Chapter 16

2.6K 247 118
                                    

Nghh~

'Atap putih', itu lah yang Yo lihat saat ini. Yo berusaha membiaskan cahaya yang masuk kepenglihatannya. Mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi. Pingsan, kemarin, iya dia ingat, kemarin ia pingsan di kantornya.

Bibir ranumnya itu terangkat saat melihat sosok yang sangat dicintainya tengah terlelap. Menelungkupkan kepalanya di ranjang Yo. Dengan terus menggenggam tangan Yo, bahkan tidak ada niatan untuk melepasnya.

"P.. Phi.." terdengar seperti bisikan sebenarnya, namun Yo berusaha untuk membangunkan suaminya. Tenggorokannya terasa kering, ia haus, butuh minum.

"Phi Pha~.." suara manja itu terdengar lagi, namun masih belum bisa membangunkan pria jangkung itu.

Dengan gemas Yo menggoyangkan tangan yang digenggam pria jangkungnya, sebisa yang ia bisa. Perlahan tapi pasti kelopak dengan mata berwarna coklat itu kini mulai terbuka. Pertama kali yang ia lihat adalah istrinya yang sedang tersenyum. Padahal seingatnya istrinya sedang tidur semalam. Seperti sedang berfikir ia mengingat-ingat apa yang terjadi sebelum ia tidur.

Yo yang melihat tampang berfikir suaminya itu menahan tawa karena yang ada dibenaknya kenapa suaminya menjadi dokter tapi ia benar-benar loading disaat harus mengingat Yo.

"P'Pha haus~" Yo memutuskan untuk berbicara, dibanding ia harus menunggu suaminya itu peka.

"Oh astaga sayangku sudah bangun...." Bukannya mengambil minum, Phana malah memeluk Yo dengan kuat.

"Phi hausss..."

"Oh iya iya, maaf maaf, phi terlalu senang sayang" Phana membantu Yo untuk duduk dan meletakkan bantal di belakang punggung Yo agar ia merasa nyaman. Setelahnya ia memberikan minum untuk sang istri.

Senyum tidak pernah lepas dari bibir Phana, ia bersyukur. Sangat bersyukur karena malaikatnya membuka mata kembali. Mata sebening mutiara itu yang sangat disukai Phana.

"Sayang lapar?" Yo melirik Phana sambil mengangguk.

"Ingin makan apa?" Yo berfikir sejenak sambil mengelus perutnya seperti berkomunikasi lewat batin dengan babynya.

"Yo ingin Tom--"

"Selamat pagi menantu kesayangan Mae..." Mereka berdua sontak menoleh ke arah pintu kamar yang memunculkan sosok wanita paruh baya yang luar biasa bisa dikatakan si 'Fujoshi Queen'

Wanita paruh baya itu menghampiri keduanya sambil membawa suatu bingkisan yang jika dilihat-lihat seperti makanan.

PLAK!

"Aw kenapa mae memukulku!" Phana mengelus kepalanya yang terkena pukul tiba-tiba oleh ibunya.

"Itu akibat karena kau ceroboh dan tidak bisa mengurus Yo dengan baik"

Jleb

Sakit ternyata, tapi bukan Phana jika ia langsung bergalau ria hanya karena omongan pedas ibunya. Yang Phana tau, jika ibunya sudah berkata seperti itu. Tandanya Phana harus mengintropeksi dirinya, dan harus lebih baik lagi melakukan sesuatu kedepannya.

Berbeda lagi dengan yang dipikiran Yo saat ini 'Jadi P'Pha terkadang bodoh itu mungkin karena kepalanya sering dipukul, kasian sekali suamiku. Pokoknya tidak boleh ada yang memukul kepalanya lagi, aku tidak mau jika memiliki suami yang bodoh, iya benar'

"Sudah sana cuci muka dulu, baru kau boleh sarapan. Jorok sekali" Phana mendengus seperti anak kecil menuju ke dalam kamar mandi.

"Hhh anak itu kenapa tingkahnya jadi seperti anak kecil seperti itu, yang hamil padahalkan Yo" Yo yang semula melihat ke arah pintu kamar mandi, langsung menoleh ke arah ibu mertuanya.

After Wedding [M-Preg] ✔Where stories live. Discover now