18. Alasan (terungkap)

4.8K 330 6
                                    

2 jam yang lalu…

Valdo memutar bola matanya jengah melihat ponselnya yang tidak berhenti berdering. Sudah berkali-kali ia reject. Namun, layar ponselnya masih saja berkedip menampilkan panggilan ulang. Layaknya tak ada pilihan, ia memilih mengalah untuk menjawab.

"Halo sayang," suara yang bagi Valdo sangat menjijikkan itu mulai terdengar.

Siapa lagi kalau bukan Kay!

"Mau apa lo telfon gue," ketusnya.

"Gue mau Reuni nih, mau ikut nggak? Ada pacar lo, sama perebut pacar orang disini."

"Reuni apaan sih, gajelas!"

"Reuni… gue selaku pacar lo, dan Nadia yang merebut lo dari gue!" Kay mendesis, nada bicaranya mulai tidak bersahabat.

Tak bisa dipungkiri Valdo dibuat panik olehnya. Ia tidak bisa berpikir jernih saat bayangan Nadia sedang berdua dengan Kay melintas di otaknya. Entah apa yang akan Kay lakukan pada Nadia, dan itu membuat ia begitu khawatir.

"Lo dimana?!" Intonasinya yang meninggi membuat Kay tersenyum picik.

Rencananya pasti akan berhasil!

"Gue di ruang tenis meja, area samping sekolah."

Memutuskan sambungan teleponnya, ia bergegas keluar dari kelasnya, menghiraukan teriakan dari teman-temannya yang dibuat penasaran. Mengambil langkah seribu, ia langsung membuka pintu ruang tenis meja. Masuk ke dalam, mengedarkan pandangannya ke penjuru ruangan sembari meneriaki nama Nadia.

Namun, kosong.

Suara knop pintu yang terkunci dari luar membuat Valdo tersadar. Ia telah dikelabui. Di depan ambang pintu Kay tersenyum puas.

"Valdo beres." katanya.

💦

Dada bidang Rival naik turun mengikuti alur pernapasannya yang sangat cepat. Ia menatap penampilan Nadia yang sudah sangat memprihatikan. Rambut pendek sebelah, air mata yang membasahi seluruh wajahnya.

Menyentak cekalan tangan teman Kay di kedua lengan Nadia, ia menarik Nadia mendekat, memposisikan dia di depannya.
"Valdo kemana?" tanyanya pada Nadia seolah menyindir.

Bukankah di saat seperti ini seharusnya Valdo yang ada di sampingnya?

"Valdo nggak akan datang nolongin lo! Karena dia emang nggak peduli sama lo!" tegas Kay.

Pikiran Nadia mulai liar mengenai Valdo. Apakah ucapan Kay benar adanya?

"Kata siapa gue nggak bakal dateng?" teriaknya dari sudut ruangan.

Kay membulatkan matanya, bagaimana bisa ia datang?

Ya, Valdo. Ia ada di sini.

"Gue dari tadi di sini, merekam semuanya." Lanjutnya seraya memainkan ponsel di tangannya.

Matanya membola, Kay meneguk salivanya.

"Sedari tadi gue di sini mengamati tingkah lo, mati-matian gue menahan diri buat nggak ngebunuh lo karena udah buat cewek gue nangis, karena kalau gue gegabah gue nggak bakal dapet rekaman ini." Valdo tersenyum penuh kemenangan.

Ia berjalan mendekat ke arah mereka. Meraih tubuh Nadia dari hadapan Rival, menariknya ke dalam pelukannya. Mengelus punggungnya, menyalurkan sedikit energi agar ia bisa lebih tenang. Valdo mencuri sekilas ciuman di puncak kepalanya, sebelum ia mengangkat dagu Nadia, memintanya mendongak.

Cold Prince✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang