8. jealous? (1)

3.4K 395 25
                                    

Dari gadis itu bangun hingga sekarang, Levi masih melingkarkan tangan nya di pinggang (name) untuk menenangkan nya. Di letakkan dagu nya di atas pucuk kepala (name) seraya berbisik lembut.

"Apa yang kau takutkan lagi? Mereka sudah ku bunuh semua." Bisik nya.

(Name) terdiam. Ia menyenderkan punggung nya di dada Levi karena merasa nyaman. Kedua tangan nya mengusap lengan Levi lembut, kadang meremasnya pelan.

"Kapten."

"Hm?"

"Apa kita bisa keluar dari sini secepatnya?"

Levi terdiam beberapa saat. Salah satu tangan nya mengusap surai (name) dengan lembut dan terkadang ia iseng mencubit pipi kanan (name) dengan pelan.

"Tentu saja bodoh, memangnya kau kira kita tidak akan pernah bisa keluar begitu?"

Kepala (name) mengangguk kaku membuat yang diajak bicara merasa lebih gemas. Tangan Levi kembali memeluknya lebih erat.

"Kau benar-benar bawahan ku yang bodoh."

"Bodoh juga kau tetap sayang kan?"

Sebuah pukulan pelan mendarat di kepala (name) membuatnya mengaduh pelan. (Name) menoleh mendongak menatap Levi dengan wajah kesal.

"Percaya diri sekali kau."

"Buktinya kau terus memeluk ku bukan?"

Levi berdecih kesal. Ia benar-benar di pojokkan secara mutlak oleh bawahan nya sendiri. Tak mampu berkata-kata ia hanya bisa melepas lingkaran tangan nya kemudian beranjak menjauhi (name) yang kebingungan.

"Aku bercanda kapten...hahaha...segitu marahnya kah kau? Pfftt...!"

Langkah Levi terhenti di dekat pintu kamar kemudian, menoleh tajam kearah nya. Membuat tawa (name) berhenti secara otomatis. Atmosfer ruangan yang awalnya lenggang dan sejuk kini berubah menjadi mencengkam dan tegang.

"O-ok...aku minta maaf."

Langkah pria itu kembali mendekati dirinya, membuat (name) harus meringsukkan diri menjauh. Baiklah situasi mulai tak wajah. (Name) telah membuatnya marah.

Kedua mata nya terpejam ketika jarak Levi hanya tinggal dua langkah lagi akan tetapi hingga detik ini ia tidak merasakan apapun dari Levi seperti, pukulan atau sentuhan ringan darinya. Demi rasa penasaran (name) membuka sebelah matanya guna mengintip.

Tepat di depan nya terdapat pria menyeramkan dengan aura aneh yang tengah berdiri mengintimidasi dirinya. Pria itu hanya terdiam bungkam.

"Ka-kapten maafkan aku, aku ha-"

"Lakukan lagi." Potongnya cepat.

"Maaf?"

"Kau tadi tertawa, lakukan lagi."

Jujur saja aku tidak mengerti maksud perkataan nya. Ia menyuruh ku tertawa sendiri tanpa sebab begitu? Yang gila disini sebenarnya siapa? Lihatlah ia tetap terdiam menunggu ku tertawa. Oh demi kacamata aneh Hanji pria ini sudah tidak waras lagi.

"Mana mungkin aku tertawa tanpa ada sebab yang membuat ku tertawa? Kecuali jika diri ku gila, tertawa sendiri seperti Hanji itu baru kau bisa melontarkan perintah seperti itu."

Levi berdecih kesal. Ku kira ia akan balik badan lalu pergi namun nyatanya tidak, ia justru merendahkan dirinya, naik ke kasur ku dan merangkak mendekat. Aku tak bisa lari kemana lagi sudah ada tembok di belakang punggung.

Perlahan namun pasti Levi mendekatkan wajahnya, mengikis jarak yang ada. Aku yang pasrah hanya bisa menutup kedua mata dengan degup jantung tak normal. Semakin lama nafas hangatnya semakin terasa menerpa wajah ku.

I'm Gone Or You? {END}✔Where stories live. Discover now