28. Kembali (2)

3.8K 196 6
                                    

You got a message. Hal yang membuat Fero menyipitkan matanya, melihat dengan benar. Jika nama yang tertera pada layar ponselnya adalah memang Valdo. Cahaya di luar gelap, sesuatu dapat disimpulkan, kemungkinan akan turun hujan.

Tidak banyak orang yang berlalu lalang di luar. Ketika dingin kembali menghunus, Fero memakai mantel tebal warna hitam miliknya. Di balik kacamata gelap yang ia pakai, matanya menyisiri bandara yang penuh lautan manusia, mencari Valdo diantara keramaian.

Laki-laki yang memakai jaket coklat itu langsung menyita perhatiannya.

Itu benar Valdo!

Sedang menyeret koper besar, satu tangannya masuk kedalam saku celana. Pesona yang membuat para wanita rela berpura-pura jatuh di dekatnya. Mencari perhatian.

"Gue kangen, asli. Lama nggak ketemu, makin tampan aja lo," ujar Valdo menepuk bahu sahabatnya berkali, saat pelukannya mengerat.

Fero tergelak. "Jangan bikin gue ngira, pulang dari Perancis lo jadi suka sesama cowok."

"Sialan."

Mereka tertawa. Valdo membenarkan letak topinya, sebelum mengikuti langkah Fero menuju mobil milik lelaki yang menjemputnya itu.

Fero membawa Valdo ke rumahnya, saat Valdo mengatakan tidak ingin pulang dan akan menginap saja. Selain Valdo malas bertemu ayahnya, ia juga belum sempat mencari rumah baru disini. Untuk ia tinggali.

Tak selang lama, setelah Valdo menekan tombol ON pada mesin Playstation milik Fero di kamar, terdengar derap langkah yang sangat berisik. Perhatian mereka teralih. Pada knob pintu yang bergerak. Di belakang pintu yang baru saja terbuka, tampak seorang Bara dengan muka merah dan nafas terengah. Ia terlihat begitu buru-buru.

Mungkin. Karena, ia hanya menggunakan seutas sarung dan kaos oblong berwarna putih. Lengkap dengan sebuah peci diatas kepala, dan sandal swallow berwarna merah yang dengan lancang tidak ia lepas dan dibawa masuk kedalam kamar Fero.

Hal yang mengundang tawa dan segala sumpah serapah bagi Fero, sang tuan rumah. Sedang Valdo, hanya menggelengkan kepala melihat tingkah Bara. Yang absurd dan tidak waras sejak ia mengenalnya. Semakin dewasa bukan berkurang justru bertambah.

"Sumpah ya, Val. Gue denger lo lagi di indo, langsung gue gassss kesini," ujar Bara.

Fero yang datang dari dapur, menyodorkan segelas air dingin untuk Bara. "Minum dulu, Bar."

Meneguknya hingga habis, Bara kembali bercerita. "Ciwi-ciwi cans pada neriakin gue weh, ditengah jalan. Tapi, fokus gue lagi ke elo. Jadi, gue acuhin mereka. Kasian deh, pasti sekarang mereka lagi patah hati."

Di atas kasur, Valdo memandang keluar jendela. Ke arah halaman rumah Fero. Pada motor Bara yang terparkir. "PANTES!"

Bara menyahut, "Iya, gue tau. Pesona gue emang nggak bisa ditolak."

"Pantes pada teriak, ngeliat cowok pake sarung naiknya motor gede. Kalo nggak disangka gila, paling mereka ketakutan ada yang terbang keluar dari sangkar," ucap Valdo sarkas.

Membuat tawa Fero meledak seketika. Bara yang langsung paham maksud Valdo, melempar dia menggunakan peci yang baru saja dilepas. "Sialan lo."

"Oy, monyet afrika! Lo nggak pake helm?" tanya Fero.

"Kaga, aelah. Ribet, males gue."

Fero menimpali, "Kenapa tadi lo nggak sekalian aja ya, ketabrak bis terus kepalanya kelindes ban. Mati deh."

"NGERI WOY!" teriak Bara, "lo kalo doa yang bener dong, gue di doain mati. Sahabat cemana lo! Mana sadis banget matinya, anjir. Amit-amit dah."

Cold Prince✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang