2. Warning

4.9K 559 97
                                    

Hujan turun bergemulutuk di atas atap seng, menciptakan suara yang nyaring. Aku merapatkan jubah survey corps ku guna menghilangkan hawa dingin yang terus menyerang. Jendela barak berembun.

Kini ruang tengah sepi hanya menyisakan diri ku disini. Terduduk dengan memperhatikan butir air yang turun membasahi bumi.

Aku menghela nafas. Rasa kantuk mulai menyerang. Di situasi yang dingin dan damai membuat siapa saja pasti mengantuk tanpa sebab.

Aku melipat kedua tangan di atas meja dan meletakkan kepala diatasnya sebagai bantalan kemudian mulai memejamkan mata.

Aroma hujan yang menjadi sugesti membuat ku terlelap dengan cepat.

♡◇♡◇♡◇

Sebuah colekan pelan ku rasakan hingga terbawa mimpi. Aku bertanya tanya siapa sih orang yang berani menganggu waktu istirahat ku? Terpaksa demi melihat pelakunya aku membuka mata terbangun.

Hal yang pertama kali ku lihat adalah sebuah rambut hitam kecoklatan menghiasi pemandangan, memang tak jelas awalnya namun secara perlahan berubah semakin jelas.

Sosok itu, sosok yang paling menyeramkan berada tepat di depan wajah ku. Aku tergelonjak sangat terkejut hingga tak lupa bahwa tengah terduduk di atas kursi makan dan pada akhirnya tubuh ku terjungkal kebelakang dengan kepala menghantam lantai kayu dengan keras.

Aku melengguh sakit. Ya ampun terjatuh dari kasur lebih baik dari pada terjungkal dari kursi seperti ini. Tangan ku mengusap titik sakitnya.

"Kau baik baik saja?"

Aku menengadah menatapnya dengan ekspresi masih kesakitan. Perlahan bangkit dan kembali menduduki kursi setelah membenarkan posisi nya yang ikut terjatuh.

"Ya ampun kapten apa sih yang kau lakukan? Kau mengejutkan ku kau tahu?"

Levi terdiam sejenak. "Itu salah mu aku hanya berusaha membangunkan mu selembut mungkin."

Aku meliriknya tajam, mencibirkan bibir kesal kemudian membuang muka ke sembarang arah.

"Menyebalkan." Gerutu ku seraya kembali meletakkan kepala di atas meja namun kali ini wajah ku menghadap kearah yang berlawanan darinya.

"Masih sakit?"

Nafas ku tercekat ketika sebuah tangan menyentuh surai ku tepat di titik rasa sakitnya. Aku terpaku bukan karena menahan rasa sakitnya, bukan. Tetapi karena mengetahui pemilik tangan ini. Jari jari Levi bergerak memijat titik sakit nya.

Aku hanya terdiam tidak berani menolehkan kepala. Jantung ku berdegup kencang. Ini kapten Levi kan? Kenapa dia berubah selembut ini?

Jika ingin sebuah kejujuran aku sebenarnya menyukai pijatan lembutnya akan tetapi otak ku berfikir rasional. Dia Levi yang di kenal sebagai manusia berhati dingin, tidak peduli dengan apa yang tidak ada hubungan dengan nya. Lalu mengapa ia berbuat lembut seperti ini?

"Masih sakit?" Tanya nya lembut. Gerakan jari nya belum berhenti.

Aku menggigit bibir terlebih dahulu. "Su-sudah lebih baik kapten."

Beberapa menit kemudian gerakan jarinya terhenti membuat ku penasaran untuk menoleh padanya.

Aku membalikkan arah tatapan dengan posisi kepala tetap menempel pada tangan yang terlipat. Mata kami saling bertumbuk satu sama lain. Jika di telusuri lebih dalam sebenarnya kapten datar ini memiliki hati yang benar benar lembut dan baik. Sebenarnya aku tidak ingin mengakui hal itu tapi seperti nya penilaian berharga seperti itu hanya akan berlaku untuk hari ini.

I'm Gone Or You? {END}✔Where stories live. Discover now