duapuluhsatu

3.3K 159 13
                                    

Miftah sedang berada di perjalanan menggunakan Grab, untuk menuju ke rumah sahabatnya, Rio. Walau pun Bapaknya, tak lagi mengijinkan dirinya untuk berteman dengan Rio, Miftah tetap saja membangkang. Hanya Rio lah satu-satunya teman yang bisa Miftah andalkan. Rio, mau menemaninya disaat Miftah benar-benar butuh seorang teman.

Dalam lubuk hatinya yang terdalam, Miftah begitu mencemaskan Arinda, istrinya. Bagaimana mungkin dirinya bisa lepas kontrol tadi siang kepada istrinya itu. Dia benar-benar memperlakukan Arinda dengan kejam.

Menyetubuhinya dengan paksa, lewat lubang...

"Aggrhh.. Bodohh!" Umpatnya pelan.

Kalau saja tadi disekolah Miftah tidak ikut-ikutan mencoba minum pil, apa tadi yang membuat tubuhnya serasa melayang ringan, pasti semua tak akan seperti ini.
Kilas balik permainan dengan Caca, gadis club yang di temuinya kemarin memutar di otaknya yang membuat sesuatu di bawah sana bangun dan mengeras. Karena hal itu lah dirinya bisa lepas kendali dan malah memperlakukan Arinda seperti wanita murahan semalm.

Satu tetes air mata keluar dari bola matanya dan menetes membasahi pipi. Buru-buru Miftah menghapusnya. Dia tak ingin ada yang lihat. Dia tak ingin di anggap lemah.

Kembali, ego lelakinya tersentil karena perkataan Lulu, ibunya tadi. Lulu, dengan entengnya mengatakan bahwa dia adalah anak pembawa sial, anak yang tak tahu diri, anak brengsek dan masih banyak lagi umpatan-umpatan yang ditujukan kepadanya.

"Maafin aku, yank. Maaf" lirihnya dalam hati

**
Pagi hari..

Di sisi lain, suasana komplek perumahan Melati Permai sudah santer terdengar desas-desus akan ditemukannya seorang gadis yang tergeletak pingsan di pangkuan istri dari keluarga terpandang itu.

Mereka kenal betul anak gadis tersebut. Anak dari salah satu pejabat KUA Bandung itu ditemukan pingsan dengan banyaknya luka lebam dan juga jejak-jejak kiss mark di lehernya. Mereka semua beranggapan kalau Arinda atau mereka kenal dengan 'Neng Arin' itu telah diperkosa oleh Miftah, anak dari Aryo Shaka Marwa, seorang kepala keluarga yang terkenal taat pada agama.

"Eh.. Tau ga, Teh?! Itu tuh, si Neng Arin, anaknya Pak Indra. Masa kemarin, dia itu pingsan di rumah Bu Lulu." Kata salah satu ibu yang memakai daster biru, Bu Cindi namanya, si ratu gosip.

"Pak Indra, saha? Pak Indra yang ruamhnya deket gerbang komplek?" Tanya ibu yang memakai baju coklat tua, atau sering di panggil Bu Ami.

"Isshh.. Bukan atuh, Teh!! Yang tinggal di komplek sebelah..." Jawab Bu Cindi kesal.

"Anaknya Pak Modin yang geulis itu?" Tanya Bu Ambar yang tiba-tiba datang dan langsung ikut nimbrung obrolan mereka.

"Tah, bener.. Anak na Pak Kaum." Jawab Bu Cindi antusias

"Tau tee... Neng Arin teh diperkosa sama si Miftah" beritahu Bu Cindi dengan suara pelan.

"Astagfirullah" jawab mereka serempak.

"Iya.. Bener! Kemarin kata suami saya, Pak RT lihat banyak memar di badan Neng Arin." Beritahu Bu Ajeng, istri dari Pak Supar, yang kemarin ada di rumah Aryo untuk membantu.

"Dan tau gak kalian?! " tanyanya

"Naon?" Tanya Bu Ambar

"Banyak bekas cupangan di leher dan di atas dadanya" lanjut Bu Ajeng.

"Wah.. Kelakuan si Miftah. Gak nyangka ya, padahal di depan kelihatan baik, alim, sholeh. Eh ternyata... Bejad anaknya" kata Bu Ami.

"Malu-maluin komplek kita aja ya. Pasti kurang perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya itu si Miftah" lanjutnya

Janda MudaWhere stories live. Discover now