xvii : soal privasi

3.7K 658 28
                                    

sejauh hari pernikahan, jungkook belum pernah ada di masa harus jarak jauh.

taehyung pamit pergi satu minggu karena urus pekerjaan sama papa di kota lain. perpisahan mereka gak seberlebihan yang ada di kepalanya, tapi setelah beberapa hari baru datang rasa sedih karena sepi.

biasanya, taehyung selalu jadi cerita. pagi hari yang ricuh karena taehyung enggan lepas pelukan, sulit bangun, dan malas mandi.

juga jungkook yang sibuk tata baju suaminya dan pergi ke dapur untuk buat sarapan, setelahnya mungkin ada kekacauan di dapur; entah taehyung yang peluk atau cium gemas waktu jungkook fokus masak atau bahkan cibiran allen dan suara tawa adel yang menggema ditambah volume suara kartun tiga beruang konyol seolah jadi musik pengiring.

tapi pagi ini sepi, hari ke lima dirinya sarapan sendirian di meja makan. allen cenderung sering pergi selepas adu argumen sengit mereka tempo hari yang libatin adik kandungnya yang tinggal beberapa kilometer dari rumah.

jungkook selalu sombong soal banyak hal, mungkin perihal gak akan kangen adalah salah satunya. kemudian beberapa hari ini jarak jadi pelajaran untuk nikmati rindu setiap waktu, jungkook akui kalah, sebetulnya mereka kalah.

taehyung gak pernah absen hilang selain jam kerja, suaminya baik-baik di sana; makan teratur, hunian nyaman, dan kepala mengepul khas budak korporat. jungkook sampai pingin pergi kesana untuk sekedar pijit bahu taehyung atau kasih pelukan penambah energi, tapi taehyung bilang dia oke dan larang jungkook berkunjung.

jam sepuluh pagi, dirinya sendirian di meja makan dengan sepiring pancake tumpuk buah-buahan dan segelas susu. jelas terlalu siang untuk sarapan, tapi jungkook mana peduli.

tangan kanan pegang garpu dan bawa masuk pancake yang sudah dipotong-potong ke mulut, sedang tangan kiri pegang ponsel dan geser-geser layar yang gak berujung.

teman-temannya seperti jennie, jimin, dan jaewon termasuk mapan. pekerjaan mereka tetap dan bagus, bahkan unggahan foto-foto instagram jimin betulan menyesuaikan pekerjaannya sekarang sebagai orang kantoran dan traveller serabutan, sedang jennie dengan bau-bau kedokteran dan jaewon yang seorang model juga hobinya yang buat orang-orang melabeli lelaki itu sebagai anak motor.

menikah gak melulu soal bahagia ranjang dan berdua, ini soal mereka yang saling satu dan sulit untuk tekun di dunia masing-masing setelah paten. pasti salah satu bakal ikut andil, persis dirinya dan taehyung.

sejauh ini jungkook belum iri, karena kalau membandingkan dalam konteks hilang atau ditemukan, jungkook merasa dirinya beruntung karena ditemukan dan menemukan taehyung, mereka saling.

tapi soal pekerjaan dan penghasilan mandiri, dirinya total iri tapi sadar diri; karena mereka bukan dan gak satu jalur dengan bidang yang dikuasainya.

kunyahan pelan dari suapan terakhir, dan geseran timeline aplikasi ponsel berhenti di satu postingan acak. baru ingat dirinya pakai akun taehyung untuk berseluncur, dan di depan matanya muncul postingan sejeong dengan ratusan angka suka.

perempuan yang dirinya tau adalah mantan taehyung sekarang seorang guru dilihat dari tag nama mengkilap di dada kanan dan latar belakang ruang guru, ditambah keterangan kalimat di bawah foto buat jungkook gigit bibir.

otaknya berantakan, entah harus atau enggak. apa ini tindakan yang benar atau salah. satu-satunya yang jungkook ingat cuma kesusahan taehyung di belakangnya selama ini dan banyak aspek lain yang dirinya mungkin belum tau.

