Cemburuya Miftah.

4.7K 149 26
                                    

Adegan dewasa !

Episode 21+ !

Bocah di harap loncat part saja !



Miftah mencengkram kuat pergelangan tangan Arinda, menariknaya menuju gerbang sekolah karena tadi Aryo menghubunginya kalau supir suruhan keluarga Arinda sudah berada di depan sekolah.

Selama perjalanan Miftah dan Arinda sama-sama diam. Miftah masih setia membuang pandangannya ke jendela luar.

Sedangkan Arinda, dia memilih untuk bermain game di ponselnya. Cuek saja dengan sikap merajuk Miftah.

**
Rumah Miftah.

Rumah masih sepi, pasti ibu masih berada di warung. Ini kesempatan untuknya memberi pelajaran untuk Arinda yang berani-beraninya main api bersama Lelaki sok sempura itu.

Setelah menutup pintu dan mengunci pintu utama rumahnya, Miftah mencabut kunci itu dan meletakkannya di gantungan, agar nanti Ibu bisa membuka kunci pintu dari luar.

Miftah masuk ke kamarnya, mendapati Arinda bermain ponselnya sambil tengkurap tanpa melepas seragam sekolah yang dia kenakan. Seketika emosi Miftah naik dan serasa mencapai ke ubun-ubun.

Miftah berjalan cepat menghampiri Arinda, merebut ponselnya dan membanting ponsel itu. Arinda kaget bukan kepalang dengan sikap dan tindakan kasar Miftah.

Arinda bangkit dan menatap Miftah marah.

"Apa yang kamu lakukan sama ponsel ku, Mif ?!" Teriak Arinda

"Membantingnya!" Desis Miftah

"Kenapa?!" Tanyanya "aku salah apa?!" Tanya nya masih dengan nada tinggi

"Kau tanya kenapa dan apa kesalahan mu?!" Miftah malah membakikan pertanyaan kepada Arinda

"Ya.. Apa salah ku? HAH?!" Bentak Arinda

Plakk...

Miftah menampar keras pipi chubby dan mulus Arinda sampai sudut bibirnya mengekuarkan sedikit darah.

"NGAPAIN KAMU TEBAR PESONA SAMA SI DOVA ITU?! KAMU MAU BALAS DENDAM SAMA PERBUATAN AKU SEMALAM?!" Bentak Miftah marah.

Ya..lelaki tadi adalah Ridhova. Mantan pacar Arinda.

Mata Miftah memerah dan wajahnya memancarkan aura kemarahan yang sangat kentera. Sedangkan Arinda, menatap tak percaya atas tamparan yang baru saja di lanyangkan oleh Miftah.

"Siapa yang tebar pesona? Kamu bisa tanya sendiri sama Anggun, Mira dan Elsa kalau kak Dova yang samperi aku." Bela Arinda dengan isak tangis, memegangi pipinya yang memerah. Dia yakin kalau nanti pasti akan menimbulkan memar disana, di tambah sudut bibirnya yang robek akan membuatnya sariawan.

"Oh.. Kau ingin di samakan oleh ketiga teman baru mu itu?! Kau ingin juga di sebut JALANG seperti mereka?!" Tanya Miftah. Dadanya naik turun menahan gejolak amarah yang semakin terbakar

"AKAN AKU TUNJUK KAN, BAGAIMANA SIKAP JALANG YANG SESUNGGUHNYA!" Kara Miftah berang

Miftah langsung menarik jilbab dan menyentak kasar seragam putih yang masih di kenakan oleh Arinda, membuat kancing-kancing baju itu mengelinding jatuh berserakan di lantai. Miftah menarik ke atas kaus ketat yang di kenakan Arinda. Meloloskan kaus dalam itu dari tubuh atas Arinda.

Sepasang buah dada segkal yang masih berbalut bra merah muda itu di remasnya dengan kuat. Ringisan kesakitan Arinda sama sekali tak di hiraukannya.

Miftah segera melepas baju seragam dan celananya. Menanggalkan semua setiap helai benang yang menutupi tubuhnya.

Di sibakkannya rok biru tua khas seragam anak SMP itu sampai ke pinggang dan melorotkan celana dalam berwarna pink yang dia kenakan Arinda. Memasuk kan kejantanannya ke lubang sempit Arinda yang masih kering. Begitu kasar yang menimbul kan sakit, perih di sana juga di hati Arinda.

Arinda berusaha berontak sekuat tenaga yang dia punya, tapi semua sia-sia. Semakin Arinda berontak, semakin kasar pula sikap Miftah terhadapnya. Miftah mencium dan melumat bibir Arinda kasar, menggigit bibir bawahnya kencang sampai mengekuar kan darah segar. Arinda merintih meminta ampun pada Miftah yang hanya di balas dengan seringai menakut kan yang belum pernah Arinda lihat dari siapa pun.

"Miftah... Ampun.. Ampun.." Pinta Arinda di sela tangis histerisnya

"Seperti ini sikap memuaskan yang jalang sesungguhnya berikan!" Bisik Miftah di telinga Arinda.

Lalu Miftah membalik kan tubuh Arinda dan menusuk kan miliknya ke lubang anus milik Arinda. Teriakan kesakitan Arinda menggegar ke semua sudut kamar Miftah yang tertutup itu. Selang berapa menit Miftah telah mencapai puncak kenikmatannya. Dia menjatuhkan tubuhnya diatas tubuh tengkurap Arinda.

Arinda menagis sejadi-jadinya. Tubuhnya seakan remuk, tulang-tulangnya seperti di patah kan. Lubang kewanitaan dan lubang anusnya pun terasa begitu sakit dan perih.

Miftah melepas penyatuan itu dan berguling ke sisi kanan Arinda. Menarik paksa dan merengkuh tubuh polos Arinda.

"Kamu cuma milik ku. Tak ada yang boleh menyentuh mu selain aku" bisiknya sebelum Miftah terlelap

Air mata Arinda menetes semakin deras. Tangis tanpa suara itu begitu menyesakkan dadanya. Arinda menyingkirkan pelan tangan Miftah yang berada di perutnya dan menduduk kan diri. Arinda meringis kesakitan saat menapakkan kakinya di lantai. Dia berjalan tertatih ke kamar mandi yang berada di kamar itu.

Berdiri di depan cermin besar. Menatap pantulan wajah dan tubuh polosnya. Rambut yang berantakan, pipi yang memar, mata sembab dan juga jejak kiss mark yang ada di setiap inci tubuhnya. Arinda merasa begitu kotor.

Kotor melebihi saat pertama kali Miftah mengambil kesuciannya.

Janda MudaWhere stories live. Discover now