05-

6.3K 292 29
                                    

Baca karyaku yang lain juga ya ^_^

***

Matahari terbit dari ujung timur membawa pagi yang cerah  untuk memulai pagi dengan aktivitas seperti biasannya. Tapi tidak bagi Zahra, sikapnya sama seperti kemarin setelah bangun tidur langsung menghadap ke luar jendela kamarnya. Di luar rumahnya memang tampak Cerah tetapi hatinya sedang di landa rasa sedih dan susah.

Nina menginap di rumah Zahra karena orang tuanya masih berada di luar kota. Setelah bangun dari tidurnya Nina masuk ke kamar Zahra dia melihat sahabatnya yang menatap ke arah luar dengan tatapan kosong.

Nina mendekat ke arah Zahra" Zahra, lo belum mandikan? Sekarang lo harus mandi ayoo!" Nina menarik tangan Zahra untuk masuk ke dalam kamar mandi. Tetapi Zahra langsung menepisnya.

"Oke, kalau lo nggak mau mandi. Tapi lo harus makan ya?" ucap Nina lalu keluar dari kamar Zahra untuk membuatkan sesuatu.

Beberapa menit kemudian Nina membawakan Zahra sepiring nasi goreng dan menyodorkannya di hadapan Zahra, tetapi dia tetap diam dan tidak bergeming sama sekali.

"Gue suapin ya?" ucap Nina, sambil menyondokan sedikit nasi goreng dan mengarahkannya ke mulut Zahra, mulut Zahra terbuka sedikit dan memakan nasi goreng itu.

Nina menyuapi Zahra tanpa pembicaraan apapun, karena Zahra enggan untuk berbicara. Zahra memakan Nasi goreng buatan Nina tidak sampai habis dan menyisakan setengahnya, Nina juga tidak memaksanya lagi bagi Nina itu lebih baik dari pada Zahra tidak makan sama sekali.

"Gue berangkat kerja ya? Kalau ada apa-apa telfon gue ya," ucap Nina sambil membawa piring ke dapur, Nina khawatir jika Zahra sendirian di rumahnya lalu dia menelfon seseorang untuk menjaga Zahra.

Saat di kantor Nina tidak fokus bekerja karena memikirkan Zahra, berulang kali dia meminta OB untum membuatkannya minuman.

"Nin, lo kenapa sih? Kayak gelisah gitu?" tanya Dian.

"Nggak papa kok," Jawab Nina seadanya. Dian kembali fokus kembali ke pekerjaanya.

Di tempat lain, Angga mencari Zahra di tempat kerjanya tetapi Zabra ternyata tidak datang untuk bekerja. Saat itu pula dia tidak sengaja bertemu dengan Sindy.

"Angga?!" panggil Sindy, Angga menoleh dan melihat Sindy berjalan mendekat.

"Kamu kok bisa ada disini? Kamu lagi cariin aku ya?" kata Sindy yang kegirangan sambil memeluk lengan Angga dan itu langsung mendapat bisikan dari karyawan yang ada di sana karena mereka tahu karena Angga adalah pacar dari Zahra.

"Maaf Sin, kita udah nggak apa hubungan apa-apa lagi." kata Angga sambil melepas lengan Sindy.

"Angga, aku mau kasih tahu kamu sesuatu. Tolong dengerin aku!" ucap Sindy mulai memelas.

"Ada apa? Cepat katakan!"

"Akuu.. em.." ucap Sindy ragu untuk mengatakan hal itu.

"Cepat katakan Sindy!" ucap Angga mulai geram.

"Akuu.. Hamil." ucap Sindy lirih pada kata 'Hamil'. Angga yang mendengar itu langsung terkejut dan tidak percaya.

"Apa? Enggak, nggak mungkin. Aku nggak pernah lakuin hal itu ke kamu Sin, kamu nggak usah berbohong!" ucap Angga dengan tegas.

"Tapi.. ini anak kamu Angga, aku nggak bohong." ucap Sindy yang mulai menangis.

