15. Sayang?

6.9K 407 33
                                    

"Aku tidak menyangka kalau kamu yang sedingin salju bisa berubah menjadi semanis madu"

_Nadia Viona Rossi_

Mereka sedang duduk di ruang tamu, menikmati cemilan yang ada, bercanda ria tanpa beban. Keceriaan mereka sesekali di bumbui dengan keributan-keributan kecil yang justru membuat suasana semakin hidup. Seperti halnya yang dilakukan oleh Bara dan Alfa yang sedari tadi meributkan hal yang tidak penting.
"Nih, gue tanya sekali lagi. Kenapa dosa itu harus dijauhi?" Tanya Bara.

Sejak tadi pertanyaan itu terlontar dari mulutnya, namun kepintaran mereka tidak ada yang bisa menjawab teka-teki aneh dari Bara. Bahkan, Alfa yang mengaku titisan Albert Einstein pun dibikin kesal karena sedari tadi jawabannya selalu salah.

"Apaan sih! Tinggal dijawab, apa susahnya Coba?!" Sebuah kaleng minuman soda mendarat mulus di kepala Bara.

Bara mendengus kesal. "Bangke, Sans ogeb! Gausah lempar-lempar juga kali."

"Nih gue kasih tau. Dosa itu harus dijauhi, karena yang harus di dekati bukan dosa tapi doi." Bara menaik turunkan kedua alisnya.

Fero memutar bola matanya malas. "Dasar bucin, anjir!"

"Anjir adalah, proses meluapnya air sungai akib-"

"ITU BANJIR! MASYA ALLAH, TABAHKANLAH HATI HAMBA YA ALLAH." Kali ini Alfa berteriak sampai semua orang yang melihatnya tertawa terbahak.

"Rasanya, gue pengin pensiun jadi temen lo deh, Bar!" Valdo mulai bersuara.

"Oh, silahkan. Tapi Mohon maap ngga ada uang pesangon."

Ah! Sudahlah. Meladeni Bara tidak akan pernah habis ujungnya. Makin disahut, justru makin bikin naik pitam.

💖💖💖

Nadia duduk di sebuah batang kayu tumbang yang berukuran besar. Ia sedang berada di luar Villa, hanya ingin sekedar menghirup udara malam yang lebih dingin dari biasanya.

Sebuah tepukan halus di bahu menginterupsi dirinya untuk menoleh. "Kok diluar? Ngga tidur?"

"Belum ngantuk. Tadi siang, aku tidur kelamaan." Sahutnya, matanya enggan untuk terlelap walau hanya semenit pun.

Valdo menganggukkan kepalanya. "Kalo gitu, mau ikut aku ngga?"

"Kemana? Itu kamu bawa apa?" Tanyanya saat melihat paper bag di tangan kiri Valdo.

"Kemana aja, asal sama kamu." Valdo mengerlingkan matanya nakal. Ia langsung menggandeng tangan mungil Nadia untuk mengikutinya. Menautkan kedua genggaman tangannya.

Mereka sudah berjalan ber meter-meter, namun Valdo masih belum mengatakan kemana dia akan membawanya pergi.
"Kamu capek? Mau aku gendong?" Tawar Valdo.

Nadia menggeleng. "Aku ngga papa kok. Masih jauh?"

"Kamu kelihatannya ngga baik-baik aja. Aku gendong ya,"

Nadia memegang lengan Valdo seolah meyakinkan. "Aku beneran ngga papa."

"Yaudah, tahan ya. Bentar lagi nyampe."

Cold Prince✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang