24-

4.5K 191 6
                                    

***

Zahra sangat kesal tetapi juga sedikit senang karena suaminya, Zain. Penyebab kekesalan dan kesenanganya. Dia serasa dikerjai dan di tarik ulur perasaanya oleh Zain.

Zahra menunggu Zain untuk menjemputnya, saat itu pula dia berpapasan dengan Andini yang ingin menuju parkiran.

"Zahra, mau aku anterin pulang?"ajak Andini.

"Makasih, aku nunggu Zain saja."

"Hem, pengen terus deket-deket suaminya. Biar bisa di manja iya kan? Jangan-jangan kamu tanda-tanda.. bumil?!" ucap Andini sambil terkekeh.

"Ish, apaan sih kamu! Suka banget ya ngeledekin orang?!"ucap Zahra membuat Andini semakin terkikik.

"Benar nggak? Atau lagi proses aja, hi-hi."

"Udah, sana pulang!"usir Zahra.

"Suka-suka dong, ini kan kantor aku. Hi-hi," Zahra menutup telinganya agar tidak mendengar ocehan dari Andini.

Mobil Zain berhenti di depan Zahra, Zahra langsung masuk ke dalam  mobil dan menghiraukan ocehan dari Andini.

"Woi, Zain. Tadi Zahra curhat, kalau elo kurang manjain dia. gercep dikit napa jadi cowok, pelit amat belaian elo!" ucap Andini asal ceplos, Zahra langsung melotot ke arah Andini. Lalu menatap Zain sambil menggeleng.

"Padahal aku nggak cerita apa-apa."kata Zahra dengan suara pelan. Zain hanya tersenyum melihat tingkah sabahat dan istrinya.

"Ya sudah An, aku sama Zahra pulang dulu."kata Zain.

"Oke, hati-hati." Zain melajukan mobilnya meninggalkan wilayah kantor Andini. Sepanjang perjalanan tidak ada pembicaraan di antara mereka.

Zain sempat berfikir kalau Zahra padanya karena kejadian tadi pagi, atau mungkin dia sedang gugup. Ah, dia pun tidak tau dan tidak bisa menebak perasaan seseorang hanya lewat mimik wajahnya.

"Zain, bagaimana kalau hari ini kita makan di luar?"kata Zahra tiba-tiba.

"Tentu aja, asal kamu senang. Kita mau makan di mana?!"tanya Zain.

"Kedai bakmi favorit aku sama sahabat aku sewaktu sekolah, mau nggak kamu ke sana?"

"Kalau favorit, pasti enak! Yaudah aku juga mau coba,"

Zahra menunjukan arah tempatnya kepada Zain, cukup jauh ternyata dari wilayah kantor dan rumah Zain. Mereka keluar dari mobil dan berjalan ke dalam kedai bakmi itu. Cukup ramai memang karena memang sangat nikmat rasanya.

Mereka memesan dua porsi bakmi lalu menunggu hidangan mereka. Mereka duduk bersebelahan sambil menatap sekitar kedai.

"Kamu sering ke sini dulu?" tanya Zain.

"Iya, cuman sama sahabat aku doang sih. Selain itu nggak ada yang aku ajak lagi,"

"Jadi, aku cowok pertama yang kamu ajak?"ucap Zain sambil tersenyum, entah senyum jahil atau menggoda. Mungkin dua-duanya.

Zahra melirik lalu tersenyum sambil mengangguk, pesanan mereka sudah tiba. Zain mencicipi sedikit demi sedikit dan mulai berfikir tentang rasanya.

"Enak nggak?"tanya Zahra.

"Enak banget, kayaknya ini jadi salah satu makanan favoritku sekarang. Setelah masakan kamu," gombal Zain.

Zahra terkekeh lalu menatap Zain, cukup lama sampai mereka mengabaikan bakmi mereka. Seorang cewek melangkah memasuki kedai bakmi itu, dia sangat terkejut dengan pemandangan dua sejoli yang baru menikah di seberangnya. Dia menatap mereka berdua dengan pandangan tak percaya.

Tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya membuatnya tersadar dari lamunannya, "sedang apa kamu?!"tanya seorang cowok di belakangnya.

