25-

4.7K 201 16
                                    

War

War

War

.
.
.
.

Ning!!

Dibaca?


Warning!!

Jangan di baca part ini jika tidak suka dengan peringatan tersebut.

****

Zain berangkat ke lokasi yang akan di gambar olehnya, karena Rina ingin mengatur ruanganya sendiri dan meminta pendapat Zain.

"Kamu pulang jam berapa?"tanya Zahra saat Zain sedang memanaskan mesin mobilnya.

"Belum tau, ya kalau permintaan desain rumahnya Rina nggak sulit, mungkin cepat."

"Klien kamu cewek?"ucap Zahra terkejut.

"Iya, temen SMP aku ternyata."

Entah mengapa perasaan Zahra sedikit aneh, setelah tau bahwa klien Zain perempuan, sekaligus teman SMPnya.

"Aku nyusul boleh nggak? Setelah dari rumah Nina, aku pengen jalan-jalan sama kamu,"ucap Zahra beralasan.

"Eh?ya boleh saja kok, nanti aku kirim kamu pesan kalau sudah selesai, setelah itu aku temenin kamu jalan-jalan."

Zahra mengangguk senang sebagai tanda persetujuan, Zain segera berangkat ke lokasi kemarin, ternyata Rina sudah sampai di tempat.

Zain keluar dari mobilnya, "Maaf Rin, nunggu lama."

"Aku juga baru sampai, santai aja."ucap Rina sedikit centil sambil menepuk lengan Zain.

"Kalau gitu, kita mulai saja langsung. Kamu merencanakan desain yang bagaimana?"tanya Zain. Rina langsung menjelaskan desain yang ada di pikiranya, Zain mengoreksinya sedikit dan memberi usulan lain.

Zain merasakan ada yang aneh dari sikap Rina, Rina selalu mendekat ke arahnya dan membuat Zain risih. Zain harus menyelesaikan tugasnya dengan cepat agar dia bisa segera menjauh dari Rina.

"Capek juga ya ternyata, Zain gimana kalau kita makan dulu sambil ngobrol," usul Rina.

Zain menatap layar ponselnya dan menerima sebuah pesan dari Zahra.

Zahra : Maaf ya, aku nggak jadi ke sana. Aku ada urusan sama Nina. Sampai ketemu :)

Begitulah pesan yang di kirim oleh Zahra, "Zain!" Panggil Rina karena tidak ada respon dari Zain.

"Ada apa Rin?"

"Astaga, jadi kamu gak denger omongan aku? Kita makan bareng, ya supaya kita lebih dekat!"

"Maksud kamu?"tanya Zain bingung.

"Oh, ayolah. Masa kamu nggak faham sih!" Rina menggandeng lengan Zain dan merapatkan tubuhnya "Dari awal aku suka sama kamu Zain, makanya aku pengen kita lebih dekat. Siapa tau kita cocok,"ucap Rina membuat Zain sontak terkejut.

Zain melepaskan gelayutan Rina, "Maaf Rin, aku udah nikah." Rina terkejut beberapa saat, "Apa? Nggak mungkin, terus kenapa sikap kamu perhatian ke aku Zain?"tanya Rina.

"Perhatian bagaimana?"ucap Zain tak mengerti.

"Ya, kamu lembut ke aku, kita bercanda, dan aku ngerasa nyaman sama kamu. Aku pikir kamu menyukai aku Zain."

"Maaf Rin, kalau kamu ngerasa begitu. Tapi aku memang seperti ini, dan nggak ada maksud buat kamu suka ke aku." kata Zain menjelaskan.

"Zain, aku suka sama kamu, tidak masalah kalau aku jadi selingkuhan kamu, Zain aku udah jatuh cinta sama kamu," ucap Rina sungguh-sungguh sambil memegang lengan Zain lagi.

"Rin, nggak mungkin dalam dua hari kamu bisa cinta sama orang Rin,"

"Itu yang namanya cinta Zain, Zain pliss terima aku! Aku benar-benar nyaman sama kamu, belum ada cowok yang buat aku senyaman ini,"kata Rina sambil memeluk Zain erat. Zain mencoba melepas pelukan Rina.

Lolos dari pelukan Rina, Zain memegang pundak Rina dan menatap matanya Rina, "Rin, jangan permaluin diri kamu sebagai perempuan. Aku udah nikah dan akan terus setia sama istri aku,"

"Sebaiknya kita nggak ketemu atau berhubungan lagi. Dan soal desain rumah kamu, setelah selesai aku akan kasih ke Pak Davi. Kalau kamu membatalkannya juga tidak apa-apa, aku permisi dulu." Zain berjalan ke arah mobilnya lalu segera pergi meninggalkan Rina.

Rina menatap Zain dengan kesal, apa kurangnya dia? Rina sudah cantik dan memiliki tubuh yang bagus. Bahkan banyak pria tergila-gila denganya dan ditolak mentah-mentah oleh Rina. palingan istrinya juga kalah dengan kecantikan yang di miliki Rina.

"Lihat saja Zain, apa yang akan aku perbuat kepada istrimu!."Batin Rina dengan tatapan dingin.

Zain membersihkan tubuhnya agar pikiranya segar, mengingat kejadian tadi saat dia meninggalkan Rina. Dia bisa melihat tatapan Rina, seperti mengisyaratkan bahwa dia akan melakukan seautu yang buruk. Zain menjadi berpikir yang tidak-tidak, dia takut jika sesuatu terjadi pada Zahra.

Zain membuka pintu kamar mandi dan melihat Zahra sedang merapikan tempat tidurnya, "Kamu udah selesai mandi? Mau aku buatin makanan?"tanya Zahra masih sibuk merapikan tempat tidurnya.

Tiba-tiba Zain memeluk tubuhnya dari belakang, menyenderkan kepalanya di pundak Zahra. Dan sesekali menciumi pundaknya, "Zahra?"panggilnya.

"Kamu kenapa?"

"Aku cinta sama kamu,"ucap Zain menenggelamkan kepalanya di leher Zahra dan sesekali menghirup bau tubuhnya yang harum.

Zahra terdiam, bukan karena perlakuan Zain tetapi karena ucapan Zain. Dia bingung ingin menjawab apa. Zain memutar tubuh Zahra agar berhadapan denganya, jantung Zahra semakin berdetak cepat.

"Tidak perlu di jawab sekarang. Yang aku perlu dari kamu, apa kamu percaya sama aku?"tanya Zain, Zahra langsung mengangguk pertanda yakin.

Zain mengecup bibir Zahra lama, lalu melumatnya dengan lembut. Zahra membalasnya dan melingkarkan tanganya ke leher Zain. Zain melepaskan ciumanya saat napas mereka sudah memburu.

Beberapa saat mereka saling berpandangan. Zain mengelus rambut Zahra, lalu mengangkat dagu dan menatap Zahra lekat-lekat.

"Aku cinta kamu Zahra," Zain kembali mengecup bibir Zahra. Zain juga melupakan masalah tadi dan memiliki Zahra seutuhnya...

.

.

.

.













Bersambung 😝😝

***

Dah habiss 😂😂

😜😜😜

🌾🌾9 Juni 2019🌾🌾

Because Love [END]Where stories live. Discover now