"BOHONG.. KAMU BOHONG, AKU NGGAK PERNAH LAKUIN HAL ITU KE KAMU!" bentak Angga, karyawan yang ada di sana langsung menoleh untuk melihat siaran langsung yang sayang untuk dilewatkan.

"Apa kamu lupa? waktu itu kamu mabuk, karena frustasi Zahra nggak nerima lamaran kamu? Saat itu ada aku yang di sisi kamu Angga." ucap Sindy membuat Angga mengingat - ingat kembali.

"Aku memang mabuk, tapi aku nggak pernah lakuin itu Sindy," Angga yakin dia tidak pernah melakukannya.

"Jadi, Temen makan temen nihh? Astaga Sindy gue nggak nyangka sama dia," bisik salah satu karyawan yang melihat mereka.

"Iya ya, padahal produksi beras di indonesia nggak pernah kurang. Tapi dia doyan banget makan temen, Tsk." decih karyawan lainnya.

"Kamu harus tanggung Jawab Angga!" ucap Sindy mulai menteskan air mata.

"Cih, gue kira Angga cowok baik-baik. Nggak taunya juga sama aja kayak cowok lainnya, nggak tau malu banget!"

"Gue kira Zahra dan Angga baik-baik aja nggak taunya ada pelakor diantara mereka."

"Eh, pelakor tuh nggak akan ada, kalau matanya si cowok nggak jelalatan, emang si Angga aja kali yang suka bosen. Buktinya Zahra di tinggal."

"Pasti Zahra nggak masuk gara-gara sakit dan tau cowoknya selingkuh sama orang yang doyan makan temen," sindir karyawan-karyawan itu yang menohok. Membuat Angga dan langsung meninggalkan kantor itu dengan Sindy.

"Semoga Zahra nggak apa-apa ya."

"Iya bener juga."

***

Beberapa hari berlalu Zahra semakin lama semakin membuat Nina pusing dan bingung untuk mengembalikan Zahra seperti semula.

Nina juga sampai tidak fokus saat bekerja karena memikirkan Zahra yang hanya diam di kamarnya dan menatap ke luar jendelanya.

Pembantu yang di tugaskan oleh Nina selalu melapor pada Nina tentang kondisi Zahra, dan hasilnya tetap sama. Zahra masih seperti mayat hidup menatap dengan tatapan kosong.

Sedangkan orang tua Zahra juga belum pulang dari luat kota. Nina bingung dan tidak tahu harus berbuat apa untuk mengembalikan Zahra seperti dulu.

Nina lebih memilih melihat Zahra yang cerewet dan membanggakan dirinya, mengajaknya makan nonton film, nonton konser EXO maupun membeli hal-hal yang berbau dengan EXO dari pada harus melihat Zahra yang mendiamkannya seperti ini

Entah kapan Nina bisa melihat Zahra seperti sebelumnya, Nina yakin hati Zahra sudah hancur Zahra mencintai Angga dan ingin mengahabiskan sisa umurnya dengan pria itu teman sekalas Nina waktu kecil.

"Kalau bukan Angga temen gue, udah gue habisin dia sama tangan gue" Batin Nina lirih sambil menggebrak meja kerjanya dengan keras sampai berbunyi.

Karyawan lain yang mendengar gebrakan meja itu langsung kaget dan menengok ke arah Nina "kenapa Nin?" Tanya seoarang karyawan lain.

"Enggak, enggak papa" Ucapnya senormal mungkin.

"Nggak papa, kok sambil nggebrak meja gitu?"

"Hehe.. maklum kelepasan" Ucap Nina cengengesan.

"Ouhh.. jangan sampai hancur Nin, ntar lo potong gaji lagi " ucap karyawan itu sambil terkekeh.

Bersambung

***

🍇
🍇🍇🍇
🍇🍇🍇🍇🍇
🍇🍇🍇
🍇

🌾2 Februari 2019🌾

Salam manis arek Kediri :)

Because Love [END]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz