duapuluhlima

2.8K 172 53
                                    

"Bagaimana?" tanya Aryo.

Diam-diam Miftah menyunggingkan senyum kemenangan. Dia bersyukur bahwa Bapaknya masih mau membelanya, karena Miftah tau, kalau bapaknya, sangat menyayanginya.

"Arinda tidak apa-apa, Pih, kalau pun Arinda harus jadi janda." Kata Arinda dengan nada yang begitu tenang tapi terdengar tegas.

"Kamu gak bisa gitu dong, Rin! Nanti kalau kamu hamil lagi, gimana? Selama ini kan kita selalu melakukan itu, tanpa alat pengaman!" Bentak Miftah. Dia tidak Terima dengan pernyataan Arinda yang bersedia menjadi janda.

"Gak menutup kemungkinan kamau kamu bisa hamil lagi anak aku!" Lanjut Miftah.

"Yang sopan, lo, kalau ngomong! " Teriak Andi menunjuk muka Miftah.

"Aku yang akan hamil. Berarti jikalau dia hadir kembali, dia adalah milikku!" Desis Arinda dengan aorot mata yang menajam.

"ITU BENIHKU! AKU BAPAKNYA!" bentak Miftah dengan nada tinggi. Dia tak terima kalau anak yang akan di kandung Arinda itu di kuasai penuh oleh Arinda dan keluargannya.

"JANGAN KURANG AJAR KAMU SAMA ANAK SAYA!" Indra pun ikut tersulut emosi karena sikap arogan yang di tampakkan dari menantunya itu, Miftah.

"Arinda tidak akan hamil! Arinda meminum Pil KB, pemberian saya" kata Maura, mami Arinda.

Miftah memandang tak percaya ibu mertuanya itu yang berani memberikan Arinda pil kb, tanpa sepengetahuannya.

Tanpa berkata apa pun, Mifath langsung berjalan cepat menuju kursi yang di duduki Arinda dan menarik tangan Arinda dengan kasar.

"Kita pulang!" Kata Miftah dining seraya menarik dan menyeret paksa Arinda keluar dari rumah mertuanya itu.

"Aku gak mau, Miftah! Aku mau disini!" Sentak Arinda, berusaha memberontak dari cengkraman tangan Miftah.

"Miftah, lepas!" Jerit Arinda tertahan dan memukuli tangan Miftah yang mencengram tangannya dengan satu tangannya yang bebas.

Miftah berhenti dari langkah lebarnya dan mebalikkan tubuh serta menampar keras pipi Arinda.

"Jangan bikin aku semakin lepas kontrol, Rin. " desis Miftah, dengan wajah memerag dan sorot mata yang begitu tajam.

"Bajingan!" Umpat Hendi.

Bugh ...

Serangan tiba-tiba dari Hendi pun membuat pegangan tangannya lepas.

"Bener-bener cari mati lo, di rumah gue!" Bentak Hendi dan kembali memukulinya dengan membabi buta.

Miftah pun tak tinggal diam, dia membalas pukulan Hendi sebisannya. Walaupun  dia tau, kalau Miftah tak mungkin menang melawan Hendi, kakak dari Arinda.

"Hendi, sudah!" Kata Indra, tapi tetap tak menghentikan aksi dua pemuda berbeda umur itu.

"Miftah... " Tangis Lulu, menangisi anaknya yang dipukul habis-hanisan oleh kakak dari menantunya.

"Andi, pisahkan kakak kamu!" Titahnya

"Biarin aja, pih. Biar mati sekalian laki macam dia. " Jawab Andi.

"Miftah, Hendi. Sudah! " Aryo bergegas memisahkan Miftah dan Hendi. Mencoba menarik tangan Miftah agar terlepas dari Kungkungan Hendi.

"Mas, tolong, mas, pisahkan mereka. Miftah bisa mati kalau begitu. " Pinta lulu kepada indra.

"Ndi, bantu om Aryo, nak. " Titah indra, kembali, meminta anak keduanya untuk melerai perkelahian.

Dengan malas, Andi ikut menarik tangan Miftah dengan kasar untuk menjauh kakaknya.

Janda MudaWhere stories live. Discover now