hela napas panjang kemudian tekan nama pengguna sejeong; dirinya sampai di galeri perempuan itu. ada dia dan pacarnya, berbagai kegiatan, dan bahkan foto jungkook dan taehyung waktu pernikahan tetap ada disana.




prtmtae

hai, permisi gue jungkook.
sori banget harus dm lo pake akun
suami gue tapi gue punya banyak
pertanyaan buat lo. bisa ketemu?

seen.






















buat janji temu jam tiga sore, jungkook datang sepuluh menit sebelum waktu yang disepakati.

rumahnya ditinggal dengan allen dan adel yang jaga, jungkook bahkan gak pamit; sekedar cium pipi gembil adel sekaligus gasak puncak kepala bocah lucu itu, bilang pergi dulu ketemu nanti dan tutup pintu rumah halus sekali.

coffe shop jadi destinasi berdua, cukup lengang karena bukan hari libur. bahkan atur janji segini sore karena jadwal mengajar sejeong yang lumayan padat sebagai guru baru di satu sekolah menengah atas terkenal di kota.

"jungkook!"

"eh? hai."

anaknya datang masih pakai setelan formal mengajar, mungkin belum sempat pulang. tukar senyum dan sejeong duduk di seberang, pesan kopi susu dan caramel macchiato buat jungkook.

"gue repotin banget ya? buru-buru gitu lo gak sempet ganti."

"gapapa kok, santai aja. biasanya juga gue sama eunwoo pergi selesai gue ngajar dan masih pake baju formal kaya gini." sejeong cengir kotak, persis taehyung. "lo sama taehyung gimana kabarnya?"

"oh, baik kok. taehyung lagi di luar kota urus kerjaan."

"kerja apa kalo boleh tau?"

"sekretaris pribadi papa, bantu urus perusahaan keluarga."

"he? serius?"

dahi jungkook mengerut tipis, sedikit bingung soal respon sejeong soal ini. "kenapa?"

"maksudnya, bukan gue ngeremehin taehyung, dia jenius gue tau. tapi bokapnya? mereka udah baik-baik aja?"

memangnya kenapa? apa terlalu gak mungkin? setau jungkook, papa dan taehyung memang gak disituasi baik karena papanya punya keluarga baru dan total gak peduli sama taehyung dan bundanya, itu dulu. tapi respon sejeong sekarang seolah bilang ini lebih rumit daripada itu.

"lo tau banyak?"

"lo gak tau?"

soal apa, apa yang dirinya gak tau?

"mungkin gak sebanyak elo?"

"gue terlalu kaget karena alesan taehyung gak baik sama bokapnya jelas lo tau kenapa," jungkook angguk pelan dan sejeong tatap dirinya serius. "tapi ada hal rumit lain yang buat taehyung gak pernah mau ada di lingkup keluarga baru papanya walaupun dari dulu sebenernya dia bisa."

apalagi?

"hal... apa?"

"anak tiri papanya. taehyung selalu dibandingin sama dia, dan taehyung gak suka itu."

"gue— gue gak tau taehyung punya saudara tiri,"

"mungkin menurutnya itu aib, wajar kalo dia tutupin itu dari lo. selama ini dia gak pernah ngobrolin siapa-siapa tentang keluarganya kan?"

ya, betul. taehyung bahkan hampir gak pernah cerita soal keluarganya lebih lanjut selama hampir satu tahun mereka menikah.

"taehyung itu, perfeksionis. orang lain rasanya gak perlu tau soal celah dia lebih jauh daripada dirinya sendiri, jung."

"tapi lo tau."

"gue kenal sosok yang taehyung benci, selain papanya."

siapa, dan kenapa bisa. memangnya sejeong siapa? kenapa dirinya gak bisa tau?

"jadi melenceng, deh. maaf, lo mau ngobrolin apa sama gue?"

jungkook senyum kering, pertanyaannya diredam suara pelayanan yang antar minuman ke meja mereka, dan sejeong yang bingung perihal pertanyaan yang dirasa gak mungkin dilempar oleh seorang jungkook pratama.













































a.n :
hai, kangen gak sih? tapi aku kasih konflik aja biar makin kangen dan penasaran. 😛

terimakasih yang sudah baca!

the pratamas › tk.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang