duapuluhdua

3.5K 159 13
                                    

Kondisi psikis Arinda saat ini membuat Indra harus berpikir keras. Indra, tidak mau mengambil resiko yang malah akan membuat kejiwaan Arinda semakin terguncang. Langkah aman yang dia ambil saat ini adalah bersikap lunak untuk tetap menjaga kewarasan putri kecilnya.

Ternyata keputusannya menikahkan Arinda dengan Miftah adalah keputusan yang salah. Apa lagi membiarkan putrinya keluar dari jangkauan pengawasan itu adalah kesalahan yang paling fatal.

Maka dari itu, sikap Indra menjadi terkesan lebih mudah memaafkan ketimbang mengikuti keinginan istrinya yang ingin memperkarakan kasus kemarin.

--
Flasback on!

Malam itu juga, kedua keluarga itu membawa Arinda ke Rs. Hasan Sadikin Bandung. Mereka meminta tolong kepada Dokter Era, untuk menembuskan mereka ke psikolog atau psikiater yang terbaik dan bisa ditemuinya malam itu juga.

"Arinda mengalami 'Amnesia Lakunar' " Beritahu dokter Syifa

"Pengidap amnesia ini akan mengalami hilangnya ingatan mengenai suatu peristiwa secara acak." Lanjutnya

"Apa akan berbahaya, Dok?" Tanya Aryo

"Tidak. Amnesia jenis ini tidak akan merusak ingatan di masa lalu atau yang baru saja terjadi. Amnesia Lakunar hanya akan menghilangkan memori dengan acak atau atau lebih tepatnya memori penting dalam hidupnya, seperti kejadian atau pristiwa yang membuatnya sakit hati atau malah membuatnya begitu bahagia. Ini terjadi karena seseorang mengalami kerusakan pada bagian otak yang terjadi pada limbik." Jelasnya

"Apa bisa sembuh dok? Apa Arinda akan bisa hidup normal lagi?" Tanya Indra

"Tentu saja. Kita bisa meberikan terapi-terapi ringan untuknya agar mengingat kejadian-kejadian yang dilupakannya."

"Jangan terlalu keras untuk membuatnya mengingat, karena itu malah akan membuat kinerja otaknya semakin buruk." Kata Dokter Syifa.

Flasback Off!
--

"Kamu tinggal pilih. Tinggal disini atau kamu ceraikan Arinda!" Kata Indra

"Maaf, Pih. Tapi kasian Ibu, kalau aku tinggal disini. Ibu dirumah akan hanya bersama Willma. Bapak kan masih ada kontrak kerja di Bogor, dan baru selesai 8 bulan lagi, itu pun kalau tidak di perpanjang kontraknya."

"Kalau begitu, biarkan Arinda disini dan saya akan segera urus perceraian kalian." Putus Indra dan segera bangkit dari duduknya

Mata Miftah membulat. Rencana menceraikan Arinda, apa lagi harus meninggalkannya tak pernah terlintas diotaknya.

Miftah memang sangat menyayangi dan mencintai Arinda. Dia tadak bisa bayangkan bagaimana kehidupannya tanpa Arinda. Dari kecil Miftah memang sudah menaruh rasa pada Arinda, hanya saja dulu Miftah tak paham akan bagaimana cara mengungkapkannya.

Maka dari itu, dulu saat Miftah berhasil merenggut kesucian Arinda, tak ada rasa penyesalah dalam dirinya.

"Iya, Pih. Miftah akan tinggal disini " jawab Miftah

Indra membalikkan badannya menatap tajam menantunya itu.

"Baiklah. Ini kesempatan pertama dan terakhir kamu dalam mempertahankan hubungan kalian" peringat Indra dan pergi meninggalkannya.

Flasback Off!
--

"Yank, kenapa sih muka kamu bonyok begitu?" Tanya Arinda

"Dari semalam, tak kau jawab pertanyaanku itu." Kata Arinda ketus.

"Kan aku sudah bilang, yank. Kalau ini ditonjok Bang Andi, karena aku tidak menemanimu di rumah sakit semalam dan aku malah pergi kerumah Rio untuk mengambil motorku." Jelas Miftah, berbohong.

Janda MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang