6. Save

3K 408 32
                                    

Nafas Jean tersenggal akibat menopang tubuh ku yang semakin lama semakin berat. Sudah puluhan kali aku memintanya untuk menurunkan ku akan tetapi ia bersikeras ingin tetap membawa ku di punggung nya.

Baiklah penolakan nya itu juga sejujurnya sangat menguntungkan ku mengingat aku tidak bisa lagi merasakan tubuh tentu saja akan sangat merepotkan bagi mereka jika aku berjalan.

Conny sedari tadi mengelus punggung ku agar aku tetap tersadar.
"(Name) bertahan ya jangan pingsan. Hei dengarkan suara ku."

Begitu juga dengan Jean, pria itu terus bersuara memanggil nama ku. Tomoki juga. Semakin lama tubuh ku semakin lemah dan kepala ku terasa sangat sakit. Apa aku akan berakhir secepat ini?

"Je-jean..." panggil ku dengan suara parau.

"Ya?"

"A-aku lapar."

Mereka bertiga terdiam namun tetap berlari dalam kegelapan, hanya bergantung pada lampu canting di tangan Tomoki sebagai penerang.

"Ya...sebentar lagi. Pasti di depan sana sudah ada kapten Levi. (Name) berjuanglah sebentar lagi ya, kau gadis kuat."

Entah mengapa mendengar ucapan penghibur Jean justru membuat hati ku kembali berdenyut sakit. Aku kini bukanlah seorang gadis lagi selain itu, apa aku masih punya wajah untuk bertatapan dengan kapten Levi?

Aku tersenyum kecil. "Aku ingin tidur sebentar saja ya... Conny tolong tetap mengusap punggung ku."

Nafas mereka bertiga tersenggal. Terowongan gelap ini entah sampai kapan berakhirnya.

◇♧◇♧◇♧◇♧

Conny POV

Cahaya yang sedari tadi kita cari akhirnya ketemu. Beberapa meter di depan sana terdapat cahaya terang yang menyilaukan mata, itu jalan keluarnya! Aku, Jean dan Tomoki semakin mempercepat irama kaki namun tidak lupa mengisi senapan yang telah kami siapkan sejak awal pemberangkatan.

"Bersiap. Jean, Conny" aku mengangguk mantap. Maaf (name) aku tidak bisa mengusap punggung mu untuk beberapa saat namun percayalah kau telah berada dalam perlindungan yang sangat aman.

"Conny!" Panggil Jean setengah berteriak.

"Bisa kau bawa (name)? Biar aku yang menghabisi musuh."

Saran nya segera ku terima tanpa berfikir apapun lagi. Jean meletakkan (name) di atas punggung ku kemudian ku berikan senapan ku padanya.

"Lari mu lebih cepat dari ku. Dengar (name) jika ia berbicara memberi petunjuk arah karena daerah ini adalah daerahnya."

Nafas ku tercekat. Jadi (name) berasal dari kota bawah tanah? Pantas saja gadis ini tidak merasa pengap di kurung berhari-hari seperti itu. Lantas aku mengangguk faham.

"Tomoki akan bersama mu juga, aku takut (name) lupa jalan."

"Tidak masuk akal! Lalu kau sendirian begitu?"

Jean mengangguk. "Tidak ada pilihan lain kawan. Nyawa (name) lebih penting."

Pilihan yang sulit bagaimana bisa ia melawan pria bertubuh kekar itu seorang diri. Saat masih dalam masa pelatihan kemiliteran ujian tarung satu lawan satu saja ia kalah mutlak dari Rainer atau Eren lalu bagaimana bisa ia mengalahkan para pria dewasa yang pasti jumlahnya lebih dari sepuluh orang?

I'm Gone Or You? {END}✔Where stories live. Discover now