dua puluh

3.7K 177 17
                                    

"Maaf, Ibu, siapa?! Kenapa masuk ruangan saya tanpa permisi?!" Tanya Dokter Ratna

"SAYA MAMI DARI PASIEN YANG MENAGIS DAN BERTERIAK HISTERIS DI RUANG IGD TADI, DOKTER!! APA ANAK SAYA AKAN GILA?!" bentak Maura.

Dokter Ratna diam dan mengalihkan pandangannya ke Lulu.

"Saya mertuanya" kata Lulu di sela tangisnya

"Gadis sekecil tadi sudah menikah?!" Tanya dokter Ratna, kaget

"Mari, duduk dulu. Akan saya jelaskan kondisi anak, ibu" ajak dokter pada Maura yang masih berdiri menatap tajam Lulu dan dokter tersebut

Lulu berjalan menghampiri Maura, yang masih diam di tempatnya berdiri. Menatapnya sendu dan penuh penyesalah dari sorot matanya.

"Maafin saya, Teh. Saya yang gagal mendidik anak. Maafin saya" lirih Lulu yang tiba-tiba bersimpuh di kaki Maura

"Saya yang gagal mendidik anak. Saya yang gagal hingga kelakuan anak saya sudah semacam binatang yang liar."

"Astaghfirullah al-'Adhim. Ya Allah Gusti Nu Agung" jerit Maura dan Ikut luruh, bersimpuh dilantai, menagis sejadi-jadinya.

Lulu memeluk Maura yang menangis histeris. Berulang kali dia mengumamkan kata-kata maaf. Berharap besannya itu mau berlapang dada memaafkannya.

"Ya Allah, Mami..." Pekik Indra yang melihat istrinya dan Lulu yang sama-sama bersimpuh dilantai.

"Aya naon ieu, Mami?" Tanya Indra

"Arinda, Pih! Arinda! Arinda, putri kecil kita" tangis Maura kembali pecah di hadapan suaminya

"Ayo berdiri dulu, jangan seperti ini." Ajak Indra, membantu Maura berdiri dan di ikuti Lulu yang juga dibantu oleh dokter Ratna.

Indra mendudukkan Maura di sofa kecil yang ada di ruangan itu.

"Teteh, temani Maura saja disini." Pinta Indra kepada Lulu yang akan ikut menghampiri dokter Ratna.

"Mari, Pak, silahkan duduk." Kata dokter Ratna Ramah

"Maaf sebelumnya, anda siapanya pasien?" Tanyanya

"Saya Papinya. Ayah kandung dari pasien Arinda Mutiara" jawab Indra

"Baiklah, begini..." Kata-kata yang akan disampaikan dokter Ratna kembali tertahahan oleh adanya intrupsi dari suara ketukan pintu

Tok.. Tok.. Tok..

"Ya.. Masuk!" Kata dokter Ratna sedikit menaikan volume suaranya

"Maaf menganggu. Saya juga mau tau keadaan menantu saya." Kata Aryo dan berjalan menghampiri kursi yang berada di depan meja dokter Ratna, bersalaman dengannya dan duduk di kursi samping Indra.

"Baiklah, saya lanjutkan."

"Jadi begini... Kondisi fisik Arinda saat ini tidak terlalu mengkhawatirkan. Hanya mengalami sedikit luka lebam di pipi, bibir yang sedikit lecet, memar di lengan dan pergelangan tangan. Serta lecet di area kewanitaan dan lubang anusnya." Beritahu dokter Ratna

"Tapi.. Yang jadi masalah dan perlu di perhatikan adalah kondisi psikologisnya. Arinda mengalami guncangan dalam jiwanya. Arinda mengalami ketakutan, kecemasan yang berlebih akan tindakan yang baru saja dialaminya."

"Maka dari itu, Arinda, berteriak ketakutan ketika bangun dari pingsannya"

"Lalu apa yang harus kami lakukan, dok?" Tanya Indra

"Untuk lebih detailnya. Kaliam bisa bawa Arinda ke psikiater atau psikolog." Saran dokter Ratna

Aryo mengerutkan dahinya.
"Apa bedanya dok? Bukannya psikiater dan psikolog itu sama-sama menangani para pasien sakit jiwa?" Tanya Aryo

Janda MudaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora