22-

4.5K 218 15
                                    

Warning!! Ojo baper😅

Aelah koyo nggarai baper ae 😥😝😝

Jangan di kritik alurnya
Soalnya masih pemula

😂😂

Semoga terhibur dengan cerita receh saya😄

****

Zain sudah berangkat menuju bandara untuk pernerbangannya ke luar kota, Zahra tidak ikut mengantarnya karena dia harus bekerja dikantor Andini. Karena bosan di rumah, dan Papanya yang sering pulang malam, Zahra memutuskan untuk menginap di rumah Ibu dan Ayahnya. Dia juga sudah meminta izin kepada Zain dan Papanya.

"Zahra? Gimana kabar kamu?" Tanya Nissa yang memancing Zahra.

"Sehat kok Bu, buktinya Zahra bisa main kesini." Kata Zahra, Nissa menghembuskan napasnya kasar.

"Bukan itu Zahra! Maksud Ibu Ini?" Tanyanya sambil menunjuk ke perutnya sendiri. Zahra langsung terdiam, dia tidak mungkin bilang kalau dia dan suaminya belum melakukan kewajibanya.

Nissa yang mengerti keterdiaman Zahra langsung menasehatinya, "Buat apa ditunda? Ini usia kamu yang pas, kamu nanti juga masih bisa kerja, Ibu saranin kamu cepetan ya punya anak, Ibu pengen punya cucu." Kata Nisaa sambil tersenyum hangat.

"Tapi Bu.. Aku sama Zain kan masih perlu proses untuk..."

"Untuk apa? Saling mencintai? Kalau kalian segera punya anak, hubungan kalian menjadi lebih kuat Zahra. Ibu yakin itu," Zahra diam masih berfikir.

"Iya Bu."

"Apa kamu masih mencintai Angga?" Tanya Nissa langsung membuat Zahra menggeleng cepat.

"Enggak! Zahra nggak cinta Angga lagi."

"Kalau gitu, sekarang belajar untuk mencintai Zain. Dia sudah jadi suami kamu, jodoh yang sudah ditakdirkan untuk kamu."

"Iya. Zahra mengerti." Ucap Zahra sambil mencoba tersenyum.

Seminggu ini Zahra menjalani aktivitasnya. Kemungkinan Zain juga akan pulang, tapi tidak ada kabar apapun dari dirinya. Zain juga belum menelfon Zahra, selama 2 hari ini. Tetakhir kali dia memberi kabar dia akan segera menyelesaikan pekerjaanya.

Ada sedikit kecemasan di dalam hati Zahra, semoga semuanya baik-baik saja. Pagi sampai sore Zahra kurang fokus karena tidak ada kabar dari Zain.

Papanya yang melihat kemurungan Zahra di meja makan, "Zahra, jangan sedih dong! Kan masih ada Papa." Kata Om Alzi sambil tersenyum hangat.

"Enggak kok Pa, mana ada Zahra sedih!" Ucap Zahra mencoba seceria mungkin.

"Gimana kalau Papa ceritain masa kecilnya Zain?"

Mata Zahra berbinar, "Boleh Pa?"

"Tentu boleh dong. Mumpung nggak ada orangnya."

Papanya menceritakan masa kecil Zain dan tingkahnya dulu. Zahra merasa sangat terhibur sedikit. Setelah lelah tertawa Papanya menyuruhnya untuk sitirahat. Zahra memasuki kamarnya dia merasa sangat kesepian.

Walaupun ada suasana canggung saat ada Zain, tapi dia tidak ingin sendirian di rumah yang baru ditempatinya ini. Zahra membaringkan tubuhnya karena lelah dia mulai tertidur.

Saat tengah malam, tangan dari seseorang mengelus puncak kepalanya. Zahra mengerjapkan matanya dan mulai bangun dari tidurnya. Dia menatap sosok yang ada di depannya.

Because Love [END]Where stories live. Discover now