20-

4.8K 214 17
                                    

Bab ini rada ngawur-ngawur
Mohon dimaklumi ya 😉😉

Monggo dinikmati, diresapi, eh emang kopi?! 😂

***

Zahra terkejut saat melihat kantor teman Zain yang cukup besar dari pada kantornya yang dulu.

"Kok bengong? Ayo masuk!" Zain menggandeng tangan Zahra untuk segera masuk, Zahra tidak sadar tangannya digandeng karena terpesona dengan bangunan kantor teman Zain.

Saat masuk ke dalam kantor itu, banyak orang yang mengkritik penampilan Zain. Zahra tidak peduli bagaimana mereka mengkritik suaminya, toh juga tidak ada untungnya dia marah-marah kepada mereka, karena ciri khas setiap orang berbeda.

Saat didalam lift, Zain masih menggandeng tangan Zahra tanpa sadar. Zahra merasakan sesuatu di tangannya, dan tersadar saat tanganya digandeng oleh Zain.

Zain melirik Zahra yang hanya diam saja, saat dia menyadari tanganya masih menggandeng tangan Zahra dia segera melepasnya.

"Eh, Maaf!"

"Nggak papa kok, sering-sering begini juga bagus," ucap Zahra tanpa sadar membuat Zain tersenyum di dalam hati.

Pintu lift terbuka, Zain mempersilahkan Zahra keluar. Saat itu pula mereka disambut oleh wanita muda seumur Zahra, "Wah.. jadi ini bini lo?! Cantik juga!" Pujinya saat dia menatap Zahra.

Zahra gersenyum kikuk, "Emangnya kemarin kamu nggak dateng An?" Tanya Zain.

Wanita itu tersenyum canggung, "Dateng sih, tapi habis itu gue pulang. Jadinya belum sempet liat bini lo," ucap wanita itu. Zahra merasa seperti obat nyamuk di sini, melihat ke akraban mereka berdua.

"lo kan baru nikah, nggak bulan madu gitu?!"

"Belum ada rencana tujuanya! oh ya, Zahra ini Andini temen aku yang juga designer. Andini ini Zahra," Ucap Zain memperkenalkan mereka berdua.

Andini mengulurkan tanganya, "Salam kenal! Kata Zain kamu lagi cari kerja ya?"

Zahra menjabat tangan Andini,"Iya kak, salam kenal. Saya siap kok di terima di bagian mana aja."

"Ha-ha, nggak usah panggil Kak! Panggil Andini aja. aku tinggal sebentar ya, kalian ke ruangan aku atau liat kantor ini juga boleh kok," ucap Andini ramah lalu meninggalkan mereka berdua.

"Mau aku tunjukin ruanganya Andini?" Tanya Zain. Zahra menoleh ke arah Zain saat dia masih mengagumi seluruh penjuru ruangan.

"Iya boleh!" Kata Zahra.

Mereka memasuki ruangan Andini yang sangat rapi dan terlihat nyaman, Zahra berjalan mendahului Zain. Zain mengikuti Zahra dari belakang, tiba-tiba saja kaki Zain tersandung karpet dan menubruk Zahra, Zahra terhempas ke atas sofa dan di tindih oleh Zain.

Mereka menahan napas dan saling berpandangan cukup lama, Zahra tidak bisa melihat mata Zain secara langsung karena dia memakai kacamata. Tanpa mereka sadari pintu ruangan Andini terbuka.

"Astaga! Kalau mau mesraan di rumah, jangan di kantor gue Zain. Main terkam di sembarang tempat aja!" Ledek Andini terkejut.

Because Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang