11. Sebuah Penyesalan

2.6K 374 23
                                    

Di persimpangan jalan aku menghentikan acuan lari secara tiba-tiba. Pasalnya terdapat sebuah pemandangan yang menurut ku sangat tidak bisa di percaya.

Tak jauh dari tempat ku berdiri dapat ku lihat sepasang insan berjenis kelamin yang sedang bermesraan di gang sempit. Nafas ku sesak saat mengetahui kedua insan tersebut. Tak lain adalah Casandra dan kapten ku, Levi Ackerman.

Tangan ku mengepal kuat menahan amarah, gigi ku bergemulutuk kesal melihatnya. Dengan langkah ringan aku mencoba kembali melanjutkan perjalanan tidak ingin peduli akan tetapi hati ku berkata lain.

Hati ku ingin melihat pemandangan menyakitkan itu terus menerus dan memisahkan mereka. Aku tidak memiliki keberanian sebesar itu. Bagaimana jika pertemanan Casandra dengan Levi yang sudah terjalin sejak lama tiba-tiba sirna hanya karena perasaan ku?

Walaupun yang menguasai permainan bukan Levi tetap saja hati ku merasa meringis sakit melihatnya. Bibir Casandra yang melumat bibir Levi dengan ganas dan menggoda membuat mata ku panas. Tangan ya yang bermain di daerah sensitif Levi membuat hati ku panas.

Levi mencoba mendorongnya namun ia benar-benar tidak berdaya. Faktor akibat ruangnya yang terlalu kecil membuatnya terjebak seperti di dalam perangkap musang.

Wanita tidak tahu diri!

"Le-"

DOR DOR!

Sara tembakan menahan lidah ku untuk meneruskan ucapan dan juga berhasil menghentikan aktivitas mereka. Aku tidak bisa mendengar pembicaraan mereka namun sepertinya dilihat dari gerak bibir Levi tengah membentaknya cukup kasar.

Tanpa sungkan ia mendorong tubuh Casandra dengan kasar hingga wanita itu terhempas ke tanah.

Levi membenarkan posisi bajunya kemudian mengangkat wajah, menatap lurus ke arah ku.

Kedua matanya terbelalak, gerakan tangan nya tertahan secara otomatis dan bibirnya bergerak kaku seperti ada yang hendak ingin dia katakan.

Aku yang sudah sangat mereka kecewa hanya menggelengkan kepala tak percaya. Kedua tangan menutup mulut sebagai ungkapan ekspresi dan perlahan berjalan mundur menjauhinya.

Padahal beberapa ratus meter di depan sana sudah terlihat tangga menuju permukaan. Padahal tinggal beberapa langkah lagi hingga aku bebas namun, setelah melihat ini semua membuat ku benar-benar tidak ingin melihatnya lagi.

Levi melangkahkan kaki nya mendekati ku namun sebelum ia benar-benar menyentuh ku, aku dengan cepat mengaktifkan alat 3DMG. Menancapkan jangkar nya ke salah satu bangunan rumah kemudian berayun pergi sejauh mungkin sampai ia tak dapat melihat ku.

Masih dapat ku dengar suaranya yang meneriaki nama ku. Masa bodo! Masa bodo! Masa bodo! Dia bukan pria baik-baik. Mengapa aku mudah jatuh hati pada pria seperti itu sih?

《◇◇◇◇◇◇◇》
B

RUK!

Aku mengelus hidung lantaran rasa sakit akibat benturan fisik dengan punggung seseorang. Kepala ku mendongak menatap pelakunya seketika kedua mata ku terbelalak lebar.

"Komandan Erwin?!"

Pria tinggi berwajah tampan itu segera memegang kedua bahu ku sedikit kencang. Ia mendekatkan wajahnya.

"(Name)? Sungguh ini kau?"

Aku mengangguk cepat. Entah datang dari mana pemikiran ini tubuh ku bergerak memeluk dirinya secara otomatis seperti bergerak sendiri. Membuatnya sedikit terkejut.

Air mata ku tumpah membasahi pakaian nya. Tubuh ku bergetar mengingat semua kejadian yang telah ku alami. Aku menangis sesenggukan.

"Sudah sudah...kau sudah aman percayalah." Ucapnya seraya mengusap surai ku dengan lembut. Aku mengangguk mengiyakan.

I'm Gone Or You? {END}✔Where stories live. Discover now