Hold Me Tight

320 31 0
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Bocah berambut hitam legam masih menjadi sumber keriuhan diantara pria dan wanita dewasa yang duduk di bangku yang sama di ujung kiri dan kanannya. Sesekali sang pria merapikan anak rambut bocah perempuan yang kesenangan diberi syal merah muda. Sewarna dengan hodie yang dipakai pria itu. Bukan syal baru, hanya syal lama kepunyaan pria bernama Kim Seokjin itu, menurutnya si bocah sangat cocok dengan warna merah muda kesukaannya.

"eonnie, kenapa kau diam saja?"
"apa syal dari oppaku bagus?" Jina menahan senyum geli mendengar anak usia 5 tahun memanggil pria usia 30 tahun dengan sebutan 'oppa'. Harusnya dipanggil paman saja. Ralat. Harusnya aku juga dipanggil tante kalau begitu.

"yeppuda."

"oppa, Ahra mau masuk dulu yah. Pasti kue buatan suster sudah masak." Seokjin mengangguk membiarkan Ahra masuk ke dalam panti asuhan yang berada di belakang gereja. Ya, Ahra tinggal di sana. Sebagai salah satu penghuni panti.

Sepeninggal bocah itu, keadaan menjadi semakin runyam. Masih teringat jelas bagaimana saat Seokjin mendapati Jina di dalam gereja dengan Ahra sebagai saksi. Juga Tuhan.

Udara dingin seakan tak terasa apa-apa bagi pria dan wanita dewasa itu. Deru napas bergantian memunculkan asap yang membumbung. Jemari lentik Jina dimainkan diatas paha. Wanita itu tak menyangka akan bertemu Seokjin setelah beberapa minggu menghindar. Jika menanyakan pendapat seseorang tentang siapa yang berbuat jahat, maka nama Jeon Jina yang pasti akan di sebut. Menolak seorang pria baik-baik, meninggalkan tanpa kabar, menyembunyikan diri adalah perilaku tak terpuji yang menjadikannya sebagai sosok yang menyakiti Kim Seokjin. Gelar bodoh sepertinya juga cocok dengan Jina yang mengabaikan pria tampan, baik hati, mapan dan mempesona seperti seorang model.

"apa kabar?" lama hingga Seokjin bisa mengucap kalimat itu.

"baik." kembali sunyi menyapa. Dalam benaknya, Jina memikirkan bagaimana bisa ia bertemu dengan Seokjin di tempat gereja ini? Dia tidak sedang membuntutiku bukan? Tidak. Tidak. Seokjin tampak mengenal baik tempat ini.

"kenapa kau bisa disini?" apa pertanyaannya sedikit konyol? Gereja adalah tempat umum untuk orang-orang. Tapi rasa penasaran dan juga geer dari Jina sudah tak mampu ia bendung hingga kalimat itupun terucap.

"aku? Aku kadang datang ke sini untuk berdoa atau sekedar mengunjungi Ahra." sebenarnya siapa bocah itu? Apakah dia anak yang di sembunyikan Seokjin? Karena takut keluarganya marah jadi anak itu dititipkan di panti asuhan?

"Ahra adalah anak yang kutemukan di dekat kantorku saat masih berumur 2 tahun. Dia ditinggalkan oleh orang tuanya. Aku tidak bisa membawanya pulang jadi aku menitipkannya di sini." semua pikiran buruk Jina seakab terbakar menjadi debu setelah Seokjin menjelaskan asal usul bocah perempuan beranama Kim Ahra itu. Seokjin sendiri yang memberinya nama. Jina menjadi bungkam. Sejenak dia sempat berpikir jika lelaki pencinta warna merah muda itu adalah laki-laki berengsek yang tertutupi dengan sikap baiknya. Ternyata ia salah. Dia baik.

Another Guardians ✔️Where stories live. Discover now