11. Ketulusan Fero

6.8K 441 90
                                    


"Bagaikan sebuah anak panah yang melesat, perasaanku mampu membidik hati mana yang lebih tepat"


_Fero Erlano_
❤️❤️❤️

Pukul 07.33 masih terlalu pagi bagi seorang murid yang sudah menelungkup kan kepalanya guna tertidur. Tak ayal, jika sekarang Ibu Fatma memijat pelipisnya melihat pemandangan menjengkelkan dari bangku belakang yang sedari tadi menyita perhatiannya.

Tanpa ragu, ia meraih daun telinganya dan menariknya keras-keras sampai meninggalkan jejak warna merah disana.

"Aduh...aduh... Aduhai aduh manisnya, betapa kau menggetarkan hatiku, aduhai hai hai aduh seksinya, Ibu Fatma kan selalu dihatiku. Lepasin dong Bu," pinta Bara.

Bu Fatma justru menariknya lebih keras, "Bukannya minta maaf, malah nyanyi. Tuman!"

"Ini masih pagi Bara! Ngapain tidur, nanti ilmu kamu dipatok ayam." Ibu Fatma mulai berdalil.

"Ya biarin lah Bu, biar ayamnya nambah pinter." Bara menaikkan kedua alisnya.

"Hueleh! Ilmu kamu aja nggak seberapa, sok-sokan dikasih ke ayam."

"Sebagai seorang yang budim-"

"Udah udah Bara stop! Ibu nggak mau debat sama kamu lagi. Keluar sekarang! Hormat ke tiang bendera sampai istirahat kedua."

"Yaelah Ibu. Dari dulu disuruh hormat ke tiang bendera terus. Padahal tiang bendera aja nggak pernah menghormati saya, dia kok sombong sih Bu."

"KELUAR!!!" bentaknya.

"Bawa juga itu tiga temen kamu yang sama gelo nya!"

Bara menyegerakan diri keluar kelas diikuti tiga sahabatnya, siapa lagi kalau bukan Valdo, Fero, dan Alfa. Bu Fatma mengelus dadanya berkali-kali.

💦

Pengalaman berjemur di depan tiang bendera di tengah lapangan adalah bukan yang pertama kalinya bagi mereka, tidak heran jika banyak kaum hawa yang sudah hafal rutinitas itu. Melihat banyaknya gadis yang sedang mengamati mereka baik dari dalam kelas ataupun dengan berpura-pura pergi ke toilet untuk sekedar lewat melihat mereka.

"Gue cabut dulu ya," ujar Fero.

"Eh, Bahrudin! Mau kemana lo, hukumannya masih lama ogeb!" teriak Bara melihat Fero yang berlari menjauh.

"Nggak setia bakwan emang," ucap Alfa.

"Ngelawak lo Fa? Lucunya pergi kemana? Kok nggak ada?" Sindir Bara sambil terkekeh.

"Bangke!" umpat Alfa.

"Nyesek," kata Valdo.

Fero berjalan melewati kelas demi kelas, saat sampai pada Selasar kelas Nadia, ia sedikit menyembulkan kepalanya pada jendela yang terbuka. Ia melihat ada Pak Sarbini yang sedang mengajar di kelas.

Fero melompat, bersembunyi di balik semak-semak. Ia mengambil ponselnya di saku, mencari sebuah nama disana kemudian memanggilnya.

"Halo, assalamualaikum sopo iki?" terdengar suara Pak Sarbini yang khas logat jawanya dari seberang.

"Halo pak, kertas hasil jawaban tes kenaikan kelas kemarin hilang, nggak ada di ruang pembelajaran."

Cold Prince✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang