13-

4.1K 204 14
                                    

☁☁☁


***

Setelah sarapan pagi, Zahra berangkat ke kantornya. Beberapa hari ini dia tidak menyerahkan rancangan apapun kepada atasanya. Pasti atasannya akan marah padanya, untung saja sebelum dia berangkat ke apartemen Angga waktu itu, Zahra mendesain beberapa model baju waktu itu Zahra iseng menggambar tetapi dia malah menemukan model baju yang belum ada yang membuat.

Karyawan yang lain memandang Zahra dengan tatapan tak bisa di artikan, Zahra tidak perduli dan hanya menyapa mereka seperti biasa.

"Rancangan model apa ini?" Teriak seorang pria berumur 55 tahun sambil menggebrak meja.

"Itu rancangan terbaru saya pak, coba lihat baik-baik dulu pak, "Ucap Sindy yang sebenarnya sedikit takut melihat atasanya.

"Sudah-sudah saya tidak mau melihat ini, model kamu ini sama seperti pemulung.. lihat sendiri, apa ini. Ini kurang cocok jika dipakai semua wanita.. sangat terlihat kuno, contoh Zahra teman kamu itu, dia bisa membuat saya membayangkan rancangan seperti apa kedepannya nanti." Ucap atasanya itu yang membuat hati Sindy seperti terbakar.

"Kenapa Zahra belum juga bekerja! Saya ingin melihat-lihat rancangan terbarunya."

Tokk..tokk..tokk

"Masuk,"Teriak pak boss itu, Zahra masuk kedalam ruangan milik atasannya.

"Zahra! Kemana saja kamu?" Tanya Atasannya bernama Herman dengan sedikit emosi.

"Saya.."

"Pasti kamu mau lari dari tanggung jawab ya? Secara kan jabatan kamu naik, pasti kamu sedang enak-enak an dan ijin ke pak boss." Sindir Sindy.

"Apa itu benar yang di bilang Sindy, Zahra?"

"Iya lah pak, lihat saja, setelah naik jabatan dia ijin karena sakit, pasti dia hanya alasan saja!" Sindy mengompori pak Herman agar tersulut emosinya kepada Zahra.

Pak Herman memandang Zahra dengan tatapan menyelidik, Zahra menarik nafasnya lalu mengehembuskan secara kasar "Kapan, saya pernah berbohong terhadap bapak?" Tanya Zahra dengan wajah datarnya.

"Saya memang sakit, dan tidak bisa pergi bekerja. Saya siap menerima konsekuensinya kalau itu di perlukan!" Jawab Zahra dengan tegas.

"Baiklah, saya percaya dengan kamu Zahra.. sebagai awalan coba kamu koreksi model yang dibuat oleh Sindy agar terlihat menarik sekarang." Ucap pak herman sambil menyodorkan kertas hasil rancangan Sindy.

"Tapi..pak, itukan rancangan saya. Kenapa harus di benahi oleh Zahra?"Protes Sindy tak terima.

"Sudah, biarkan Zahra yang mengoreksinya!"

Zahra mengamati rancangan itu dan mulai mengerjakannya, beberapa bagian dari gambar itu dia hapus dan dia gambar kembali. Setelah selesai dia menyerahkan kembali kepada pak Herman.

"Kalau seperti ini, menurut bapak bagaimana?" Pak Herman mengambil kertas tadi dan mulai mengamatinya.

"Coba, tambahkan aksesoris yang cocok di bagian sini!" Zahra mengambar aksesoris yang cocok dengan rancangan itu dan menyerahkan kembali kepada pak Herman.

"Hmm.. Saya.. bagus, kerja kamu bagus.. Sindy segera antar rancangan ini dan mulai kerjakan secepat mungkin, setelah selesai segera panggil saya, saya ingin tahu hasilnya!" Ucap pak Herman terlihat senang.

"Baiklah Zahra, kamu saya maafkan karena beberapa hari ini tidak menyetorkan rancangan kesaya, segera buat rancangan lagi!" Perintah pak Herman.

"Sebenarnya Saya sudah membuat rancangan lagi, mungkin bapak ingin melihatnya?" Tanya Zahra sambil menyodorkan hasil rancanganya.

Pak Herman menyukai semua rancangan yang di gambar oleh Zahra, dan menyuruh karyawan di bagian menjahit segera membuat model rancangan Zahra.

Saat jam makan siang, Angga datang ke kantornya. Zahra yang sibuk melahap makananya terusik oleh kedatangan Angga, Angga duduk dihadapan Zahra memandangnya dengan perasaan bersalah.

"Zahra, bagaimana kabarmu?" Tanya Angga basa-basi.

"Baik." Ucap Zahra singkat tanpa menoleh.

"Zahra.. Akuu..minta maaf?"ucap Angga penuh penyesalan.

"Minta maaf untuk apa?"

"Karenaa..."ucapan Angga terpotong saat Sindy tiba-tiba datang dan duduk di samping Angga.

"Sayang, kamu perhatian banget sama kita, tau aja anak kamu lagi kangen sama Papanya!" Ucap Sindy dengan sengaja, Zahra mengentikan makannya dan menatap Angga.

Mereka bertatapan beberapa detik sampai akhirnya Zahra bangkit berdiri "Bajingan!" Ucap Zahra sebelum pergi.

Angga ingin mengejar Zahra, tapi Sindy mencegahnya dan menyuruhnya untuk menemaninya makan.

Zahra duduk di closet, entah mengapa dia menangis lagi dia ingin melupakan Angga, hatinya lebih sakit lagi saat dia mendengar kata-kata Sindy. Zahra menarik nafasnya dan menghembuskannya dengan kasar agar berhenti menangis. Tiba-tiba ponselnya berdering, tertera nama Nina disana.

"Zahra, nanti kita mampir makan ya! Gue lagi pengen makan bakmi waktu kita SMA Ra, gimana?" Ucap Nina saat masih di kantor.

"I-iya.."ucap Zahra bergetar menahan isaknya.

"Kok, suara lo aneh gitu? Lo nggak papa kan?" Tanya Nina mulai khawatir.

"Nggak apa-apa, gue lagi kepedesan nihh.. makan makanan kantor, sampai ingus gue keluar!" Elak Zahra, Nina sebenarnya tahu jika Zahra menangis lagi, pasti di sana terjadi sesuatu.

"Yaudah.. elo pulang jam berapa? Nanti gue ke kantor elo"

"Jam 5 gue udah pulang!"

"Oke, yaudah kalau gitu.. byee.. boss gue galak, jadi nggak bisa telpon lama." Nina mematikan sambungan teleponnya.

Zahra segera membasuh mukanya agar tidak terlihat habis menangis, setelah selesai dia kembali ke ruang kerjanya dan menyelesaikan tugas dari bossnya.

Bersambung

***

Part ini rada ngawur pas buat 😅
Baca dan vote, sebagai apresiasi kepada penulis 😉


☁☁☁
☁☁☁☁☁
☁☁☁

🌾24 Februari 2019🌾

Salam Manis Arek Kediri :)

Because Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang