White and Blue

671 42 4
                                    

Musim gugur menyimpan keindahan sendiri. Dibalik kata gugur itu ada hiasan alam yang mekjubkan. Pohon-pohon menggugurkan dedaunan, ada pula yang masih betah di ranting dengan mengganti warna menjadi kuning, coklat atau jingga. Seperti terang lampu bolam berwarna jingga di dalam kamar hotel yang nyaman. Hembusan angin sejuk tak terlalu dingin membawa kerindungan tersendiri bagi pencinta musim ini.

September-November adalah waktu dimana musim itu datang sebelum menyambut dinginnya suhi ketika Desember datang dengan suka citanya. Waktunya pun kadang maju lebih cepat atau lebih lama dari perkiraan. Seperti halnya Seokjin yang memperkirakan waktu pengembalian barang seorang gadis secepatnya namun hingga di awal November ini keinginan itu belum tersampaikan.

Alasan lelaki tampan kebanggan keluarga Kim itu adalah si Park Jimin yang tiba-tiba sulit ditemui karena persiapan pernikahan juga perjalanan dinas mendadak ke China. Alasan lain adalah nyali yang tak setinggi nyali si calon adik ipar ketika mendatangi rumahnya. Entahlah, berurusan dengan seorang gadis seperti sebuah ketakutan tersendiri bagi si tampan. Mungkin mirip ketika Seokjin kecil ketika ingin memelihara anak anjing lucu namun takut di gigit. Dasar bocah cemen.

Seokjin sadar itu. Dia tahu jika laki-laki sejati tidak akan menciut hanya karena ingin mengembalikan lipstik pada seorang gadis. Maka dari itu siang ini Kim Seokjin memberanikan diri untuk datang ke restoran Jina. Dengan desain kaca trasnparan, Seokjin bisa melihat dengan jelas gadis itu sedang mondar mandir di dalam restorannya.

Setelah mengumpulkan niat, Kim Seokjin yang memang telah dilihat kedatanganya oleh Jina langsung mendudukkan bokong di kursi yang kosong. Memilih sembarang saja. Toh dia tidak akan lama.

"Seokjin-ssi." Jina menyapa dengan santun. Memperlakukan lelaki itu sebaik dia memperlakukan tamu-tamunya.

"ah ne Jina-ssi." kegugupan jelas tertancap di wajah mulus yang tak menua dimakan usia itu.

"ingin makan sesuatu?" ahh tidak, Seokjin tidak datang untuk itu.

"seperti Sushi?" bola mata Seokjin bergerak gusar. Maniknya menatap presensi Jina yang berdiri dihadapannya. Yes or No?

"baiklah. Aku sepertinya merindukan makan Jepang." lagi, rencana Seokjin tak berjalan lancar. Dia tak di goda, hanya di tawari dan dia setuju. Makan dulu tidak masalah kan?



Mungkin Seokjin merasa jika keputusannya untuk bersantap siang di sana bukan hal yang salah. Makan siangnya sungguh lezat apalagi jika ditambah dengan pelayanan eksklusif dari owner yang cantik.

"emm, bagaimana persiapan pernikahan Yoorin?" Jina membuka pembicaraan setelah pria Kim itu selesai dengan makanan juga minumannya.

"lancar-lancar saja. Dia sedang membagikan banyak undangan untuk teman-temannya datang ke pesta nanti."

"ah, pestanya. Apa sudah ada dresscode-nya?"

"Yoorin baru menentukannya tadi. Dia dan Jimin akan menggunakan warna biru untuk pria dan putih untuk wanita. Sama seperti baju mereka."

"kalau begitu aku harus mencari baju untuk dipakai ke pesta."

"kuharap bajunya tidak menyaingi kecantikan gaun adikku." perkembangan luar biasa untuk cara mereka mengobrol. Kekehan yang mengalun bersama selama beberapa saat itu memperlihatkan seolah mereka tak pernah memiliki masalah sebelumnya (baca : Guardian - After 3 Years).

"ehh, Jina-ssi, aku harus kembali ke kantor lagi."
"dan ini. Kau meninggalkan ini di mobilku saat aku mengantarmu."

Benda pusaka yang tersembunyi di kantong jas Seokjin pun keluar. Tanpa ba bi bu, Jina segera menyambar benda kecil itu. Seperti sudah terlalu rindu padanya.

Another Guardians ✔️Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora