xiv : semuanya

4.3K 927 56
                                    

jungkook mati-matian harus bungkam allen waktu lelaki itu masuk kamar yang jungkook tempati dengan adel yang jalan lucu di belakangnya.

jungkook dengan panik tutup mulut allen dan tarik anak itu supaya lebih masuk, rautnya kacau, dahi allen sampai mengerut heran; kenapa?

jungkook tanya dengan intonasi tipis tentang taehyung yang masih duduk di sofa ruang tengah atau enggak, dijawab santai dengan nada tipis juga, ia bilang taehyung masih di sana, bahkan dirinya yang tekan saklar lampu karena bocah kecil yang baru bisa jalan di belakangnya bisa susah lihat sekitar nanti.

jungkook hela napas lega, ia suruh allen keluar dan buat ini senatural mungkin. keduanya mendadak garap drama tiba-tiba, dengan adel yang tatap polos ke arah jungkook yang pura-pura tidur di ranjang yang biasa jadi tempat ternyaman buatnya dari ambang pintu.

gak cukup lama buat taehyung masuk ke kamar tamu dengan suruhan allen soal jungkook yang tidur kurang ajar di kasurnya dan buat anaknya hampir nangis karena lihat kasur nyamannya ditiduri raksasa.

allen masih gak paham tapi lihat raut kacau jungkook rasanya sesuatu emang gak beres ada di antara mereka. sedikit bingung lagi karena lihat taehyung yang waktu jalan lewati adel di ambang pintu justru usap kepala anaknya pelan tanpa tatapan galak.

"dasar bocah gak tau diri." kata taehyung waktu lewat di depan allen dengan jungkook melayang di tangannya.

jungkook dengar bocah itu ketawa dan waktu matanya intip raut allen justru kaget karena mata lelaki itu tatap matanya datar dengan satu bogem di samping badannya yang tentu gak bisa taehyung lihat.

yah, jungkook ketawa dalam hati seiring taehyung yang mulai bawa badannya ke kamar mereka. tepat dua langkah, ia pura-pura ngigau supaya tangannya leluasa buat acungi jari tengah tepat ke arah allen di belakang kepala taehyung.

reaksinya sempurna, sesuai dugaannya; raut marah dan gelagapan buat tutupi mata adel dari isyarat kasar orang dewasa brengsek yang jadiin allen tumbal setelah jalan sore.

sampai di kamar, taehyung langsung buat jungkook nyaman di ranjang mereka. taruh pelan-pelan dan tarik selimut setinggi dada,  lengkap usapan sayang di kepala dan kecup singkat di pipi gendut kesayangannya.

jungkook yang pura-pura jelas sedih luar biasa. dirinya disayang sebegini payah tapi pengertiannya buat taehyung adalah nol besar.

jungkook buka kelopak matanya pelan waktu suara pancuran air sangat berisik tusuk telinganya. tatap pintu kamar mandi yang gak ditutup terlalu rapat.

jungkook seolah tunggu beberapa menit karena ia hapal kebiasaan taehyung yang selalu lupa handuk.

tapi hari itu taehyung bawa handuknya ke kamar mandi.

buru-buru jungkook kembali tidur waktu pancuran air gak lagi kedengaran. beberapa detik kemudian ia dengar suara pintu kamar mandi yang didorong dari dalam dan suara pintu lemari yang ditarik—taehyung pasti sibuk pakai baju.

beberapa menit kemudian hidungnya penuh sama harum lemon dan pelembut pakaian yang taehyung baru pakai, suara ranjang yang berisik tipis buat dirinya pura-pura ngigau lagi; ubah posisi dan peluk taehyung yang baru duduk di sebelahnya.

"demi tuhan, jungkook. aku baru aja mandi."

ya, seribu miliar kesialan. karena tanpa sengaja hidungnya tabrak eksistensi panas di tengah selangkangan lelaki yang baru aja dia peluk pinggangnya.

tapi jungkook harus tetap pura-pura. sebenarnya gak tahan di posisi ambigu dengan dirinya yang seolah cium punya taehyung, tapi si idiot pratama rasanya sedikit ambil kesempatan dari kondisi sekarang.

"serius deh, kalo kamu gak lagi keliatan capek kayanya kamu harus tanggung jawab."

jungkook mau marah, tapi elusan tangan besar taehyung di pucuk kepalanya buat dirinya meleleh. apalagi waktu tangan taehyung merambat turun buat usap tengkuknya—tangan dingin taehyung setelah mandi itu favoritnya.

tanpa sadar dirinya merasa geli, "ck, tae."

jungkook beku, takut sekali taehyung peka. tapi ternyata taehyung justru ketawa dan pindah letak kepalanya jadi balik ke bantal disusul taehyung yang rebahan di samping kemudian bantalnya berubah jadi keras karena tulang dan dapat satu pelukan erat di pinggangnya.

"bahkan tidur juga galak. bunda pasti kaget karna taunya cuma jungkook adalah bayi."

taehyung bukan tipe manusia yang selalu dingin badannya, karena hangat di punggungnya yang diusap sampai pantat dan dapat tepukan pelan di sana secara otomatis buat dirinya makin masuk ke pelukan taehyung.

tangan balas peluk dan hidung jungkook tepat di dada lelaki favoritnya sedunia. degupan konstan di dada taehyung seolah jadi nada lembut buat kelopak matanya mulai berat.

"kookie,"

jungkook benar-benar pasang telinga dan perang sama rasa kantuknya sendiri, karena hembusan napas lembut taehyung di puncak kepalanya gak bantu matanya untuk tetap melek.

"hari ku buruk."

aku tau.

"kamu gak perlu tau itu,"

kenapa. kenapa, brengsek.

"janji ku waktu dateng ke bunda beberapa bulan lalu gak ada sangkut paut buat masukin kamu ke lingkar susah, sayang."

idiot.

"keuangan ku buruk banget akhir-akhir ini."

iya, cerita. semuanya. tolong.

"kebutuhanmu, kebutuhanku, tambah dua manusia lain di rumah ini—ya, walaupun mereka, maksudku, si papanya gak mau buat susah kita, menurutku itu udah jadi satu kewajiban gak tertulis buat nafkahin mereka juga, ya gak?"

iya. iya. maaf.

"aku segini lemah, kookie. aku takut gak bisa buat kamu tetep disini. aku bangun semuanya cuma modal sayang, semuanya papa. rumah ini papa. nafkah dariku sumbernya dari papa. media ku buat kredit mobil supaya kamu gak kepanasan lagi juga papa,"

jungkook mau sekali nangis, tapi mati-matian ditahan.

"tapi kalo semua poin yang aku sebutin buat papa jadi tinggi dan pake itu buat siksa aku lebih banyak dari sebelumnya, aku mungkin gak bisa terus jadi anjingnya."

jungkook gak paham. ada apa?

"kamu salah, jungkook. persepsi mu gak valid."

soal apa?

"dulu, kamu bilang yang harus aku lakuin cuma pulang."

jungkook secara gak sadar tahan napas.

"tapi kamu, aku, masing-masing gak sadar kalo ada beberapa rumah yang gak bisa jadi destinasi. gak layak huni. gak bisa buat ditinggali. palsu."

jungkook total mencelos.

"aku pernah mikir buat berhenti. tapi kamu, allen, dan anaknya jadi tanggung jawab besar yang duduk di masing-masing pundak ku."

"mimpi allen buat kuliah, adaptasi ku sama bocah yang gak pernah aku sentuh, kamu."

"hari itu, jam tiga pagi sebelum aku bangun dan liat kamu peluk aku, bocah sialan itu ada di sana. peduli. gak pasang muka pongah yang selalu mau aku buat bonyok. aku pikir itu alesan yang bagus buat ku tetep di sana, seenggaknya sampe gaji ku mumpuni buat bayar cicilan dan tabungan ku buat kita semua nantinya."

"tapi sampe kapan, kookie?"

jungkook nangis dua detik setelah taehyung selesai sama kalimatnya.





















---

double up. kaget gak aku produktif? xD

the pratamas › tk.Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon