu mau makan apa ? kakak buatin sekarang ya ?" ujarnya.

Aku hanya menggeleng,

"Oke. Sekarang kamu mau gimana ? kamu mau apa ? nangis ? nangis aja. Sekencang-kencangnya. Gakpapa. Mama papa lagi keluar kota. Kakak gak suka liat kamu murung kayak gini. Ayo nangis aja kalau itu emang bikin kamu lega"

Aku masih saja menggeleng,

"Kakak gak bisa ngerti kalau kamu diam terus, ayo ngomong.."

"Hiksss... kak... hikss..." Okay kali ini aku tidak bisa menahan tangisku. Rasanya sangat penuh. Aku tidak bisa menahanya lagi -ini menyiksa.

Kak Doyoung memelukku -entah mengapa rasanyas sedikit lebih baik. Tapi bukannya membuat tangisku mereda. Namun isak tangisku semakin menjadi-jadi.. rasanya aku ingin mengeluarkan rasa sakitnya -semuanya.

Kak Doyoung menepuk pelan punggungku sembari berkata "It's okay.. you will be okay.. your brother is here"

"Kak... Shua mesti gimana hikss. Orang-orang sekitar Shua dalam bahaya dan itu karna Shua.. hiks hiks.. Shua Cuma pembuat masalah" ucapku.

Alpha | Renjun ✓ [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang