20. Percaya

4.7K 294 75
                                    

"Lo emang nggak pernah ngecewain, Val." Kevin menepuk bahu Valdo.

Valdo mengangguk, "Thanks, Bang."

Dilan menyesap batang rokoknya, menghembuskan asap putihnya melalui celah hidung, "Yang satu ini, emang pentolan."

Valdo menanggapinya dengan tersenyum.

Tiba-tiba ponselnya berdering. Dua puluh tiga pesan, lima belas missed call. Dan… semuanya dari Nadia. Ia memang tidak mengatakan apapun mengenai tujuan yang sebenarnya. Ia juga tidak mengabarinya setelah ia mengantarnya pulang lima jam lalu.

Wajar jika sekarang dia khawatir.

Ia membuka pesan terakhir, pukul 22.45 sudah dua jam lamanya pesan itu menghiasi room chat dirinya dengan Nadia.

Kalo udah selesai jenguk sepupu kamu, kabarin aku ya. Aku tunggu. Aku tunggu kabar kamu.

Valdo tertegun. Sekarang sudah mendekati pukul satu malam. Tidak mungkin Nadia masih menunggunya, bukan?

Tidak mungkin. Itu tidak mungkin. Yang benar saja!

Satu pesan tiba-tiba masuk kembali.

Nadia🧘
Belum selesai?

Valdo tersentak kala melihat nama yang sekarang ia baca pesannya. Ia tercengang. Ia langsung melakukan panggilan telepon dengan kekasihnya.

"Kenapa belum tidur jam segini?!" Ucapan Valdo terdengar tidak bersahabat.

"Gimana keadaan sepupu kamu? Baik-baik aja kan?" Nadia mengalihkan pembicaraan.

Valdo menyisir frustasi rambutnya menggunakan jari.

Nadia menunggunya.
Ia telah berbohong.

"Dia… sudah baikan." ujar Valdo sekenanya.

Ia berbohong lagi.

Di dalam kamarnya Nadia mengernyitkan kening, "Kamu lagi di rumah sakit, kan? Kok kayaknya gaduh banget disitu."

Valdo lupa, Jika ia masih di arena balap. Bagus! Sekarang sudah sangat jelas kebohongannya.
"A, aku… "

Cukup lama Valdo menggantungkan kalimatnya. Memikirkan apa yang harus ia jelaskan pada Nadia.

"Sayang?" Ia kembali bersuara, membuat Valdo panik.

"Ah, itu… Ada yang lagi ribut, gara-gara biaya administrasi."

"Tapi, aku denger banyak suara knalpot motor."

"Iya, karena… lokasi Rumah Sakit nya ada di pinggir jalan raya."

Ia berbohong lagi. Sudah berapa banyak kebohongan yang ia buat, guna menutupi kebohongan-kebohongan lainnya.

Nadia terdiam sejenak. Valdo tidak tahu, jika sekarang di balik selimutnya Nadia sedang tersenyum manis, mengesampingkan kecurigaannya sebelum ia berkata, "Aku percaya sama kamu."

Percaya? Entah Valdo harus senang atau malah sebaliknya. Yang jelas, ia benar-benar merasa bersalah.

"Kamu percaya?" tanya Valdo ambigu.

Lagi-lagi Nadia tersenyum, "aku nggak mungkin nggak percaya sama pacar sendiri."

'tapi pacar kamu ini udah bohong, Nad.' batin Valdo lemah.

Ia tersenyum getir, "Nad, kamu tau kan? Aku…"

Valdo memberi jeda.

"Sayang banget sama kamu."

Cold Prince✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang