Titik Rerendah

1.8K 56 0
                                    

Aku menangis meraung didalam kamar. Segala sesal mengungkum hidupku. Bayang-bayang wajah sedih mami dan papi serasa merasuk hingga ke nadiku.
Aku menyesal telah melakukan semua ini. Aku menyesal.

Bisa dipastikan aku akan putus sekolah, lalu bagaimana dengan semua cita-citaku, bagaimana dengan impianku yang ingin menjadi Desainer terkenal, bagaimana caranya aku membahagiakan dan membanggakan mami dan papi? Aku pasti telah melukai hati mereka, mereka pasti membenciku, mereka pasti tak mau memaafkan dan menerimaku lagi.

Cklek.

"Persiapkan dirimu, setelah ini kita ke Rumah Sakit." Kata Papi menginterupsi kegiatan menangisku

Aku menegang mendengar kata Rumah Sakit. Apa mereka juga ingin menggugurkan kehidupan yang ada di dalam perutku ini, atau mereka akan memeriksakan ku dan mempertahankan janin ini, tapi aku malu, aku masih sangat terlihat seperti anak dibawah umur

"Apa papi akan menggugurkannya" tanyaku hati-hati masih dengan isak tangis memilukan

"Persiapkan saja dirimu" papi menutup pintu kamrku, meninggakkanku yang bertanya-tanya dalam kesunyian

**

Saat aku, Papi dan Mami akan masuk ke mobil, untuk berangkat ke Rumah sakit, disaat itu juga mobil Honda Brio, yang ku ketahui adalah milik Om Aryo memasuki pekarangan rumah ku yang membuat kami berita urung memasuki mobil.

"Assalamualaikum" sapa Om Aryo saat setelah keluar dari mobil, diikuti Tante lulu yang menggendong Willma dan terahir Miftah yang keluar dengan kepala menunduk dalam.

"Waalaikumsalam" jawab Papi dan Mami, aku hanya diam menjawab dalam hati.

Ku lihat Om Aryo mendekati Papi dan ngobrol sedikit menjauh, lalu aku juga melihat Mami dan Tante Lulu bersalaman, berpelukan serta menangis bersama. Hanya Miftah dan aku yang tetep berdiri diam ditempat.
Lama menunggu, papi, mami, Om Aryo dan Tante Lulu mengobrol, aku tetap diam. Lalu Ku lihat Miftah mulai menatapku dengan sorot mata sayu, sama sepertiku.Miftah mulai melangkah menghampiriku yang masih berdiri kaku di depan pintu mobil bagian penumpang belakang.

Dia menggenggam tangan kananku dengan erat seraya berkata "Semua akan baik-baik saja"

Aku tak menjawab, tak ada respon yang berarti yang ku berikan.

"Ayo kita berangkat sekarang" kata Papi

Aku melepas genggaman tangan Miftah, dan masuk ke mobil.

**
09.30
RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG

"kehamilan yang terjadi di usia muda memang dapat beresiko baik terhadap sang calon ibu, maupun terhadap bayi itu sendiri. Beberapa komplikasi kehamilan yang dapat meningkat kejadiannya pada ibu usia muda adalah Perdarahan pada calon Ibu, yang dapat beresiko pada kematian."

"Untuk bayinya, sangat beresiko lahir prematur, berat badan rendah, cacat bawaan hingga kematian pada bayi" lanjutnya, dr. Era Setyani, M. Led. Sp. OG

"Lalu harus bagaimana langkah yang harus kami ambil dok? Kami tak ingin Rinda sampai kenapa-napa" mami bertanya dengan linangan air mata, menatap sendu dokter cantik berhijab biru dongker itu

"Tapi kami juga tak ingin jika janin itu di digugurkan dok" timpal Om Aryo menatap tajam papi dan mami

Mendadak ruangan dr. Era serasa panas dengan adanya situasi tegang seperti ini.

"Karena saya lihat kandungan Rinda masih sangat muda yaitu baru menginjak di minggu kedua, dengan kondisi kesehatan Rinda yan stabil saya bisa saja berusaha mempertahankan kehamilannya. Dengan catatan Rinda harus banyak-banyak istirahat, makan-makanan bergizi, dan yang paling penting jaga emosinya, jangan sampai Rinda stres, karena usianya yang baru menginjak 13 tahun sangat-sangat rentan akan terjadinya stres karena penolakan akan kehamilannya." Kata dr. Era

"Jadi kami masih bisa mempertahankan janinnya?" Tanya Tante Lulu lagi memastikan

"Insyaallah bisa. Atau kalau misal ingin digugurkan harus secepatnya, sebelum usia kandungan menginjak 8 minggu. Karena resiko selamat untuk ibu akan sangat-sangat kecil" kata dr. Era dengan senyum menenangkan.

**

Sepulangnya dari Rumah sakit, aku, mami dan papi pulang kerumah diikuti oleh keluarga Miftah.
Terjadi keheningan didalam mobil, tak ada yang membuka suara barang sepatah kata pun. Hingga akhirnya sampailah kami dirumah.

**

"Kita harus segera menikahkan Rinda dengan Miftah, Ndra .. sebelum perut Arinda membesar." Ujar Om Aryo kepada papi

"Mana bisa seperti itu Ar, dalam Islam mana boleh menikah disaat wanitanya sedang hamil. Itu sama saja tidak SAH, kita harus tunggu Rinda melahirkan dan selesai masa Idah."

"Berdasarkan beberapa dasar hukum islam, hukum menikah saat hamil dianggap sah dan wanita yang melakukan zina baik dalam keadaan hamil maupun tidak, bisa menikah dengan pria yang menzinainya. Harusnya kamu lebih paham akan hal itu daripada aku Ndra" ujar Om Aryo dengan menaikkan volume suaranya.

Janda MudaWhere stories live. Discover now