"Ah, Zahraa..!!"teriaknya membuat dua sejoli itu langsung menoleh ke sumber suara.

"Nina? Kamu di sini juga? Sama.."ucap Zahra langsung di sela oleh Zain.

"Raka!"

"Kita boleh gabung kan?"tanya Raka dengan suara datar dan dinginnya. Zain dan Zahra mengangguk saja, mereka lalu duduk berhadapan.

"Kalian ada hubungan apa?"tanya Zahra tiba-tiba.

"Hanya hubungan boss dan karyawan!"ucap Raka dengan dingin, "ya, karyawan yang tertindas."ucap Nina dengan nada pelan.

"Kamu, karyawanya Raka yang terpleset itu ya?!" tebak Zain yang mengingat-ingat wajah Nina. Jika di pikir-pikir cewek yang pernah dia tolong di kantor Raka itu mirip sahabatnya Zahra, Nina.

"Ohh, jadi kamu yang dulu nolongin aku? Aku sempat mikir suaminya Zahra mirip seseorang, tapi lupa wajahnya."ucap Nina.

"Hei, kenapa kita mampir di kedai seperti ini?"kata Raka sambil menatap Nina datar.

"Kalau pak boss nggak mau, ya sudah. Pak boss pergi saja!"

"Kamu ngusir saya?" Nina tidak menjawab dan hanya menatap Raka dengan raut wajah kesal dan dingin.

"Apa? mau ngancam pecat? Sebentar lagi juga saya bakalan resign. Huh," Batin Nina.

"Sudah-sudah, Raka. Di sini enak kok bakminya, jangan salah sangka dengan tempatnya."kata Zain mencoba mencairkan suasana.

Raka mengangguk percaya, setelah itu mereka memesan bakmi dan berbincang dengan teman mereka masing-masing.

Zahra membuka pintu rumahnya di ikuti oleh Zain, Zahra duduk di sofa bersebelahan dengan Zain walaupun tidak terlalu dekat.

"Mungkin nggak, kalau mereka saling suka?"tanya Zahra.

"Raka sama teman kamu?"ucap Zain di angguki oleh Zahra.

"Menurut aku, Raka yang suka duluan sama Nina."

"Eh? Awalnya aku mikir begitu, soalnya Nina sering ngeluh. Kenapa dia tugasnya seabrek dan sering lembur juga di kantor. Beda dengan teman-temanya yang lain, tapi aku mikirnya paling kinerja Nina yang bagus. Makanya sering lembur."

"Nggak tau juga sih, tapi kayaknya Raka sedikit berubah."

"Sudahlah, besok kamu libur kan?"tanya Zahra dan di jawab gelengan oleh Zain.

"Kok enggak libur?"

"Sebenarnya libur, tapi jam 10 aku harus ke lokasinya. Memangnya kenapa?"

"Pengen jalan-jalan saja, kalau kamu sibuk ya nggak papa. Yasudah aku mandi dulu ya,"Zahra berjalan menuju kamarnya untuk membersihkan diri. Tiba-tiba Kepala Zain sedikit pusing, pandanganya menjadi sedikit kabur tapi dia tidak mempermasalahkanya, mungkin dia hanya lelah seharian bekerja.

Setelah selesai membersihkan dirinya Zahra berbaring di atas tempat tidur sambil memainkan ponselnya, Zain membuka pintu dan naik ke atas tempat tidur bersebelahan dengan Zahra.

"Kamu belum ngantuk?"tanya Zain.

"Sudah, tapi masih ada hal penting."ucap Zahra yang masih fokus dengan ponselnya, setelah selesai dia meletakan ponselnya di meja samping tempat tidurnya, lalu mencari posisi yang nyaman untuk tidur.

"Boleh aku peluk?"ucap Zain membuat Zahra menoleh, dia memiringkan tubuhnya untuk berhadapan dengan Zain.

Zahra mendekat ke arah Zain meletakan kepalanya di lengan Zain lalu memeluk tubuhnya. Sangat harum dan menenangkan, Zain mengusap rambut Zahra lalu memberi kecupan yang bisa Zahra rasakan.

Bersambung😜😜

***

🌾🌾3 Juni 2019🌾🌾

Because Love [END]Место, где живут истории. Откройте их для себя