penyesalan

4K 105 0
                                    

"Kamu memang benar-benar keterlaluan, Miftah!" Lirih Aryo dengan mata yang terpejam

Miftah hanya diam terpaku melihat reaksi Aryo yang begitu kaget dengan kejujurannya.

"Bagaimana kalau dia juga hamil, Mif?! Apa kau juga akan meminta dan memohon pada bapak untuk menikah kan kalian?!" Bapak bertanya dengan mata yang menghunus tajam menatapnya.

"Dia tak mungkin hamil pak! Caca wanita berpengalaman!" Bela Miftah

Aryo menatap Miftah tak percaya dengan ucapan yang baru saja terucap dari mulut bocah berusia 15 tahun itu.

Berpengalaman?
Berpengalaman dalam bidang apa maksutnya?
Berpengalaman dalam memuaskan nafsu birahi lelaki tanpa akan meninggakkan jejak sperma dalam rahimnay?
Begitu kah maksut dari kata 'berpengalaman' itu?

"Apa salah bapak dan ibu kepada mu? Apa bapak kurang mencukupi semua kebutuhan mu? Apa bapak apa lagi ibu kurang memperhatikan mu? Apa kau kurang kasih sayang dari kami? Apa kau tak di perhatikan lagi oleh ibu mu, karena kehadiran Willma? Apa salah kami Miftah?" Tanya Aryo dengan mata yang semakin memanas dan mulai berembun menghadapi kelakuan anak lelakinya.

"Miftah mi..." Belum selesai Miftah berbicara, Lulu sudah terlebih dulu memotongnya.

"Apa yang ada di dalam otak mu itu? Apa hanya ada BAB SELANGKANGAN yang ada di dalamnya?" Tanya Lulu tajam menekan kata-kata tak senonoh yang di ucapkannya.

Plakk...

"Kamu mekukai Ibu, Miftah!" Desis Lulu setelah menampar pipi kiri yang tadi sempat Aryo tampar juga.

Plakk...

Kembali Lulu menampar pipi Miftah, tapi kini bagian kanan.

"KAMU TELAH MELUKAI HATI IBU DARI ANAK KAMU SENDIRI! ANAK YANG TELAH KAMU BUNUH, MIFTAH!!" Teriak Lulu.

"KAMU JUGA IKUT ANDIL DALAM PENGUGURAN JANIN YANG ADA DI DALAM KANDUNGAN ARINDA!!" Jerit Lulu meluapkan emosinya.

Rumah bergaya minimalis dengan dua lantai itu yang biasanya terlihat tenang dan penuh ceria kini berubah menjadi sebuah rumah yang mirip seprti rumah angker yang membuat siapa pun yang ada di dalamnya atau bahakan lewat sekali pun merinding dengan suasananya.

Suara tangis Lulu, Arinda, bahkan Willma si bocah berusia 6 bulan yang berada dikamar itu saling bersahut-sahutan.

"BUNUH SAJA IBU, MIFTAH!! BUNUH!!" Kembali Lulu menjerit dan berlari ke sisi buffet, mengambil Vas kaca yang ada bunga sedap malam di dalamnya.

Pranggg.....

Lulu memecah kan vas itu dan mengambil pecahan kaca yang paling besar dan membawanya ke hadapan Miftah. Aryo yang tadinya diam mematung karena syok akan tindakan istrinya itu mencoba menahan pergerakan Lulu.

"Bu.. Istigfar! Allah selalu ada di samping kita" kata Aryo mengingatkan Lulu dan mencoba menenangkannya.

"Berhenti disitu, Pak!" Cegah Lulu ketika Aryo melangkah mendekat dan mencoba meminta beling yang ada di genggaman tangan Lulu.

Darah segar mulai bercucuran dari telapak tangan kanan Lulu yang mencengkran beling itu dengan kuat hingga melukai tangannya.

Miftah mematung melihat ibunya yang selalu mengasihinya, membelanya jika dia di marahi oleh Aryo, Ibu yang selalu memaafkan segala kesalahannya, kini meminta dirinya untuk membunuhnya.

"Bu..kasihin belingnya sama Miftah" pinta Miftah dengan Air mata yang sudah mengalir membasahi kedua pipinya.

Tangis Willma semakin menggelegar memenuhi semua sisi rumah yang sekarang menjadi sunyi, penuh ketegangan.

Janda MudaWhere stories live. Discover now