15. Thanks Levi

2.5K 298 34
                                    

Hari ini rombongan Levi kembali pulang ke markas setelah kondisi ku membaik. Tomoki juga ku paksa Levi ikut karena jika tidak seperti itu dia pasti akan meninggalkan pria yang telah berjasa besar pada ku itu di barak sana.

Aku mengalungkan tangan di leher Levi lebih erat takut jatuh. Padahal sudah ku bilang kalau aku bisa jalan sendiri akan tetapi yang namanya manusia keras kepala tetaplah keras kepala. Dia memaksa ku untuk menaiki punggung nya jika tidak aku diancam akan di hukum nanti. Hei Levi jika berbicara tidak lah hanya omong kosong.

Rambut manusia terkuat ini sangat harum membuat aura mengantuk ku tertarik. Kedua mata ku seakan dipaksa untuk tertutup dan menikmati aroma harum rambut khas nya. Wanginya seperti mint aku bingung ia mendapatkan shampo jenis ini dari mana.

"Harum." Tanpa sadar aku mengucapkan nya dengan berbisik pelan mungkin Levi mendengarnya.

Levi tersenyum sangat tipis bahkan hampir tak terlihat setelah mendengarnya. Ia menaikkan bokong ku karena dirasa perlahan hampir terjatuh.

"Kau yakin masih mampu membawa nya Levi? Aku bisa menggantikan kau."

Aura bahagia Levi meluap seketika setelah komandan pasukan pengintai berbicara seperti itu. Sorot matanya tajam.

"Tidak terimakasih kau urusi saja urusan mu."

Kebanyakan orang pasti akan sakit hati jika ditolak pemberian tolong nya seperti itu namun seperti nya kalimat tajam Levi tidak berpengaruh padanya lebih tepatnya Erwin sudah kebal dengan kalimat pedas si kapten cebol itu. Ia hanya tersenyum lembut padanya kemudian kembali fokus pada perjalanan.

Dengkuran halus terdengar di tengkuknya. Levi menghela nafas menyadari (name) tertidur.

《♤♤♤♤♤♤》

"Kapten." Panggil ku padanya seraya membuka lembar baru pada sebuah buku. Aku menyenderkan pinggung di dada Levi sementara ia melingkarkan tangan nya di pinggang ku dengan erat. Sesekali ia mencium pucuk kepala ku lembut.

"Ada apa?"

"Apa kau lapar?" Tanya ku menoleh padanya. Kepala Levi sedikit menunduk.

Ia menggeleng pelan, "kau lapar?"

Aku mengangguk. Kejujuran tetaplah kejujuran, jika itu merepotkan seseorang yang namanya kejujuran harus lah tetap di ungkapkan.

"Mau makan apa?"

Tatapan ku kembali menatap buku, "apa saja yang tersedia. Jika kau bisa masak ya aku mau sup hangat tapi ya karena kau tidak bisa masak hanya bisa berkutat dengan kantung teh, masak air serta gula dan cangkir aku minta yang ada sa-aw!"

Sebuah jitakan sedikit keras mendarat di pelipis ku. Aku bicara apa adanya bukan? Mengapa ia begitu sebal?

Levi melepaskan rengkulan nya serta turun dari kasur ku.

"Akan ku buat kau menyesali ucapan mu, tuan putri." Dan setelah nya ia berlalu pergi entah kemana.

Aku yang termangu hanya dapat melihat punggung nya dengan tatapan bodoh. Dia mengajak ku bertaruh? Dia mau masak malam-malam seperti ini? Hii...mengapa kapten ku orangnya perfeksionis sekali sih aku kan hanya bercanda tadi.

"Dapurnya aman kan nanti ya? Levi jangan hancurkan dapur milik Erwin!"

"Berisik!"

Lihatlah si manusia terkuat itu. Dia ingin memasak, seorang Levi ingin memasak. Mimpi apa aku semalam?

Oh tuhan semoga alat pencernaan ku setelah menikmati masakan nya akan baik-baik saja.

《♧♧♡♡♧♧♡♡》

I'm Gone Or You? {END}✔Where stories live. Discover now