16. Sebuah Cerita

2.1K 295 31
                                    

Sang rembulan semakin naik membuat suhu udara semakin turun. Aku menarik selimut hingga menutup hampir seluruh tubuh demi mengusir hawa dingin yang terasa hingga ke tulang.

Levi di pojok ruangan tengah sibuk dengan buku nya akan tetapi sepertinya ia tidak benar-benar fokus membaca pasalnya dapat ku lihat kedua matanya terpejam, salah satu tangan mengepal dan dijadikan sebagai sandaran kepala, sikunya bertumpu pada meja. Jas hitam itu tersamping di kedua bahu kokohnya. Poni rambutnya menjuntai menutupi mata. Ekspresinya yang tengah tertidur sambil terduduk itu terlihat menggemaskan, ia terlihat lebih tampan dengan ekspresi seperti ini.

Aku mencoba memanggilnya pelan agar tak mengejutkan nya namun gagal. Kasihan juga melihatnya yang tertidur seperti itu. Apa ia terlalu lelah hingga tertidur di kursi?

"Kapten." Panggil ku dengan sedikit mengeraskan suara dan lagi-lagi tidak ada pergerakan darinya.

Buku ditangan nya merosot jatuh ke lantai dengan hentakan sedikit keras hingga membuatnya terbangun. Kedua matanya sayu, dengan ekspresi setengah tersadar ia mencoba mencari bukunya yang hilang.

"Kapten." Panggil ku membuat belakang kepalanya terbentur permukaan meja akibat mencari buku hingga ke bagian kolongnya.

Ingin tertawa sebenarnya akan tetapi akan dosa jika aku melakukan itu namun mau bagaimana lagi? Tingkahnya itu yang sangat lucu. Dengan ekspresi setengah tersadar mencari buku hingga ke kolong meja dan alhasil membuat bagian belakang kepalanya terbentur cukup keras.

Levi menegakkan tubuh sembari mengelus rasa sakitnya. Kini ekspresi setengah tersadar itu lenyap digantikan dengan wajah meringis menahan sakit.

"Ma-maaf kapten."

"Ada apa?" Tanya nya dengan suara serak. Levi berniat menyeruput gelasnya akan tetapi terhenti ketika melihat isinya. Sepertinya telah habis.

"Apa yang kau mau? Kenapa belum tidur?" Kepalanya menoleh kearah jam pasir kemudian tak lama ia berdecak kesal.

Ia bangkit. Berjalan ke ranjang ku lalu duduk di tepian nya. Jauh dari perkiraan ku ia ternyata mengelus surai ku dengan lembut. Ku kira aku akan mendapat beberapa rentetan kalimat ceramah darinya nyatanya tidak sama sekali.

Dari jarak sedekat ini aku dapat melihat kantung matanya yang menebal walau cahaya tidak terlalu mendukung penglihatan. Bagai dimakan kegelapan wajahnya perlahan berubah datar dan semakin datar.

"Kau lapar?"

Aku menggeleng pelan.

"Haus?"

Lagi-lagi aku menggeleng. Ia menghela nafas.

"Apa yang kau inginkan?"

"Tidur."

Ia lagi-lagi berdecak kesal. "Lantas apa yang kau tunggu? Ingin tidur bersama ku begitu?"

Aku yang tak percaya mendengar ucapan nya lantas mencubit pinggangnya pelan, membuat gerakan mengelus nya terhenti.

"Pulang sana ke kamar mu. Terimakasih telah menjaga ku."

"Jika kau belum tidur artinya aku belum melaksanakan tugas ku dengan benar." Jawabnya seraya mengelus pinggang yang tadi ku cubit.

"Terserah diri mu saja kapten." Ku menarik selimut lebih tinggi serta memalingkan wajah ke arah lain.

"Jadi artinya kau memperbolehkan ku tidur berasama?" Bisiknya lembut

"Kapten!"

《☆☆☆☆☆☆☆☆》

Sejujurnya kapten cebol ini tengah dilanda dilema yang cukup berat. Tadi pagi (name) merengek minta ikut ekspedisi hari ini dan jika ia tidak mengizinkan nya maka gadis itu benar-benar akan pulang ke panti asalnya dan tak akan pernah kembali lagi.

I'm Gone Or You? {END}✔Donde viven las historias. Descúbrelo ahora