Alasan ku Untuk bertahan

4K 120 1
                                    

Setelah kejadiam itu, Miftah sama sekali tidak tidur. Dia memilih berdiam diri di balkon kamarnya, menatap kosong ke depan.

"Kau mau sekolah tidak? Kalau tidak, aku akan meminta bang Andi untuk menjemput ku?" Tanya Arinda yang berdiri di depan pintu balkon.

Miftah, tersentak dengan suara istrinya itu.
Istri? Masih boleh kah Miftah memanggilnya istri ketika di hari pertama mereka menikah, dia malah bercinta dengan seorang jalang diluar sana?

"Aku sekolah kok. Tunggu, biar aku mandi dulu." Jawab Miftah

Arinda mengangguk dan melenggang masuk untuk berganti seragam.

Hari ini adalah hari Rabu. Hari pertama Arinda masuk sekolah lagi setelah 3 minggu lamanya Arinda ijin sakit. Orang tuanya mengabarkan ke pihak sekolah kalau Arinda mengalami kecelakaan dan harus mendapatkan perawatan intensif. Jadi pihak sekolah tidak di perkenankan untuk menjenguk.

Indra hanya memberikan foto-foto perkembangan kesehatan Arinda saat dirinya terbaring di brangkar rumah sakit ketika sedang di tranfusi darah, ketika akan di bawa ke ruang operasi, atau ketika Arinda masih belum sadar pasca oprasi dengan alasan Arinda mengalami pendarahan di bagian organ dalam mangkanya tidak ada luka yang terlihat..

Setelah merapikan buku pelajaran hari ini Arinda berniat untuk membereskan kasur terlebih dahulu. Tapi sepasang tangan melingkar di perutnya.

"Maafin aku. Semalam aku mabuk. Aku tidak sadar akan apa yang aku lakukan. Kau tau kan kalau aku tak pernah meminum minuman seperti itu?"

" Malam itu... Rio mengajak ku ke club milik ayahnya, disana aku disuruh minum minuman yang aku tak tau itu minuman apa. Lalu Caca. Itu temannya Rio. Dia datang menghampiri Rio dan memperkenal kan diri sama aku. Lalu dia mengajak ku untuk main. Awalnya aku tak paham dengan maksud kata 'main' yang dia ucapkan. Tapi saat aku di tarik masuk ke kamar mandi, dia merayuku dan membuatku tergoda" jelas Miftah tanpa jeda..

Arinda diam mendengar penjelasan itu, hatinya kembali tersayat semakin dalam.  Arinda membayangkan ketika Miftah yang biasanya merasa puas akan permainan yang panas bersamanya, malah bermain bersama wanita lain. Di lakukan di tempat umum pula. Di sebuah kamar mandi!

"Sudah siang. Ayo kita berangkat." Ajak Arinda mengalihkan arah pembicaraan.

Arinda melepaskan rengkuhan Miftah, berniat keluar dari kamar, tapi Miftah segera menahan pergelangan tangan Arinda lalu membalikkan badan Arinda untuk menghadapnya. Menatap tepat di manik hitam kecoklatan milik Arinda.

"Aku mohon.. Maaf kan aku" pintanya sambil meneteskan air mata

Arinda diam dan masih membaalas tatapan sendu Miftah. Lalu dengan perlahan dan lemah arinda mengangguk kan kepalanya.
Senyum kelegaan diulas Miftah.

Cup...

Miftah mengecup sekilas bibir Arinda dan memandangnya semakin dalam.

"Makasih ya, yank." Kata Miftah

"Kali ini, aku memaaf kan mu. Tapi entah untuk besok dan seterusnya." Kata Arinda pelan

Senyum merkah tersungging dari bibir Miftah. Setidaknya...dia masih memiliki Arinda untuk alasannya bertahan dan tetap kuat menghadapi semua ini.

"Aku janji! Aku janji tidak akan kecewain kamu lagi, yank" kata Miftah Mantap lalu memeluk Arinda dengan begitu erat.

"Aggrhww" Erang Miftah ketika tanpa sengaja Arinda memukul luka di lengan Miftah.

"Eh maaf, maaf aku lupa."  Kata Arinda menyesali perbuatannya.

Dia benar-benar lupa kalau lengan Miftah luka. Di raihnya tangan kiri Miftah untuk melihat lebih dekat luka itu. Ternyata luka itu masih saja mengeluarkan darah walaupun tak sebayak tadi.

Janda MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang