vii : taehyung pratama

6.6K 1.5K 46
                                    

taehyung pulang jam satu pagi, jungkook gak dalam keadaan bangun waktu itu. beruntung, karena taehyung bisa habis detik itu juga karena pulangnya tanpa seorang yang dia bawa sebelum pergi.

pagi ini sepi, sepi sekali. celoteh adel sedikit sekali terdengar, karena bocah kecil itu bangun lima menit dan tanya kemana papanya, lalu tidur lagi sampai dua jam yang selanjutnya.

"tae, aku mau ngobrol sama kamu,"

jam tujuh pagi, kopi paginya datang serta rombongan pertanyaan yang akan datang sebentar lagi.

"oke."

"kamu bawa allen kemana?"

cangkir hitam berlogo persatuan pahlawan marvel yang taehyung pegang kembali ke tempat, niat seruput diurung. "bengkel."

"aku gak minta kamu bohong, lho?"

taehyung pratama menyerah. "supermarket, sayang."

kepala dingin, jungkook. santai.

senyum tipis dan tatap lelakinya, sadar sekali taehyung keras, juga allen dan adel ada karena jungkook sendiri. ini harus pelan-pelan. "allen kemana? gak pulang?"

"kamu pasti marah kalau aku cerita,"

"aku mau tau allen kemana, bukan mau marah."

hela napas, matanya tatap jungkook. "niatku usir bocah sompral itu dari sini, aku ajak supermarket buat kasih bekel materi, sedikit uang juga buat .. anaknya."

taehyung desis pelan sebelum sebut kata terakhir, keras wataknya selalu hilang setiap tentang jungkook.

di sebrangnya, jungkook diam. cerna kalimat taehyung dan senyum kecil lima menit setelahnya. "kamu mau jujur sama aku?"

"aku gak bisa bohong sama kamu."

jungkook senyum tipis. "nyaman ada dua orang asing disini, sayang?"

pasti, pertanyaan macam ini jungkook angkat lagi. taehyung terlalu siap buat ini.

"enggak. sama sekali."

jungkook hela napas, tatap taehyung telak di mata, rautnya sedih sekali. "maaf, aku sering seenak jidat ambil keputusan dan gak pikir ke depan. aku gak tega buat mereka pergi setelah aku kasih harapan bakal jadi rumah buat mereka."

taehyung diam, tatap jungkooknya di sebrang dengan mata kacanya yang siap pecah kapan pun lelakinya kedip mata.

"taehyung ... kita harus gimana?"

taehyung gak pernah sampai hati lihat jungkook nangis. dari dulu, sampai kapan pun.

"jungkook, kita jarang tuker pikiran. sekarang, kamu dengerin aku. mau?

anggukan dua kali dengan pipi basah dan hidung merah taehyung dapati. "gak tutup kemungkinan buruk apa pun, karna kita yang kaya gini berefek ke allen sama anaknya. kamu paham?"

anggukan lagi.

"aku .. gak bisa tanggung kalo kamu masih ambil sesuatu dari luar dan setelah ada di sini gak kamu urus, sayang. soal ini lain, mereka bukan hal sepele."

"tau, jungkook? aku takut."

tatapan taehyung selalu jujur, sekeras apa pun sifatnya. jungkook selalu tau, jungkook paham apa-apa pun yang tersirat dari taehyung lewat matanya.

"aku takut gak bisa jadi ayah yang baik. gak bisa kasih mereka bahagia. gak bisa jawab pertanyaan adel waktu besar nanti ... kalo temen-temennya heran dan tanya,"

"-kenapa gak ada sosok perempuan di silsilah keluarganya. aku takut tanggung itu sendirian kalau semisal nanti kamu lepas tanggung jawab,"

"jungkook, aku takut adel gak bisa paham."

"paham a-apa?"

"konsep kenapa dua lelaki menikah dan tinggal di satu atap dan tidur di ranjang yang sama."

"jujurnya, aku gak siap, misal nanti ... raut polos adel yang pertama kali aku liat bakal berubah jadi raut sedih karena punya tiga ayah tanpa ibu jelas di keluarganya sendiri."

jungkook gavian hampir lupa satu hal di hidup mereka; taehyung pratama selalu peduli dan takut tentang banyak hal. tentu, dibalik datar wajah dan ketus lisannya.










a

.n :

hewo-!

the pratamas › tk.Where stories live. Discover now